Mungkin kita tidak akan menjadi misionaris-misionaris maupun para martir yang mengalami penderitaan berat di tengah-tengah pelayanan, ataupun seperti Paulus serta Silas yang pernah dipenjarakan oleh karena memberitakan kebenaran firman Tuhan. Mereka pun diletakkan di ruang penjara yang paling tengah, tempat yang tidak ada udara segar atau cahaya, mungkin juga kotor, dan sesekali dilewati tikus, posisi untuk para penjahat yang dianggap paling berbahaya.
Kisah Para Rasul 16:24-26, "Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat. Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua."
Bahkan, kaki mereka dipasung dengan kuat. Pasungan bukan sekadar membatasi gerakan, melainkan juga sebagai penyiksaan. Pula tidak bisa tidur telentang karena luka-luka di punggung akibat cambukan.
Namun, Paulus dan Silas saat tiba tengah malam, mereka memuji Tuhan. Suara yang mungkin selama ini belum pernah terdengar oleh para tawanan lain di penjara itu, selain jeritan, keluhan, ancaman, maupun kutukan. Dalam ruang penjara yang gelap, dengan kaki terpasung, tubuh terluka, Paulus serta Silas berdoa, memuji Tuhan, sehingga terjadi mujizat, pembebasan, bahkan kepala penjara beserta keluarganya menjadi percaya, menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat!
Apa yang menjadi "penjara-penjara" hidup kita saat ini? Apakah penjara pikiran? Apa yang "memasung" sehingga membatasi langkah kita? Apakah pasung kecanduan pornografi dan lainnya? Apa saja yang mungkin membuat kita merasa terluka dan begitu menderita? Apakah kekecewaan serta seolah tanpa pengharapan? Seperti halnya Paulus dan Silas yang berdoa dan memuji Tuhan, terlepas dari apa pun keadaan mereka, demikian juga kita hendaknya menaikkan doa, pujian, serta penyembahan. Adalah mudah untuk memuji dan menyembah ketika segalanya berjalan lancar dan baik-baik saja, tetapi perlu iman yang besar untuk dapat tetap melakukannya juga saat segala sesuatunya mungkin berlangsung buruk.
Sebab, sesungguhnya sukacita dan damai sejahtera kita ada di dalam hati, yang datangnya dari Tuhan, dan tidak terlalu ditentukan oleh keadaan luar atau lahiriah. Dalam keadaan yang paling buruk sekalipun, Allah sanggup menyediakan kasih karunia bagi kita yang rindu untuk senantiasa berada di dalam rencana dan kehendak-Nya, apa pun yang sedang kita alami.
Dan sewaktu kita mengalami mujizat, pemulihan, maupun kemenangan, semuanya itu untuk kemuliaan nama Tuhan, menjadi berkat dan kesaksian bagi banyak orang, serta membawa mereka untuk percaya dan makin dekat dengan-Nya, bukannya membangun kemuliaan ataupun nama kita sendiri.
"The legs feel nothing in the stocks when the heart is in heaven." ~ Tertulianus
~ FG