Seandainya, kita yang menjadi perempuan Samaria yang berjumpa dan bercakap-cakap secara pribadi dengan Yesus di dekat sumur Yakub (Yoh. 4), ataupun perempuan yang kedapatan berzina yang dibawa kepada-Nya oleh orang-orang Farisi serta para ahli Taurat ketika Ia sedang mengajar di bait Allah (Yoh. 8), dan menghakimi kita, mungkin kita takkan bertahan. Namun, bersyukur karena dua wanita tersebut, maupun kita, menerima pengampunan dari Tuhan Yesus.
Setiap orang pun sering merasa benar menurut pandangannya sendiri. Namun, Tuhan tahu isi hati manusia. Karena itu, alangkah baiknya jika kita tidak gampang menilai, menghakimi orang lain, dan menganggap diri kita lebih baik atau benar daripada mereka. Karena, Ia pun menguji hati setiap orang.
Sesungguhnya juga, setiap kita memiliki dan "memikul salibnya" masing masing, dengan kata lain kita tidak hidup dalam perahu yang sama, dan jalan hidup kita pun mungkin berbeda. Jadi, alangkah baiknya kita tidak terburu-buru memberikan penghakiman terhadap pilihan yang orang lain perbuat, meski kadang kita dapat memberi nasihat ataupun saran bagi mereka dengan kasih Tuhan.
Sebab, kadang kita pun tidak lepas dari kesalahan, dan lemah iman.
Matius 7:2-3, "Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"
Jangan menyalahkan orang lain karena kesalahan kecil. Kamu melihat kuman di seberang lautan, tetapi gajah di pelupuk matamu tidak kamu lihat! Dengan sombong kamu ingin memperbaiki kesalahan kecil orang lain tanpa menyadari kesalahanmu sendiri yang lebih besar. Karena sebagaimana kamu menghakimi orang lain, demikianlah kamu akan dihakimi oleh Allah. Dan seberat hukuman yang kamu berikan kepada orang lain, seberat itulah hukuman yang akan diberikan Allah kepadamu. (TSI)
None of you should be concerned about someone else's small faults!/Why should any of you be concerned about someone else's small faults? That would be like noticing a speck in that person's eye. But you should be concerned about your own big faults. They are like planks in your own eye, which you do not notice. If you condemn other people, God will condemn you. To the same extent that you condemn others, you will be condemned {God will condemn you}. (DEIBLER)
Matius 12:36-37, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman, karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."
Tetapi Aku berkata kepadamu bahwa pada Hari Pengadilan, setiap orang akan bertanggung jawab atas setiap perkataan yang pernah diucapkannya, bahkan yang dia ucapkan dengan sembarangan. Waktu Allah mengadili setiap manusia, semua kata-kata yang pernah kamu ucapkan akan menjadi bukti untuk memutuskan apakah kamu dihukum atau dibenarkan. (TSI)
Let me tell you something: Every one of these careless words is going to come back to haunt you. There will be a time of Reckoning. Words are powerful; take them seriously. Words can be your salvation. Words can also be your damnation. (MSG)
Penghakiman menimbulkan perasaan sakit hati, membuat tidak nyaman, dan menghancurkan hubungan.
Lebih baik belajarlah untuk memberikan kata-kata yang membangun, bukannya malah berlaku julid (iri, dengki terhadap keberhasilan orang lain, dan biasanya dilakukan melalui menulis komentar, status, atau pendapat di media sosial yang menyudutkan orang tertentu). Kita semua adalah orang yang berdosa, menerima kasih dan pengampunan Tuhan, serta hanya dilayakkan oleh kasih-Nya.
~ Irene Marganing