Saya kira tidak ada istilah inkremental dalam bahasa Indonesia, dan hanya dalam bahasa Inggris. Ternyata, ada! Dalam bahasa Inggris sendiri, artinya happening gradually, in a series of small amounts, atau hampir senada dalam bahasa Indonesia yang berarti bertambah ataupun berkembang sedikit demi sedikit secara teratur.
Terkait inkremental itu sendiri, ada dua pilihan: mau bertambah dan berkembang sedikit demi sedikit secara teratur untuk hal-hal yang negatif, ataukah yang positif?
Dengan kata lain, setiap hal besar sering kali dimulai dari sesuatu yang kecil. Karena itu, berhati-hatilah dengan kebiasaan kita yang tidak baik.
Jika terus-menerus memilih serta membiarkan hal-hal yang terlihat kecil ataupun sepele, namun mengarah pada sesuatu yang buruk, lambat laun akan menjadi suatu hal yang besar. Misalnya, memupuk pikiran-pikiran kotor, lama-kelamaan akan berbuah pada kejahatan nyata. Sebaliknya, jika kita setia melakukan hal-hal yang kecil dan baik, kita akan memperoleh serta mengalami kemenangan yang besar.
Efesus 4 : 17 (BIS), "Saya menulis ini dengan kuasa dari Tuhan. Saya peringatkan kalian dengan keras, 'Jangan lagi hidup seperti orang yang tidak percaya kepada Allah.' Pikiran mereka sudah gelap. Mereka tidak mengenal kehidupan yang diberi oleh Allah, sebab mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan apa-apa tentang Allah. Mereka demikian, karena keras kepala. Mereka sudah tidak punya perasaan malu lagi, sehingga mereka mengikuti segala hawa nafsu, dan hidup cabul sesuka hati."
Karena itu, izinkan saya mengatakan hal ini demi Tuhan: Janganlah hidup seperti orang yang sesat, sebab mata mereka dibutakan dan pikiran mereka dikacaukan. Hati mereka tertutup dan sama sekali gelap. Mereka jauh dari kehidupan Allah karena telah menutup hati terhadap Dia dan tidak memahami jalan-Nya. Mereka tidak lagi menghiraukan mana yang benar dan mana yang salah, dan mereka telah menyerahkan diri kepada jalan yang cemar. Mereka merajalela karena didorong oleh hawa nafsu dan pikiran yang jahat. (FAYH)
So this I say and solemnly testify in [the name of] the Lord [as in His presence], that you must no longer live as the heathen (the Gentiles) do in their perverseness [in the folly, vanity, and emptiness of their souls and the futility] of their minds. Their moral understanding is darkened and their reasoning is beclouded. [They are] alienated (estranged, self-banished) from the life of God [with no share in it; this is] because of the ignorance (the want of knowledge and perception, the willful blindness) that is deep-seated in them, due to their hardness of heart [to the insensitiveness of their moral nature]. In their spiritual apathy they have become callous and past feeling and reckless and have abandoned themselves [a prey] to unbridled sensuality, eager and greedy to indulge in every form of impurity [that their depraved desires may suggest and demand]. (AMP)
Pilihannya ada pada kita. Kutuk atau berkat? Penyesalan ataukah damai sejahtera? Kekalahan atau kemenangan?
Kita teringat akan pengalaman nabi Yehezkiel yang mendapat penglihatan tentang air yang mengalir dari Bait Suci, kemudian dibawa mengukur kedalamannya yang semakin dalam. Mulai dari pergelangan kaki, lalu lutut, di pinggang, sampai menjadi sedalam sungai (Yehezkiel 47 : 1 - 12). Hal ini juga dapat menggambarkan kelimpahan berkat dari Allah.
Pertanyaannya, mungkinkah kita sering kali justru hanya memilih hal-hal yang bukannya membawa kita makin dalam pada pengenalan kita akan Allah serta mengalami urapan dan berkat-Nya, ibarat hanya sampai di pergelangan kaki ataupun bahkan malah kembali keluar dari kedalaman hubungan serta keintiman kita dengan Allah?
Sekaranglah saatnya memilih, apakah kita mau di pihak Allah atau tidak?
~ FG