Pakar manajemen internasional Peter F. Drucker, pernah mengatakan, "The greatest danger in times of turbulence is not the turbulence, it is to act with yesterday's logic." Atau, menurutnya, bahaya terbesar sesungguhnya ketika mengalami goncangan hidup bukanlah terletak pada goncangan itu sendiri, melainkan lebih pada apabila kita terus-menerus menghadapinya dengan cara maupun pola pikir serta pengalaman masa lalu.
Barangkali salah satu cara kita menghadapi sesuatu itu, ataupun terutama dalam hal ini sebuah pergumulan tertentu, adalah dengan kehilangan semangat, mudah menyerah, dan sikap negatif atau arah hati dan pemikiran yang salah lainnya.
Padahal, meski tidak ada dari antara kita yang serta-merta begitu saja terlepas dari situasi-situasi yang mungkin tidak mengenakkan, tetapi percayalah Allah sanggup memberi kita kekuatan, semangat, serta jalan yang baru bagi kita untuk menghadapinya.
Firman Tuhan juga hari ini mengingatkan kita, khususnya dalam menghadapi suatu tantangan kehidupan—dalam bentuk apa pun itu—dengan tetap bersemangat dalam dan bersama Dia. Dialah juga sumber ketenangan sejati dan kedamaian di hati maupun pikiran kita.
Amsal 18:14, "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"
Semangat seseorang dapat meringankan penderitaan, tetapi apabila semangat sudah patah, apa lagi yang masih dapat diharapkan? (FAYH)
A healthy spirit conquers adversity, but what can you do when the spirit is crushed? (MSG)
Allah yang sanggup membuat gunung-gunung bergelora, bukankah Ia juga yang pasti terlebih dari mampu untuk memberi serta membuat kita tetap bersemangat dalam kehidupan ini?!
~ FG