Sebuah ilustrasi menceritakan tentang pesawat penumpang yang terbang tenang di ketinggian tertentu.
Lalu, tiba-tiba sebuah jet tempur melintasi dengan kecepatan tinggi. Kemudian, sang pilot bermanuver, serta berada di sisi pesawat komersil tersebut, lalu menyapa sang kapten, "Penerbangan Anda tentu membosankan sekali, bukan?" sambil tertawa mengejek.
Namun, pilot senior pesawat penumpang itu menjawab: "Oh tentu tidak, justru saya malah sangat menikmatinya, dan tentu Anda tidak bisa melakukan apa yang saya lakukan ini."
"Apa itu?" tanya pilot jet tempur penasaran.
Sambil mengawasi beberapa menit lamanya, tetapi tidak terjadi apa pun, "Tidak ada apa-apa! Memangnya, apa yang bisa engkau lakukan?" katanya.
"Oh, saya bisa berdiri sejenak, lalu jalan sebentar ke belakang, lalu membuat secangkir kopi, dan mengambil sepotong kue, dan memakannya," jawab sang pilot pesawat penumpang dengan mode autopilot.
Banyak orang mungkin seperti pilot muda pesawat tempur tadi, yang karena kemampuan dan keahliannya, menganggap berhak menyombongkan diri serta merasa lebih baik daripada orang lain.
Padahal, seperti halnya pilot senior di atas, seiring bertambah usia, seseorang yang bijak akan menyadari pentingnya ketenangan, kedamaian, serta kerendahan hati. Lagipula, menjadi tua itu pasti, tetapi dewasa merupakan pilihan. Hari demi hari.
Titus 2:2 (FAYH), "Ajarlah kaum pria yang sudah dewasa supaya mereka bersikap sungguh-sungguh dan tenang. Mereka harus bijaksana, harus mengenal dan mempercayai kebenaran, serta melakukan segala sesuatu dengan kasih dan sabar."
Ajarlah laki-laki yang lebih tua untuk memiliki pikiran yang jernih, hidup yang terhormat, dan dapat menguasai diri, baik dalam keyakinan kepada Allah, dalam kasih, maupun dalam kesabaran. (AMD)
Specifically, tell the older men that they should control themselves in all situations/whatever happens, that they should behave in such a manner that all people will respect them, and that they should control what they say and do. And tell them that they should firmly believe in the correct teachings, that they should sincerely love others, and that they should always be steadfast. (DEIBLER)
"You could die in each climb and that meant you were responsible for yourself. We were real mountaineers: careful, aware and even afraid. By climbing mountains we were not learning how big we were. We were finding out how breakable, how weak and how full of fear we are. You can only get this if you expose yourself to high danger. I have always said that a mountain without danger is not a mountain" (Ada saja risiko kematian dalam pendakian, makanya kita benar-benar perlu memiliki tanggung jawab pribadi. Kami saja sebagai ahli mendaki harus berhati-hati, sigap, serta merasakan takut yang merupakan hal yang wajar. Dengan mendaki, kami bukannya merasa diri hebat, melainkan justru betapa rapuh, lemah, serta penuh rasa takut diri ini. Kita semua sebenarnya dapat merasakan semuanya itu saat menghadapi bahaya yang besar. Lagipula, prinsip saya adalah bahwa sebuah gunung bukanlah gunung apabila tidak memiliki risiko apa pun). ~ Reinhold Messner
~ sine nomine