Pernahkah Saudara mengalami jantung berdebar-debar? Mungkin pernah, bukan? Bukan karena terlalu banyak meminum kopi karena kafeinanya. Bukan juga karena hendak menemui seseorang yang kita kasihi—apalagi dahulu ketika masih masa-masa berpacaran. Bukan pula karena roller coaster ataupun kora-kora di wahana wisata bertema.
Tapi, yang ini debaran yang lain, yakni karena kita telah melakukan apa yang kita tahu salah dan berdosa. Hati nurani yang gelisah biasanya adalah tanda bahwa mungkin saja apa yang kita lakukan salah. Seperti halnya yang pernah dilakukan serta dialami oleh raja Daud ketika ia menghitung jumlah rakyatnya untuk merasa kuat dan mampu dengan mengandalkan diri mereka sendiri.
2 Samuel 24:10, "Tetapi berdebar-debarlah hati Daud, setelah ia menghitung rakyat, lalu berkatalah Daud kepada TUHAN: 'Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.'"
Tetapi setelah Daud membuat sensus itu, hatinya menjadi gelisah, lalu ia berdoa kepada TUHAN, "Ya TUHAN, hamba telah melakukan dosa yang sangat besar. Ampunilah kesalahan hamba dan kebodohan hamba ini." (FAYH)
But when it was all done, David was overwhelmed with guilt because he had counted the people, replacing trust with statistics. And David prayed to GOD, "I have sinned badly in what I have just done. But now GOD forgive my guilt--I've been really stupid." (MSG)
Bersyukurlah untuk suara hati nurani yang masih ada.
Matthew Henry memaparkan perihal raja Daud tadi, "Hati nuraninya memperlihatkan kepadanya kejahatan dari apa yang telah dilakukannya. Tindakan itu tampak sebagai dosa, dan sangat berdosa, padahal sebelumnya ia tidak melihat ada bahaya di dalamnya. Ia merenungi hal itu dengan penuh penyesalan dan hatinya menegur dia karena tindakan itu. Perhatikanlah, ketika seorang telah berdosa, sungguh baik jika hatinya berdebar-debar dan menghantamnya karena dosanya itu. Hal itu merupakan tanda yang baik bahwa anugerah bekerja di dalam hati, dan sebuah langkah yang baik menuju pertobatan dan pembaharuan diri."
Daud, ataupun mungkin kita semua juga sering kali lupa kemenangan yang didapatkan adalah karena pertolongan Allah, dan bukannya kekuatan diri sendiri.
Puji Tuhan karena Daud mau mengakui kesalahan serta dosanya, dan meminta ampun kepada-Nya, sekalipun mungkin orang lain tidak mengetahui, ataupun tidak menganggapnya sebagai dosa maupun pelanggaran yang sangat kecil. Sebab, petobat yang sejati, yang hati nuraninya peka dan tahu apa itu dosa, menyadari kejahatan di dalam dosa yang tidak dilihat oleh orang lain, sekecil apa pun itu.
~ FG