GBI PRJ (CK7)

Keindahan hubungan anak dan bapak tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Demikian pula hubungan kita dengan Bapa di sorga, kita memiliki hubungan yang khusus dengan Dia. 

Lukas 18 : 16
Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata : Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. 

Namun, kita (sebagai anak) seringkali "hebat" dalam membuat kesalahan dengan berbagai pembenarannya. Kita melihat kisah hubungan antara anak dan bapak yang tertulis dalam Injil Lukas 15. 

1. Melakukan kesalahan

Lukas 15 : 11 - 13
Yesus berkata lagi : Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya : Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 

Walau kita seringkali berbuat kesalahan, namun status kita sebagai anak Bapa tetap melekat. Untuk itu kita harus sadar, sebagai anak selalu terbuka untuk kembali kepada Bapa. 

2. Sadar akan kesalahan dan kembali pulang

Lukas 15 : 17 - 18
Lalu ia menyadari keadaannya, katanya : Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa. 

Banyak hal sudah terjadi tapi perjalanan bersama Tuhan (di segala keadaan), menyadarkan kita posisi kita di hadapan Tuhan. Nikmati segala yang ada, karena tanpa kita sadari disitulah indahnya sebagai anak. Keputusan terbesar adalah saat kita sadar untuk kembali kepada Bapa, terlepas dengan apa yang sudah kita lakukan. 

3. Protes anak sulung

Kisah ini berlanjut ketika anak sulung protes kepada Bapanya karena si bungsu diperlakukan dengan baik ketika pulang ke rumah. Si sulung mulai membandingkan- bandingkan dirinya dengan si bungsu. Perbandingan tidak pernah membawa kita kepada keadaan yang lebih baik. 

Lukas 15 : 28 - 29
Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya : Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 

Konsekuensi kehidupan merupakan pelajaran terbaik. Kebebasan harus dipertanggungjawabkan. 

Lukas 15 : 12
Kata yang bungsu kepada ayahnya : Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 

4. Diterima kembali oleh Bapa

Selalu ada penerimaan ketika mengambil keputusan yang benar dan kembali kepada Bapa.

Lukas 15 : 20
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 

The magic thing about home is that it feels good to leave, and it feels even better to come back
(Hal ajaib tentang rumah adalah rasanya menyenangkan untuk pergi, dan bahkan lebih baik untuk kembali) 

Sukacita terbesar adalah ketika kita sadar kemana kita selalu dapat kembali, dimana selalu ada penerimaan. Bapa selalu merindukan kita untuk datang kembali. 

Tuhan Yesus Memberkati