"Napsu atau nafsu?" tanya seseorang.
"Napsu," jawab temannya.
"Nafsu, pakai F, fanta, filipi, filemon," kata seorang yang lain sambil menandaskan pakai huruf F.
Tiba-tiba, teman dari Bandung dengan logat Sundanya yang kental menimpali, "Ah, pitnah! Yang benar pake P, napsu."
Sering kali kita merasa paling betul ataupun saling menyalahkan, tanpa menyadari manakah yang benar. Alangkah beratnya kadang untuk mengalah maupun mengakui kesalahan sendiri.
Esau yang terus memburu adiknya, untuk mempersalahkan, meminta pertanggungjawabannya atas apa yang menimpa dirinya, padahal ia sendirilah yang menjual hak kesulungannya kepada Yakub. Yang biasa memburu hewan, mesti sampai-sampai mengutus 400 orang untuk menyertai dia kalau-kalau memerangi dan membalas Yakub adiknya sendiri (Kej. 32:6, 33:1).
Meski Yakub pun pernah bersalah, yakni menipu, menurut Ps. Philip Mantofa, tidak ada ruang untuk Allah di hati Esau. Yang ada hanyalah, Me, Myself, and I atau aku, aku, dan aku. Konon, ia mati terpenggal seorang dari keturunan suku Dan, Hushim yang tunarungu serta dungu.
Sementara itu, Yakub mau rendah hati, rela dibentuk oleh Allah, bahkan dibuat pincang. Sehingga salah satu keturunannya, Yusuf dapat menjadi pemimpin besar di kemudian hari yang menyelamatkan bangsa Israel. Lebih baik pincang—pernah gagal, salah dan kalah—namun mengakuinya dan terus maju berjalan bersama Allah, daripada mencoba dan merasa gagah sepanjang masa tetapi tanpa penyertaan-Nya.
Yakobus 5 : 9, "Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu."
Saudara-saudari, janganlah kita saling mencari dan saling membicarakan kesalahan dan kelemahan saudara-saudari kita. Lihat! Kedatangan Hakim yang adil Kristus sudah dekat, dan Dia akan menjatuhkan hukuman yang lebih berat kepada mereka yang suka melakukan hal yang seperti itu. (TSI)
Saudara sekalian, janganlah menggerutu tentang orang lain. Apakah Saudara sendiri sudah bebas dari segala cela? Karena tengoklah, Hakim yang agung itu sudah di ambang pintu. (FAYH)
Oh ya, ejaan yang disempurnakan atau EYD untuk pertanyaan di paling atas memang nafsu, pakai F, bukan P. Dan kiranya tidak ada di antara kita pun yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, melainkan mau memiliki kerendahhatian seperti Yakub.
Ibrani 12 : 16, "Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan."
Jagalah supaya jangan ada yang hidup cabul atau tidak menghargai hal-hal rohani, seperti yang dilakukan oleh Esau. Ia menjual haknya sebagai anak sulung, hanya untuk satu mangkuk makanan. (BIS)
~ FG