GBI PRJ (CK7)

Walaupun saat ini kita belum menjadi seorang ayah, suatu saat nanti kita akan menjadi seorang ayah, oleh karena itu kita harus mengambil tanggung jawab untuk menjadi seorang ayah supaya nanti keturunan kita bisa dipakai untuk memuliakan Tuhan. 

Menjadi seorang pemimpin tidak berbeda dengan menjadi seorang ayah, sama-sama memiliki tanggung jawab membina jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan kepada kita. Menjadi seorang ayah sangat menarik karena tidak ada sekolahnya, dan belajar dari pengalaman-pengalaman orang di sekeliling kita. 

Menjadi seorang ayah adalah sebuah perjalanan, tapi jangan takut karena ada telanta dalam anak tersebut. Anak adalah miliki pusaka Tuhan yang menjadi tanggung jawab kita untuk dijaga; untuk menjaga pusaka Tuhan, kita harus mau belajar, memperlengkapi diri, dan kembalikan semuanya untuk kemuliaan nama Tuhan.

Mazmur 127 : 3
Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.

Masa depan anak kita bukan masa depan yang jauh sekali, tetapi masa depan anak kita ada pada apa yang kita mulai sekarang, dan kita kembangkan seperti benih yang bertumbuh setiap hari. Maka itu, investasikan waktu kita supaya benih yang kita miliki bertumbuh dan berbuah dengan baik, harus dipupuk dengan kasih, dan siram dengan Firman Tuhan. Dan ketika pohon itu tumbuh, akan menjadi berkat bagi banyak orang, itulah tanggung jawab kita. 

Mazmur 127 : 4
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.

Yang memegang peranan paling penting saat melesatkan anak panah adalah pahlawannya, kita semua sebagai orangtua menjadi pahlawan, seharusnya mempersiapkan diri untuk melesatkan anak panah kita supaya tepat sasaran. 

Sebagai orangtua, kita harus memberdayakan dan melengkapi diri kita dengan baik, jangan sampai anak panah yang melesat dari tangan kita melenceng. 

Tuhan sudah percayakan pada kita milik pusaka-Nya, maka dari itu kita harus jaga dengan baik dan kembalikan kepada Tuhan.

Menjadi seorang ayah bukan hanya sebagai status, sebab di dunia ini banyak predikat ayah hanya sebagai status, karena saat melahirkan seorang anak secara otomatis kita menjadi seorang ayah. Tetapi, sudahkah kita berfungsi sebagai seorang ayah ?

Menjadi seorang ayah yang berdampak :

1.    Source and Foundation.

Seorang ayah harus menjadi sumber dan fondasi bagi anak-anaknya, seorang ayah harus berperan bagi anak-anak, atau jika tidak, orang lain yang akan masuk sebagai sumber bagi anak-anak. Dalam pikiran dan perbuatan dan setiap hal yang kita lakukan, harus terus bicarakan tentang Tuhan secara berulang-ulang. Jangan lupakan mezbah keluarga dan ajaran tentang Firman Tuhan pada anak-anak kita. Kita harus pastikan sumber informasi dan fondasi itu benar untuk anak-anak kita.

2.    Good Role Modelling.

Kita harus menjadi contoh yang baik. Anak-anak melihat apa yang kita lakukan, maka itu, harus menjadi model yang baik bagi mereka. Yang kita lakukan memiliki potensi yang besar untuk ditiru oleh anak-anak, itulah tantangan terbesar bagi seorang ayah, yaitu menjadi contoh yang baik.

3.    Guidance and Affirmation.

Kita harus jadi arahan, dan tunjukkan dampak yang baik bagi anak-anak kita, sebagai seorang ayah kita harus mengambil peranan dan berikan arahan, saat memberikan arahan, tidak boleh melakukannya atas dasar emosi atau pelampiasan, tapi penuh kasih dan pujian, supaya anak kita melangkah tanpa keraguan, melainkan dengan kepastian. Maka dari itu, kita harus memperlengkapi diri, kita harus bisa imbang dalam memberikan pujian dan arahan mana yang harus dituju oleh anak-anak kita.

4.    Compassion and Protection.

Miliki kasih dan perlindungan bagi anak-anak kita, jangan cuma bisa menegur dan menghakimi, tetapi milikilah kedekatan secara emosi juga. Kita ada saat anak-anak membutuhkan, dan menjaga mereka kita dari ‘bullying’ atau perundungan maupun pelecehan. 

Anak-anak sadar saat ada seseorang yang peduli dan mengasihinya, karena itu kita bisa memberikan ‘corrective feedback’ (koreksi yang membangun) ketika mengajari mereka.

Mungkin bagi dunia, kita hanya manusia biasa, tapi bagi anak-anak kita, bisa saja kita adalah dunianya. Maka itu, perlengkapi diri kita untuk melesatkan anak panah sampai tepat sasaran.

Tuhan Yesus Memberkati