GBI PRJ (CK7)

Bagaimana kita dituntun oleh Tuhan?

Dalam Bilangan 9, bait Allah dahulu pernah dibangun dengan sebuah kemah yang mudah dibongkar ataupun dipindah. Demikian juga, hati kita selayaknya seperti itu—mudah dibentuk atau dirombak oleh Tuhan. Lain halnya, sebuah gedung atau bangunan yang perlu biaya besar serta sulit diubah. Sebab, Allah kita dinamis, bergerak dari kemuliaan ke kemuliaan. Karena itu, jangan jadi orang Kristen yang semata-mata mengandalkan pengalaman masa lalu.

Jangan batasi kegerakan Tuhan. Apalagi kita manusia dalam tubuh ini yang penuh keterbatasan. Pandangan kita terbatas, Tuhan tidak pernah. Ia mampu memakai segala macam cara untuk menolong, membentuk, serta memulihkan kita. 

Hati yang penuh kerinduan, kehausan, serta kesederhanaan pasti akan terbuka secara luas juga untuk menerima serta mengalami apa pun bersama Dia. Denominasi gereja ataupun organisasi bisa saja distop atau dihentikan, tetapi Kerajaan Allah tidak bisa dibatasi oleh apa pun sebab mengatasi segala sesuatu.

Bilangan 9:15-17
Pada hari didirikan Kemah Suci, maka awan itu menutupi Kemah Suci, kemah hukum Allah; dan pada waktu malam sampai pagi awan itu ada di atas Kemah Suci, kelihatan seperti api. Demikianlah selalu terjadi: awan itu menutupi Kemah, dan pada waktu malam kelihatan seperti api. Dan setiap kali awan itu naik dari atas Kemah, maka orang Israelpun berangkatlah, dan di tempat awan itu diam, di sanalah orang Israel berkemah.

Kemuliaan Tuhan yang tercurah sanggup menyentuh dan mengubahkan hati seseorang, bahkan merupakan api yang menghanguskan! Kemuliaan-Nya bukan isapan jempol atau sia-sia belaka. 

Ada realitas tidak mudah yang akan kita hadapi, karena itu kita perlu prinsip kuat agar dapat menghadapi semua itu. Terlebih, karena Tuhan menolong. Seperti halnya Israel yang dituntun oleh tangan Tuhan yang kuat. Jika mereka tidak menyembah-Nya, selalu ada kekalahan. Karena itu, kita mesti dituntun dalam penyembahan. Saat kita tidak menyembah, kita tidak kuat. Penyembahan itu bukan sekadar lewat menyanyi, melainkan adanya perjanjian dengan-Nya. Karena itu, apabila kerohanian kita mati, kita tidak akan kuat dalam hidup ini.

Tuntunan Tuhan itu melalui kemah suci-Nya. Dalam Bilangan pasal 9 ayat 15 tadi, kata 'kemah suci' diulang beberapa kali, yang menandakan sesuatu yang penting. Dalam kemah suci, ada hukum Allah, yakni firman Tuhan. Karena itu, kesucian dan kekudusan adalah karakter Tuhan yang tidak boleh kita main-mainkan lagi. Jangan menyembah berhala yang selalu menuntut korban balik dari kita. 

Jika Yesus adalah Tuhan memerintah hati dan menguasai hidup kita, maka ekspresi kekudusan merupakan sesuatu yang alamiah dari kita, karena kemurnian akan mengalir keluar dari dalam. Nah, masihkah ada kekudusan dalam kita? Karena kekudusan Allah akan tercurah di atas kemah sucinya yang kudus. Jika kita tidak menghargai kekudusan, kita tidak akan kuat.

Kekudusan bukanlah beban, melainkan suatu yang indah dan sesungguhnya menyenangkan. Karena itu, terutama bagi anak-anak muda, jagalah kekudusan sebab merupakan perjanjian atau kovenan dengan Tuhan. Kekudusan itu juga berarti kita dipisahkan, terutama untuk melakukan tugas yang dikhususkan oleh Tuhan, meski mungkin kita masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan. Karena itu, hasilkanlah buah Roh.

Galatia 5:22-23
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Jika Tuhan yang membuka pintu bagi kita, tidak akan ada yang sanggup menutupnya. Akan tetapi, jika Tuhan yang sudah menutup pintu, tidak ada yang dapat membukanya!

Kiranya, hidup kita seperti kemah, dengan kata lain, fleksibel, mudah dibentuk, dan tidak keras hati. Kemah juga sering kali merupakan tempat tinggal para musafir. Kita adalah musafir-musafir atau peziarah saja yang singgah sementara di bumi ini. Orang yang mau bergerak adalah orang yang ringan hati. Karena itu, jadilah ringan dalam hidup ini. Berbagai hal yang kita miliki hanyalah fasilitas ataupun alat yang Tuhan percayakan, serta dapat Ia pergunakan demi tujuan-Nya. Tidak ada yang kekal di dunia ini. Tempat tinggal kita yang sejati ialah kelak di rumah Bapa, dalam Kerajaan Allah.

Jadi, apa pun yang kita alami saat ini, seberat apa pun, maulah untuk tetap dituntun oleh-Nya. Jadilah kemah-kemah suci-Nya.

Tuhan Yesus Memberkati