GBI PRJ (CK7)

Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo berpesan, ke depan akan ada hal-hal besar yang mungkin tidak kita pahami. Karena itu, kita perlu berseru dan berdoa kepada Tuhan. Dan sekalipun tahun ini juga belum kita pahami, tetapi Ia akan menuntun kita supaya dapat bangkit, serta menjadi terang.

Imamat 6 : 13 
Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam.

Api menyala di atas mezbah berbicara tentang api rohani kita. Meski ke depan kita belum tahu seperti apa, tetapi kita harus terus berapi-api dalam Tuhan, dan menjaganya untuk tetap menyala. Belajarlah dari pengalaman Elisa (2 Raja-raja 2 : 1 - 18). Ketika Tuhan hendak mengangkat nabi Elia ke surga, Elisa terus mengikutinya, sampai akhirnya Elia bertanya apa yang ia mau darinya ? Elisa meminta ‘double portion’ atau dua bagian dari roh Elia, dan dijawab itu adalah hal yang sulit. 

Hal sulit apa yang harus kita lakukan supaya tetap menjadi terang di dunia ini ? Apa yang mendorong Elisa untuk terus mengikuti Elia, dan mendapatkan double portion itu ?

Ketika Tuhan hendak mengangkat Elia ke surga, artinya urapan, kekuatan, karunia roh yang ada pada Elia akan berakhir, serta umat Israel saat itu akan kehilangan nabi Elia, dan tanpa tuntunan. Hal ini diketahui Elisa, sebab itu ia harus memiliki yang Elia miliki untuk melanjutkan pelayanannya. 

Elisa tidak melihat dari kacamata betapa dahsyatnya nabi besar itu, melainkan kemuliaan dan urapan yang menyertai Elia. Selain itu, api roh yang menyala dalam hidup Elia yang menuntunnya melewati satu kesulitan ke kesulitan lain dengan tetap teguh berdiri. Itu sebabnya, Elisa berapi-api untuk meminta, mengejar, dan mengikuti Elia yang dimulai dari Gilgal. 

Secara rohani, Gilgal bicara tentang orang-orang Israel yang pernah diminta untuk meninggalkan cara hidup yang lama. Begitu juga kita. Pertama kali mengenal Tuhan, kita meninggalkan cara hidup lama, dan berkeinginan untuk cara hidup baru. Kita bukan cuma merindukan berkat rohani di dunia, melainkan lebih pada kehidupan kekal di surga. Cara hidup lama adalah kerohanian yang kekanak-kanakan dan tidak pernah bertumbuh, lebih menuruti keinginan kedagingan daripada kemauan Roh Allah.

Kemudian, Elia dan Elisa sampai di Betel. Betel adalah tempat janji-janji Allah, dan bicara tentang ‘place of dreams’, atau di mana kehadiran Allah itu sempurna, seperti halnya ketika Yakub mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Begitu juga, setelah menanggalkan cara hidup lama, masuklah lebih lagi dalam perjumpaan dengan Tuhan. Supaya kita bukan hanya mengikuti orang lain yang mengalaminya, melainkan juga orang-orang juga dapat mengikut kita untuk mengetahui seperti apa rasanya mengalami perjumpaan pribadi dengan-Nya.

Salah satunya, melalui membaca Alkitab, berdoa, memperkatakan firman, dan senang berada dalam hadirat Tuhan dengan memuji dan menyembah Dia. Itulah yang membuat api rohani kita menyala-nyala.

Setelah itu, sampailah Elia dan Elisa di Yerikho, tempat ketika umat Israel berperang dan menerima berkat kemenangan. Dalam hidup kita, sesudah meninggalkan cara hidup yang lama dan berdosa, lalu bersekutu dengan Tuhan, tiba waktunya untuk memasuki peperangan-peperangan secara rohani di kehidupan kita. Tanpa peperangan, tidak ada tanda atau bukti kuasa Tuhan yang dicurahkan dalam hidup kita.

Tanpa peperangan rohani, tidak akan pernah ada api yang menyala di kerohanian kita. Tetapi, kalau kita berperang, bukan sekadar bertahan, melainkan juga menyerang balik. Itu yang namanya peperangan rohani yang membuat kita bersungguh-sungguh memakai seluruh perlengkapan senjata Allah (Efesus 6 : 11 - 17), sehingga kita ‘keep on fire’. 

Setelah di Yerikho, Elia melanjutkan ke Yordan, wilayah perbatasan Israel. Hari itu, Elia sudah berdiri di perbatasan. Artinya, ia sudah dalam posisi siap diangkat oleh Allah yang akan menyatakan kemuliaan-Nya segera meninggalkan Israel. Di sanalah, Elia bertanya kepada Elisa apa yang dimintanya, dan ia meminta dua bagian dari rohnya (double portion) supaya bisa melanjutkan pelayanannya dari Tuhan. Elisa siap “bayar harga”. Demikian juga, agar kita tetap punya roh yang menyala-nyala, kita harus siap membayar harganya. Nah, apa saja yang perlu kita lakukan supaya api rohani kita juga tetap menyala-nyala ?

• Hal pertama untuk membuat kita keep on burning : Come a little bit closer.

Kita harus berdiri sedikit lebih dekat lagi. Seperti halnya, Elisa selalu ingin lebih dekat dengan Elia. More time for God, sediakan waktu lebih lagi untuk Tuhan, dan membaca firman. Doa tanpa diminta. Senang berlama-lama di hadirat Tuhan, misalnya lewat Doa Fajar dan Menara Doa yang ada di gereja kita. Lebih dekat dan intim dengan-Nya. Itulah bayar harga supaya api rohani kita menyala-nyala.

• Hal kedua untuk membuat kita keep on burning : Go a little bit further.

Sewaktu Elisa sedang mengikuti Elia, juga ada rombongan nabi. Ketika sampai di daerah Yordan, rombongan nabi itu melihat Elisa ikut sampai ke sana, keluar dari batas Israel. Tetapi, itu karena ia ingin sedikit lebih jauh untuk berada sedekat mungkin dengan Elia. 

Kadang saat kita mengejar Tuhan, kita ingin berada di titik di mana Tuhan ada, dan melakukan sesuatu yang sedikit lebih dibanding orang lain. Jika para nabi itu seperti Elisa, mungkin mereka bisa saja mendapatkan hal sama yang didapatkan olehnya. Kenyataannya, mereka cuma melihat dari jauh. Langkah jauh yang ia buat itu bicara tentang upaya secara roh, untuk bertahan secara roh. Sebab, kita sering suka yang serba mudah, dan tidak ada usaha ekstra secara rohani untuk bersekutu dengan-Nya. Misalnya, berpuasa, melawan godaan, dan sabar menderita. Akibatnya, kita melempem, padam apinya.

• Hal ketiga untuk membuat kita keep on burning: Do a little bit more.

‘More’ itu seperti Elisa mengejar Elia. “Aku mau lagi,” dari Gilgal. “Aku mau lagi,” lalu ke Betel; dari Betel, “Aku mau lagi,” ke Yerikho; dari Yerikho, “Aku mau lagi,” ke Yordan. Orang yang seperti itu akan terus mengejar. Berarti, ada harga yang dibayar, ada korban yang diberikan: waktu, uang, tenaga (tiga hal yang berharga), dan lainnya. Mungkin kita mesti meninggalkan urusan maupun kepentingan pribadi, mengorbankan hal-hal yang kita pikir berharga yang ternyata tidak demikian.

Jadi, apa yang bisa membuat supaya api rohani kita terus menyala dan tidak cepat redup ? Yaitu, seberapa banyak korban yang kita naikkan di atas mezbah setiap hari, dan mempersembahkannya ke hadapan Tuhan ? Saat ada korban, maka api akan terus menyala. Jika mau menjaga api rohani kita menyala dan tetap berkobar-kobar, tergantung dari seberapa jauh kita mau melangkah, seberapa dekat kita ingin ikut ambil bagian, serta seberapa banyak kita rela untuk memberi maupun membayar harganya.

Yakobus 1 : 17
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

Di manapun kita berada saat ini, entah di rumah sebagai kepala keluarga, istri, anak-anak, pemimpin perusahaan, karyawan, ataupun lainnya, kiranya kita semua dapat berdiri teguh dalam iman dengan api rohani yang menyala-nyala. Karena jika roh kita tetap menyala, kita bisa menjadi terang yang hidup. 

Tuhan Yesus Memberkati