
Dalam salah satu sesi belajar Alkitab, ada satu bagian dari kitab Imamat yang sangat menampar: kisah Nadab dan Abihu, anak-anak Harun. Mereka mempersembahkan "api asing" kepada Tuhan—bukan api yang Tuhan perintahkan, bukan api dari mezbah-Nya.
Dari luar, mungkin semuanya terlihat rohani. Tetapi Tuhan menghukumnya—karena sumbernya tidak diperkenankan Allah, dan motivasinya sesungguhnya hanyalah untuk melayani keinginan mereka sendiri, dan di dalam diri mereka tidak ada rasa takut akan Allah.
Bagaimana dengan kita? Apakah hati kita sungguh-sungguh ingin menyenangkan hati Tuhan?
Tuhan tidak kagum pada apa yang mungkin terlihat sempurna, megah, spektakuler, dan "wow". Tetapi, Tuhan mencari hati yang tulus menyembah Dia. Bukan yang palsu. Ibarat seseorang yang meniru tanda tangan—bentuknya persis, indah, dan meyakinkan, namun tetap saja pemalsuan.
Apakah penyembahan kita lahir dari ketaatan, kerendahan hati, kasih, dan ketulusan? Apakah datang dari hati yang mengabdi, ataukah hati yang hanya ingin diakui oleh manusia? Jangan sampai ada "api asing", apa pun itu bentuknya.
Biarlah hidup kita menjadi persembahan yang murni, benar, dan menyenangkan hati-Nya.
Imamat 10:1-2, "Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka. Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN."
Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, berdosa. Mereka mengambil piring kemenyan dan meletakkan api dan kemenyan ke atas piring itu, tetapi mereka tidak memakai api yang telah ada di atas mezbah—mereka mengambil api dari tempat lain dan membawanya kepada TUHAN. Bukan itu yang diperintahkan-Nya. Jadi, api datang dari TUHAN dan membinasakan Nadab dan Abihu. Mereka mati di hadapan TUHAN. (VMD)
~ JP