Tentu kita ingin anak-anak, keluarga, ataupun orang-orang di sekitar kita baik-baik saja, bukan? Kita juga ingin mereka tangguh dalam hidup ini. Menjadi tangguh berarti mampu pulih serta bangkit dari setiap kegagalan, keterpurukan, masa sukar, serta terus berjuang! Nah, bagaimana cara membangun kehidupan yang tangguh?
2 Korintus 11:16-29
Kuulangi lagi: jangan hendaknya ada orang yang menganggap aku bodoh. Dan jika kamu juga menganggap demikian, terimalah aku sebagai orang bodoh supaya akupun boleh bermegah sedikit. Apa yang aku katakan, aku mengatakannya bukan sebagai seorang yang berkata menurut firman Tuhan, melainkan sebagai seorang bodoh yang berkeyakinan, bahwa ia boleh bermegah. Karena banyak orang yang bermegah secara duniawi, aku mau bermegah juga. Sebab kamu suka sabar terhadap orang bodoh, karena kamu begitu bijaksana: karena kamu sabar, jika orang memperhambakan kamu, jika orang menghisap kamu, jika orang menguasai kamu, jika orang berlaku angkuh terhadap kamu, jika orang menampar kamu. Dengan sangat malu aku harus mengakui, bahwa dalam hal semacam itu kami terlalu lemah. Tetapi jika orang-orang lain berani membanggakan sesuatu, maka akupun--aku berkata dalam kebodohan--berani juga! Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham! Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?
Itulah Paulus dan semua tantangan yang ia hadapi sepanjang hidupnya semenjak perjumpaannya secara pribadi dengan Yesus. Paulus tangguh, karena imannya tetap utuh. Bukan karena kemampuannya sendiri, melainkan kekuatan yang dari Tuhan Yesus. Meski disalahmengerti, dicambuk, disiksa, dikhianati, dan kerap dalam bahaya, Paulus dapat tetap bersukacita. Itu pasti sulit, bukan hanya butuh kekuatan fisik, tetapi juga dari dalam diri. Bukan cuma mengandalkan otot, namun kehidupan rohani yang kuat. Itulah inti menjadi tangguh, bahwa Saudara dan saya mampu bersukacita di dalam Tuhan, apa pun yang terjadi.
Filipi 4:10-13
Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Membangun hidup yang tangguh juga adalah dengan bersukacita dan bersyukur. Jadi, bukan semata-mata karena hal eksternal. Mampu mengucap syukur bukanlah sebuah bakat atau karunia istimewa, melainkan kondisi hati, serta kualitas hidup kita. Rasa syukur ialah bagaimana kita merespons terhadap hal-hal yang terjadi dan yang Tuhan berikan. Kita dapat mengembangkan rasa syukur seiring waktu.
Sikap ketidakbersyukuran tidak akan melihat apa yang kita miliki, seperti kesehatan, keluarga, bisnis, bahkan napas hidup. Belajarlah bersyukur dengan yang masih ada pada kita. Dan di mana pun berada, belajarlah merasa cukup dalam segala keadaan. Mencukupkan diri tidak sama dengan tetap berada di zona nyaman, yang berarti tidak mengerjakan apa pun. Jika begitu, kita tidak akan maju-maju. Mencukupkan diri adalah ketika bersyukur pada keadaan apa pun, serta masih ingin berkembang. Sebab, kita diciptakan Tuhan untuk berkembang, serta terus maju, baik dalam kualitas hidup, maupun hal lainnya.
Rasa syukur ibarat pelumas yang membuat otak kita berfungsi secara baik serta efisien. Semakin kita bersyukur, makin lincah, fleksibel, serta cemerlang otak kita dalam berpikir dan menyerap berbagai hal. Jika tidak bersyukur, otak kita mengeras dan tidak dapat menyerap apa-apa, sehingga tidak belajar ataupun bertumbuh, apalagi jadi berkat! Akibatnya, kita menjadi kurang cerdas, kurang progresif, ataupun kurang berhasil.
Mazmur 107:1
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Bersyukur pada Tuhan adalah memuji Dia, dan ketika melakukannya, kita menjadi lebih bahagia. Sebab, orang yang sungguh-sungguh melayani dan bersyukur atas hidupnya, akan panjang umur, menjalani kehidupan dengan lebih baik, serta lebih sehat dibanding yang selalu merengut ataupun berkeluh-kesah. Bahkan, kemarahan yang terus-menerus dipendam dalam hati menimbulkan kepahitan serta rasa sakit pada tubuh.
Tahukah Saudara, perjamuan kudus atau Ekaristi itu berasal dari kata Yunani, ‘eucharistia’, yang berarti syukur. Tuhan mengajar kita bersyukur setiap saat ketika menerima roti dan cawan untuk mengingat apa yang telah Ia perbuat bagi kita. Dan ketika berdoa, sebenarnya kita sedang menyesuaikan visi serta tujuan hidup kita pada rencana Tuhan. Jadi pada hakikatnya, doa adalah menyelaraskan kembali jiwa kita dengan-Nya. Dan dasar dari semua doa kita adalah rasa syukur.
Perspektif kita sebenarnya sering kali dipengaruhi rasa syukur. Ketika seseorang tidak bersyukur, maka akan melihat segala sesuatunya terasa gelap serta secara negatif, mengira Tuhan tidak adil, tidak memberikan yang seharusnya, dan segala hal tidak berjalan baik. Padahal, mungkin itu hanyalah masalah perspektif. Bersyukurlah, karena Tuhan masih memakai hidup kita seturut cara dan rencana-Nya.
Rasa syukur itu berkembang melalui rasa tanggung jawab, dan bukannya hak istimewa. Kita akan belajar bersyukur ketika menerima tanggung jawab, dan menghasilkan buah melaluinya. Jadi, rasa syukur berkembang melalui pengejaran akan sesuatu yang proaktif. Jika gagal, belajarlah dari kesalahan. Jika membuat keputusan tepat, menghasilkan sesuatu yang baik, dan menjadi berkat, bersyukurlah karena telah memberi dampak positif bagi orang lain. Lihatlah, rasa tanggung jawab membuat kita proaktif, dan tidak bisa di zona nyaman.
Hak istimewa (entitlement) menciptakan kecenderungan tidak ingin melakukan apa-apa, sehingga membuat kita mundur, bukannya maju, hanya menuntut, dan merasa orang-oranglah yang harus melakukan sesuatu. Sedangkan, rasa tanggung jawab mendorong kita melakukan sesuatu bagi orang lain. Nah, manakah cara hidup yang lebih baik? Apa tanggung jawab kita hari-hari ini?
Saya telah menjadi pendeta dan fulltimer selama bertahun-tahun. Saya telah melalui musim yang tinggi, rendah, ataupun datar, dan pernah merasa tidak berkembang ataupun produktif. Tetapi, apa pun musimnya, satu hal yang saya pelajari: tetap berada di sini dan melayani Dia setiap waktu.
Kita mungkin gagal, dan banyak hal tidak sesuai keinginan. Tetapi, saya belajar untuk tetap setia. Bukan karena saya hebat, tetapi saya sadar diri. Saya telah mengalami perjumpaan dengan Tuhan seperti Paulus. Pemimpin saya di gereja juga membimbing, mendisiplinkan, dan membentuk cara saya berpikir, mengajari untuk mengasihi Tuhan dan melayani Dia, sehingga hidup saya sampai saat ini adalah ungkapan syukur untuk apa yang telah Tuhan perbuat bagi saya.
Karena saya tahu, tanpa Tuhan Yesus, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Ia telah membawa saya dari tempat yang begitu rendah dan tidak berarti, menuju ke tempat saya berada sekarang. Saya bersyukur, serta terus berdoa agar hidup saya dapat terus menjadi berkat.
Bersyukurlah dalam hidup ini, setia melayani, serta mengasihi Tuhan Yesus, itulah caranya menjadi tangguh dalam kerajaan Allah. Dan ketika mengingat seberapa banyak yang sudah Tuhan perbuat dalam hidup kita, akan lebih memudahkan kita untuk bersyukur.
Bersukacita dalam Tuhan dan bersyukur adalah cara hidup yang perlu kita terapkan setiap hari, agar membangun kehidupan yang tangguh. Marilah melakukan sesuatu dengan hidup yang Tuhan percayakan bagi kita hari ini.
Tuhan Yesus Memberkati
Kolekte
BCA Cab. Menara Ancol
ac 635.100.0101
an. GBI PRJ
Perpuluhan
BCA Cab. Menara Ancol
ac. 635.100.0101
an. GBI PRJ
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.371.7878
an. GBI PRJ
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.327.7878
an. GBI PRJ
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.316.7878
an. GBI PRJ
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.9777.133
an. GBI PRJ Pluit
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.8777.122
an. GBI PRJ Pluit
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.522.3030
an. GBI PRJ Mandarin Service
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Pembangunan
BCA Cab Thamrin
ac. 206.977.7575
an. GBI House Of Christ Revival
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.577.7272
an. GBI House Of Christ Revival
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.353.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.378.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.356.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.3800
an. GBI Intercon
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.5900
an. GBI Intercon
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.4300
an. GBI Intercon
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.621.1000
an. GBI Q BIG
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.670.6688
an. GBI Q BIG
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.610.6699
an. GBI Q Big
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.013.9400
an. GBI St Moritz