GBI PRJ (CK7)

Lukas 6:38 (TSI), "Berilah pertolongan kepada orang lain, maka Allah pun akan menolong kamu. Bahkan Allah akan menambahkan lebih daripada yang kamu perlukan saat Dia membalas kebaikanmu itu. Ketika Dia memberkatimu, Dia akan memakai ukuran yang lebih besar, dan membuat takaran itu penuh dan padat sekali, sampai ada yang tumpah di sekitarnya. Karena ukuran yang kamu pakai untuk memberi kepada orang lain akan dipakai Allah waktu Dia membalas kebaikanmu itu."

Karena, jika kalian memberi, kalian akan menerima! Pemberian kalian akan dikembalikan dengan takaran yang penuh dan berlimpah-limpah, yang ditekan dan diguncang supaya masih dapat diisi lagi, sehingga melimpah-ruah. Takaran apa pun yang kalian pakai untuk memberi, besar atau kecil, akan dipakai untuk menakar yang dikembalikan kepada kalian. (FAYH)

Give away your life; you'll find life given back, but not merely given back--given back with bonus and blessing. Giving, not getting, is the way. Generosity begets generosity. (MSG)

Beberapa hari yang lalu, saya mendengar nasihat sederhana dari seseorang tentang kalimat yang pernah diucapkan oleh bosnya—dan entah kenapa, kalimat itu menempel di kepala saya sampai sekarang ini.

Bosnya berkata begini, "Kamu jangan jadi tong yang cuma menampung. Nanti isinya busuk. Jadilah pipa—yang mengalirkan. Maka kamu akan terus terisi dengan yang baru."

Saya langsung terdiam mendengar kata-kata itu.

Karena di balik kata-kata yang mungkin terasa atau terdengar lucu itu, ada kebenaran hidup yang dalam sekali.

Mengapa? Karena kita semua punya kecenderungan untuk menampung—menampung ilmu, menampung pengalaman, menampung wejangan, menampung kebaikan orang lain, dan sebagainya.

Itu baik. Tapi jangan cuma berhenti sampai di situ.

Sebab, biasanya apa pun yang hanya ditampung tanpa dibagi, lama-lama menjadi basi. Ilmu yang tidak dibagikan jadi beban. Hikmat yang disimpan sendiri jadi kesombongan. Berkat yang tidak diteruskan, kehilangan maknanya.

Firman Tuhan pun mengingatkan prinsip sederhana namun berkuasa ini, bahwa Tuhan akan mengalirkan berkat kepada mereka yang mau mengalirkannya kembali.

Memberi bukan membuat kita kekurangan, melainkan memberi justru membuka "ruang baru" untuk hal-hal segar masuk ke dalam hidup kita, serta kita dapat mengalirkan kebaikan-kebaikan maupun hal-hal yang baru tersebut kepada orang-orang lain yang mungkin membutuhkan ataupun ketika Tuhan menggerakkan hati kita untuk melakukannya.

Kekristenan pun tidak pernah dimaksudkan untuk berhenti cuma sampai di meja belajar. Firman bukan untuk sekadar dikoleksi seperti catatan kuliah. Kasih bukan untuk dipendam seperti tabungan rahasia. Kita diajak untuk menjadi orang-orang yang membagikan kesaksian, menceritakan kebaikan Tuhan, menolong dengan apa yang kita tahu, menyalurkan damai sejahtera dan penghiburan, menjadi perpanjangan tangan kasih Tuhan.

Yesus tidak pernah berkata, "Pelajarilah firman itu dan simpan dalam hatimu saja." Ia berkata,

"Pergilah dan jadikan semua bangsa murid-Ku."

Go out and train everyone you meet, far and near, in this way of life, marking them by baptism in the threefold name: Father, Son, and Holy Spirit. (Matius 28:19, MSG)

Bahkan, Laut Mati itu "mati" bukan karena tidak menerima air, tetapi karena tidak mengalirkannya ke manapun. Begitu pula hidup kita. Ketika kita hanya menampung tanpa menyalurkan, jiwa kita bisa mengering tanpa kita sadari. Namun saat kita mau mulai berbagi—baik sedikit demi sedikit maupun seberapa pun berdasakan kerelaan hati—maka hati kita pun akan terasa lebih ringan, dan hidup kita dapat dipenuhi oleh Tuhan dengan hal-hal yang baru serta segar.

Pertanyannya, apakah selama ini kita masih seperti tong yang sekadar menampung, ataukah pipa bersih yang mengalirkan air? Semoga kita menjadi saluran berkat, dan bukan sekadar seperti tempat penampungan yang diam, tanpa kepedulian.

~ JP