-
Nofedin Waruwu, S. Th, M.Pd.K
-
04 November 2024
-
Doa Fajar
-
Pk. 04:40 WIB
Transformasi adalah proses perubahan yang signifikan, baik dalam bentuk, struktur, kondisi, dan suatu hal tertentu. Kisah nyata ketika Tuhan Yesus membangkitkan pemuda dari Nain merupakan contoh transformasi yang luar biasa, di mana kesedihan, kekhawatiran bertransformasi menjadi sukacita serta keberanian, bahkan kematian bertransformasi menjadi kehidupan.
Lukas 7 : 11 - 17
Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya : "Jangan menangis !" Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata : Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah ! Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata : Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita, dan Allah telah melawat umat-Nya. Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Firman ini mengingatkan kita, bahwa dalam perjumpaan dengan Tuhan, akan terjadi transfromasi. Transformasi akan terjadi dalam seluruh aspek kehidupan setiap orang yang mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan. Melaluinya kita dapat mengalami kasih dan kuasa-Nya, yang tidak dapat diberikan oleh dunia.
• Latar Belakang
Peristiwa Yesus membangkitkan seorang anak janda yang sudah meninggal terjadi di kota Nain, sebuah desa kecil di Galilea. Nain terletak dekat dengan kota Kapernaum, tempat di mana Yesus melakukan banyak mujizat dan pengajaran-Nya. Nain memiliki arti mempesona atau indah. Pada zaman Yesus, tempat ini dianggap dapat memberikan sukacita bagi setiap orang yang datang atau berada di sana karena keindahannya yang luar biasa.
Penduduk kota yang ada di Nain pada umumnya memelihara tradisi Yahudi, hal ini terlihat ketika ada orang mati diusung untuk dibawa ke pemakaman, tidak dibawa dengan menggunakan peti. Penduduk Nain juga melakukan hukum-hukum Yahudi dengan baik.
• Rombongan Yesus dari luar Nain, dan rombongan janda dari dalam Nain.
Yesus beserta murid-murid-Nya, dan orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong ke kota Nain (Lukas 7 : 11). Mereka berbondong mengikuti Dia karena telah mengalami perjumpaan dengan-Nya. Yesus adalah Sumber sukacita dan jawaban. Sementara itu, dari tempat dalam kota Nain yang mempesona, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu (Lukas 7 : 11 - 12). Rombongan Yesus dipenuhi sukacita, beda kontras dengan rombongan janda yang larut dalam kesedihan serta kekhawatiran.
Transformasi yang terjadi melalui perjumpaan dengan Yesus Kristus :
• Transformasi dukacita menjadi sukacita (ayat 13)
Pada zaman itu, masyarakat sangat dipengaruhi norma-norma sosial maupun agama. Kehilangan anak satu-satunya, terutama bagi seorang janda, sangat berat, karena janda sering kali kehilangan sumber dukungan dan perlindungan dalam masyarakat yang patriarkat (mengutamakan keturunan dari pihak laki-laki, ayah atau bapak).
Budaya pada saat itu, bila seorang janda tidak memiliki anak, maka seluruh harta warisan suaminya akan menjadi hak milik bagi saudara ataupun keluarga dari suaminya. Janda yang kehilangan anak satu-satunya larut dalam kesedihan, ia menangis sepanjang perjalanan untuk menguburkan anaknya yang telah meninggal dunia.
Kehilangan bukanlah hal yang mudah bagi setiap orang. Meski banyak orang menyertai janda tersebut, tidak seorang pun yang dapat mengubah keadaannya. Di saat Yesus melihat janda yang berduka karena kehilangan anaknya itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Ini menunjukkan sifat Allah yang penuh kasih, dan perhatian terhadap penderitaan kita.
Oleh karenanya, perjumpaan dengan Tuhan, akan mengubah duka kita bertransformasi menjadi sukacita, ketakutan kita bertransformasi menjadi keberanian serta kekuatan, bahkan kegagalan bertransformasi menjadi keberhasilan.
• Kematian bertransformasi menjadi kehidupan (ayat 14 - 15)
“Sumber” kesedihan dari janda dalam kejadian ini adalah kematian anaknya semata wayang, anak satu-satunya. Namun, Yesus tidak hanya memberikan sukacita dengan kata-kata penghiburan, melainkan Ia membangkitkan anak yang meninggal tersebut dari kematian.
Mungkin “kematian” yang kita alami saat ini bukanlah kematian secara tubuh jasmani, melainkan “kematian rohani” oleh karena persoalan yang kita hadapi, dan masalah lainnya. Namun, Tuhan Yesus sanggup mengubahkan, mentransformasi, dan membangkitkan “kematian-kematian” tersebut kembali menjadi kehidupan bagi kita.
Tiga aspek penentu transformasi dalam kehidupan manusia :
1. Perjumpaan dengan Tuhan
Ketika Yesus melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan.
2. Kasih Tuhan
Tuhan yang kita imani dan percayai adalah Tuhan yang penuh kasih. Tidak akan pernah ada kasih di dunia seperti kasih Yesus.
3. Kuasa Tuhan
Yesus mampu membangkitkan anak laki-laki dari kematian, menunjukkan kuasa-Nya. Kuasa Tuhan lebih besar daripada segala kuasa yang ada di dunia ini.
Dampak transformasi untuk diri sendiri (Lukas 7 : 15) :
• Menjadi bangun dan bangkit
‘Bangun’ dalam bahasa Yunani memakai kata ‘anakathizo’ yang juga berarti tidak berbaring lagi. Setiap orang percaya, semestinya tidak ada lagi yang tertidur imannya. Pribadi-pribadi yang telah mengalami transformasi akan bangun, bangkit, dan bergerak.
Kisah Para Rasul 9 : 40
Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata : Tabita, bangkitlah ! Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk.
• Menjadi saksi serta berkata-kata
‘Berkata-kata’ dalam bahasa Yunani memakai kata ‘laleo’ yang dapat bermakna berbicara, berkata, mengucapkan, menyatakan, membisikkan, mengatakan, dan memberitakan. Pancaindera yang dipergunakan untuk berbicara, berkata-kata, mengatakan, memberitakan adalah mulut. Karena itu, pribadi yang sudah bertransformasi, seharusnya tidak tinggal diam, melainkan berkata-kata dalam doa, pujian, penyembahan, dan memberitakan atau bersaksi tentang Kristus.
Sebagai orang percaya, kita bukan pengamat, melainkan pelaku iman dan firman. Apalagi dalam kalender Ibrani, tahun ini adalah tahun 5785 (Pey Hey) : 80 (פ) = Pey, (ה) 5 = Hey (merupakan huruf kelima dalam alfabet Ibrani). Gambaran huruf ‘Pey’ merupakan mulut, sedangkan angka 5 adalah kasih karunia. Angka 5 muncul dua kali, maka kasih karunia ganda akan dicurahkan. Dan kunci untuk mendapatkan kasih karunia ganda adalah mulut, sebab kita masih berada di dekade ‘Pey’ (mulut).
Dampak transformasi untuk orang lain (Lukas 7 : 16 - 17) :
• Takut akan Tuhan dan menjadi percaya.
Banyak orang akan terheran-heran dan memuji Tuhan. Transformasi pemuda yang mengalami kebangkitan itu tidak hanya mengubah hidupnya, tetapi juga mempengaruhi orang lain. Orang lain menjadi takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan dalam prespektif positif, adalah mereka yang menuruti segala perintah-Nya, serta menjadi percaya.
• Memuliakan Allah
Transformasi yang terjadi dalam kehidupan kita akan berdampak bagi orang-orang di sekitar kita. Kasih dan kuasa Allah yang mengubah hidup kita akan berdampak bagi orang lain, sehingga hidup mereka juga hendaknya akan ikut memuliakan Allah.
Kita diingatkan hari ini, transformasi terjadi dalam kehidupan setiap orang apabila mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi. Tuhan yang kita imani adalah Tuhan yang memiliki kasih dan kuasa, sehingga dapat mentransformasi kehidupan setiap pribadi yang berjumpa dengan Dia. Apa pun yang menjadi pergumulan dan tantangan dalam kehidupan anak-anak Tuhan hari-hari ini, jangan takut dan khawatir. Berjumpalah dengan Tuhan, maka Ia akan mentransformasi setiap persolan kita dengan kemenangan demi kemenangan.
Setiap pribadi yang telah mengalami transformasi hendaknya menjadi pelaku, bukan hanya pengamat. Mari kita bangun, bersaksi, sehingga setiap orang yang melihat dan menyaksikan transformasi dalam hidup kita akan mengenal dan percaya bahwa Yesus satu-satunya Juruselamat manusia. Jadikan hidup kita sebagai alat Tuhan untuk membawa setiap orang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus. Jesus for Everyone !
Tuhan Yesus Memberkati