Hampir semua kita mungkin bisa menikmati pemandangan perkebunan teh, terutama saat berada di dataran tinggi yang sejuk. Saya sangat jarang, atau bahkan tidak pernah melihat kebun teh yang terletak di dataran rendah. Pertanyaannya, apakah tanaman teh tidak dapat tumbuh di dataran rendah?
Ternyata, tanaman teh tetap bisa tumbuh di dataran rendah, namun kualitas dan kuantitas yang dihasilkan akan sangat kalah jauh dibanding dengan teh yang tumbuh di habitat aslinya, tempat semestinya hidup dan bertumbuh. Teh yang tumbuh di dataran rendah akan memiliki cita rasa berbeda, dan memerlukan perawatan lebih kompleks karena suhu yang lebih hangat. Selain itu, tanaman teh di dataran rendah lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu karena kondisi lingkungan yang lebih lembab.
Demikian pula halnya, kita sebagai anak-anak Allah, hendaknya senantiasa berada dalam hadirat Allah. Hati dan pikiran kita mestinya terus-menerus dipenuhi kesejukan Roh Allah, sehingga mampu menjadi anak-anak yang produktif dan berkualitas bagi kerajaan-Nya.
Semua harus dimulai dari sebuah kesadaran bahwa hidup kita bukan milik kita lagi, dan setiap hari mematikan keinginan daging, serta tunduk pada pimpinan Roh Kudus. Kesadaran itu harus terus diperjuangan, terutama saat memilih antara keinginan daging, atau kehendak Allah. Setiap kali memilih kenikmatan duniawi, kita menjauh dari hadirat Allah, dan semakin lama kita bertahan dalam ketidaktaatan, maka makin jauh kita dari "habitat asli" di mana seharusnya kita berada dan bertumbuh. Hidup pun jadi kurang optimal, produktivitas menurun, dan kita mudah diserang "hama" atau penyakit rohani, serta musuh.
Marilah terus menjaga kesadaran roh kita. Berjuanglah memilih ketaatan pada Tuhan, dan hidup dalam penundukan diri pada otoritas Roh Kudus. Dengan begitu, kita selalu dalam kondisi optimal untuk bertumbuh, serta berbuah bagi kemuliaan nama-Nya.
Karena di luar Yesus, setiap hal yang kita perjuangkan seyogianya akan berakhir pada kesia-siaan.
Yohanes 15:5 (AMD), "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Jika kamu tetap hidup di dalam Aku, dan Aku hidup di dalam kamu, maka kamu akan berbuah banyak. Tetapi terpisah dari Aku, kamu tidak dapat melakukan apa pun."
I am the Vine; you are the branches. The one who remains in Me and I in him bears much fruit, for [otherwise] apart from Me [that is, cut off from vital union with Me] you can do nothing. (AMP)
I am the sprouting vine and you're my branches. As you live in union with me as your source, fruitfulness will stream from within you—but when you live separated from me you are powerless. (TPT)
~ Dina Evariyana