GBI PRJ (CK7)

Hari ini kita merayakan Paskah, Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, suatu peristiwa yang sangat-sangat penting bagi kita orang-orang percaya. Ada harapan yang benar-benar hidup di dalamnya, bukan sekadar ekspektasi semu, sehingga kita juga dapat hidup dalam pengharapan, serta kemenangan karena kita percaya kepada-Nya.

1 Petrus 1 : 3
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.

Melalui ayat ini, ada tiga poin yang kita bisa pelajari. Kata pertama, ‘rahmat’, yaitu suatu pemberian yang diberikan secara cuma-cuma, tanpa mempertimbangkan pekerjaan atau usaha pribadi dari kita. Orang Kristen adalah orang percaya yang mendapat kasih karunia atau rahmat berupa keselamatan dalam Yesus. 

Kata kedua, yaitu ‘lahir kembali’ oleh kebangkitan Yesus Kristus. Lahir kembali berarti perubahan posisi dan identitas diri kita, menjadi ciptaan yang baru, dari hamba kegelapan menjadi warga dan anak-anak kerajaan terang, dari tanpa pengharapan menuju hidup yang penuh pengharapan. Lahir kembali untuk orang Kristen terjadi karena Yesus sudah bangkit dari antara orang mati. 

Sedangkan, kata ketiga, yaitu ‘hidup yang penuh pengharapan’, berarti bahwa kita harus berpegang teguh dalam Kristus yang bangkit untuk memiliki hidup yang penuh pengharapan.

1 Korintus 15 : 17 - 19
Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.

Natur manusia selalu ingin berbuat dosa. Ketika manusia menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, manusia memiliki pilihan untuk berbuat baik, atau berbuat dosa. Tanpa kebangkitan, pengharapan kita menjadi sia-sia. Kebangkitan Kristus membuktikan bahwa pengharapan kita diletakkan kepada Pribadi yang hidup, bagian dan porsi yang terbaik dalam kehidupan kita.

Dari 1 Korintus 15 : 17 - 19 di atas, kita juga belajar beberapa hal:

1.    Tanpa kebangkitan, tidak ada pengampunan dosa. 
Hukuman dosa dilunasi melalui kematian, dan kebangkitan Yesus. Kematian dan kebangkitan adalah proses untuk mendapatkan kelahiran baru. Kematian Yesus menjadi nihil tanpa kebangkitan, dan dosa tidak teratasi, karena kita sebagai manusia akan tetap hidup dalam dosa.

2.    Tanpa kebangkitan, tidak ada harapan setelah kematian. 
Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka tidak ada harapan kehidupan kekal bagi orang percaya, sehingga tidak ada manfaatnya untuk percaya kepada Kristus. Panggilan orang percaya menjadi segambar dan serupa dengan Kristus, artinya Kristus yang menjadi yang sulung di antara saudara-saudara (1 Korintus 15:20), dan kita harus menjadi sama seperti Dia.

3.    Tanpa kebangkitan, iman berdasarkan kebohongan. 
Kesaksian para rasul, maupun nubuatan para nabi, adalah kebohongan belaka jika tidak ada kebangkitan. Seluruh aspek iman Kristen adalah kesalahan dan mendedikasikan diri kepada kebohongan jika Kristus tidak bangkit. Bersyukurlah, iman kita bukan berdasar pada kebohongan.

4.    Tanpa kebangkitan, karakter Allah dipertanyakan. 
Integritas Allah dipertanyakan karena tidak ada keadilan dan kemenangan atas dosa apabila tanpa kebangkitan. Kebangkitan Kristus adalah bukti dari kuasa dan kesetiaan Allah.

Jika kita mempunyai Allah yang bangkit, maka kita memiliki pengharapan. Pengharapan memberikan kita kekuatan dan antusiasme untuk menikmati segala sesuatu dalam proses penantian akan hal-hal yang baik, serta perwujudan dari janji Tuhan. Semalang-malangnya kita hari ini karena berbagai keadaan maupun masalah, masih jauh lebih malang orang-orang yang tidak memiliki Kristus di dalam hidupnya, sebab kita punya Allah yang bangkit, dan hidup! 

Nah, bagaimana ciri-ciri hidup yang penuh pengharapan:

•    Mau untuk teguh dalam menghadapi tantangan.

Pengharapan memperlengkapi orang percaya dengan ketangguhan untuk menghadapi ujian hidup. Ujian itu dipakai untuk menajamkan kepekaan rohani kita. Kepastian kemenangan Kristus atas maut memberikan kekuatan yang melampaui pergumulan hidup yang sementara ini. Dengan tinggal tenang dan tetap percaya, di situ terletak kekuatan kita (Yesaya 30:15). Jika kita ingin memiliki hari depan yang lebih baik, pilihlah keputusan yang baik juga hari ini.

•    Memiliki cara pandang yang baru terhadap penderitaan.

Kebangkitan Kristus memastikan bahwa penderitaan manusia bukanlah akhir dari segalanya, sebab demikian juga kesengsaraan Kristus diakhiri dengan kemuliaan. Perspektif ini menggeser fokus dari kesulitan masa kini kepada janji kekal di masa depan. Kita memakai kacamata Kristus, yaitu cara dan sudut pandang baru dalam melihat masalah, serta penderitaan. Ingat, kita punya Allah yang bangkit, dan hidup. Hikmat merupakan sebuah kemampuan ilahi untuk melihat hal baik meski di tengah tragedi. Allah adalah Pakar mengubah “rongsokan-rongsokan” hidup untuk menjadi berkat.

•    Motivasi hidupnya ialah mengampuni dan rekonsiliasi.

Kristus memberikan motivasi dan kemampuan kepada orang percaya untuk memberikan pengampunan kepada orang lain, termasuk yang memusuhi dan menghakimi. Tindakan ini bukan saja kewajiban moral, tetapi respons dalam mengandalkan janji Allah yang akan memulihkan hubungan manusia yang rusak. Rekonsiliasi dari Allah tidak akan pilih-pilih. Pilihlah untuk mengampuni, mengasihi, dan memberkati orang lain. Hubungan yang baik dengan Tuhan akan membantu memudahkan kita untuk melakukannya. Dalam keterdiaman Tuhan Yesus memikul salib menuju pengorbanan di bukit Golgota, Ia tetap setia mengampuni, serta mengasihi. 

•    Melayani dan berkorban.

Kebangkitan Kristus memberikan pengharapan yang mendorong orang percaya untuk melayani orang lain. Ketika kita mengalami penindasan oleh orang tidak percaya, kita harus mengasihi orang tersebut. Keyakinan akan kepastian kita sebagai ahli waris kerajaan surga, memampukan kita untuk memberikan waktu, sumber daya, talenta dengan merdeka, tanpa beban. Kiranya juga ada keselarasan antara apa yang ada di dalam hati, perkataan, maupun pikiran kita.

•    Mempunyai hidup yang penuh pengharapan melalui kelahiran kembali.

Kematian dan kebangkitan Kristus menjadi pola perubahan bagi manusia lama kita untuk bangkit kembali sebagai manusia baru. Tetaplah teguh memegang Kristus. Hidup berpengharapan dalam Yesus bukanlah sekali-sekali, dan kadang-kadang saja, melainkan untuk seterusnya dan selamanya. Sekali Yesus, tetap Yesus. Satu-satunya Juruselamat pribadi yang bangkit, hidup, serta memberikan pengharapan yang nyata, dan kekal. Undang dan libatkah Dia, Raja di atas segala raja, dalam setiap hal, serta segala sesuatu di hidup kita. Kiranya, Dia yang senantiasa bertakhta di hati kita.

Sudahkah kita memiliki semua karakteristik di atas, supaya kita hidup dalam pengharapan?

Roma 10 : 9 - 10
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

1 Petrus 1 : 7
Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu—yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diju kemurniannya dengan api—sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Tuhan Yesus Memberkati