Ibu Rita Arifin pernah membagikan sesuatu yang luar biasa, mengenai penolakan. Beliau sendiri pun pernah mengalaminya, ketika melamar pekerjaan, maupun ditolak karena fisik.
Penolakan dapat membuat kita merasa kecewa, marah, terluka, ataupun menyerah, dan berhenti melangkah. Penolakan bisa terjadi di mana saja, dalam pekerjaan, pelayanan, maupun lainnya, baik secara halus maupun kasar atau terang-terangan. Dan yang paling menyakitkan adalah ketika mengalaminya dari orang-orang terdekat.
Ibu Rita mengingatkan, Tuhan Yesus sendiri pernah mengalami penolakan.
Markus 6:1-6, "Yesus ditolak di Nazaret -- Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar."
Apa saja penolakan yang Ia alami?
Yesus bukan lahir dari keluarga terpandang dan tidak memiliki pengaruh besar di kalangan masyarakat Yahudi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin juga sering mengalami penolakan-penolakan karena latar belakang, sebab orang-orang menilai dari materi, serta menganggap latar belakang kita.
Yesus mungkin dipertanyakan kepandaian-Nya. Berapa banyak kita juga pernah ditolak karena pendidikan kita dan dianggap tidak mampu mengerjakan sesuatu? Sering kali penolakan terjadi karena faktor pendidikan.
Yesus pernah dianggap rendah karena anak tukang kayu, bahkan Ia sendiri seorang tukang kayu. Mungkin hari ini kita juga ditolak, direndahkan, dan dipandang hina karena jenis pekerjaan kita.
Apa yang Yesus lakukan tidak sesuai yang mereka harapkan. Keengganan mereka untuk percaya kepada-Nya sebagai Anak Allah menjauhkan mereka dari hidup yang baru, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib.
Dari setiap penolakan yang kita alami, ada yang perlu kita teladani dari Tuhan Yesus, yaitu setia pada panggilan-Nya karena tahu tujuan hidup-Nya. Ia mengetahui kehendak Bapa-Nya, sehingga Ia berfokus pada panggilan-Nya.
Hati-hati, karena Iblis dapat memakai penolakan-penolakan yang kita alami hanya untuk membuat kita berhenti melangkah, dan kehilangan harapan. Padahal ingatlah, penolakan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan dapat menjadi awal dari sesuatu yang baru. Lebih lagilah mengandalkan Tuhan, dan berserah kepada-Nya.
Satu-satunya yang dapat membawa kita keluar dari rasa ketertolakan adalah penerimaan sejati dari kasih Tuhan Yesus. Sekalipun banyak orang menolak, tetaplah melangkah, sebab ada satu Pribadi yang selalu siap sedia menerima kita.
Jadi, jangan jadikan penolakan sebagai "tembok" yang meruntuhkan, melainkan "jembatan" yang kian membawa kita pada panggilan Tuhan. Meski perjalanan hidup terkadang sulit, janganlah pernah menyerah, sebab Ia sendiri tidak pernah menyerah dalam hidup kita, dan Ia senantiasa menyertai.
Ibrani 12:3 (AYT), "Ingatlah akan Yesus, yang tabah menghadapi permusuhan dari orang-orang berdosa sehingga jiwamu tidak menjadi letih dan putus asa."
Think of him who submitted to such opposition from sinners: that will help you not to lose heart and grow faint. (REB)
Just think of Him Who endured from sinners such grievous opposition and bitter hostility against Himself [reckon up and consider it all in comparison with your trials], so that you may not grow weary or exhausted, losing heart and relaxing and fainting in your minds. (AMP)
~ FG