Mari senam wajah sejenak.
Suatu hari, seorang suami pergi beserta ibu mertua bersama sang istri terkasih ke Tanah Perjanjian, Israel.
Sayangnya, setelah beberapa hari berada di sana, sang ibu mertuanya meninggal dunia.
Pemerintah setempat mengatakan, jika hendak menerbangkan jenazah almarhumah ke negaranya kembali di Amerika, maka dibutuhkan biaya sebesar sekitar 5.000 dolar, atau pilihan berikutnya adalah apabila berkenan memakamkan mendiang di di Tanah Suci tersebut membutuhkan dana kira-kira hanya 150 dolar.
Sungguh jauh perbedaan biayanya.
Maka, setelah berpikir dan memberikan pertimbangan kepada sang istri, ia memilih supaya menerbangkan saja jenazah almarhumah kembali ke Amerika, meski besar dananya.
Pemerintah setempat agak heran mengapa tak memakamkan di tanah setempat dan mengeluarkan biaya sedikit saja, daripada "menghamburkan" uang sebanyak itu untuk menerbangkan jenazah ibu mertuanya kembali ke negaranya.
Namun, sepertinya bukan itu yang menjadi pertimbangan sang suami. Ada "hal" lain.
Suami tersebut mengatakan, "2.000 tahun yang lalu, ada seorang laki-laki yang wafat di sini, bukan? Dan ia dikuburkan di sini, dan pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati. Karena itulah, saya takut mengambil pilihan memakamkan ibu mertua saya di sini."
Pengkhotbah 3:2 & 4, "Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam … ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari."
Yohanes 19:26-27, "Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Juga saya (murid Yesus yang sangat dikasihi-Nya) berdiri di situ. Jadi ketika Yesus melihat ibu-Nya dan saya, Dia berkata kepada ibu-Nya, "Lihat, dia itulah anakmu!" Lalu Yesus berkata kepada saya, "Dia itulah ibumu!" Jadi mulai hari itu saya membawa ibu Yesus tinggal di rumah saya. (TSI)
Ketika Yesus melihat ibu-Nya di samping saya -- sahabat karib-Nya -- berkatalah Ia kepadanya, "Dialah anakmu!" Lalu kepada saya Ia berkata, "Dialah ibumu." Sejak saat itu ibu-Nya tinggal di rumah saya. (FAYH)
~ FG