GBI PRJ (CK7)

Hari ini kita akan belajar dari seorang tokoh raja Salomo, penulis kitab Pengkhotbah, maupun pengalaman serta kesalahannya, terutama ketika ia sudah sampai pada masa puncak dalam hidupnya.

“A smart man learns from his mistake, but a wise one learns from others’ mistakes” (Orang yang pandai akan mau belajar dari kesalahannya sendiri, namun orang yang lebih bijak akan belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain supaya tidak melakukan maupun mengulang yang serupa).

Pengkhotbah 1 : 1

Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem.

Siapakah Salomo itu :

• Raja paling bijaksana

1 Raja-raja 3 : 12 

Aku akan menjadikan engkau lebih bijaksana dan lebih berpengetahuan daripada siapa pun juga, baik pada masa lalu maupun pada masa yang akan datang.

• Sangat kaya raya.

1 Raja-raja 3 : 13 

Bahkan apa yang tidak kau minta pun akan Kuberikan juga kepadamu: seumur hidupmu kau akan kaya dan dihormati melebihi raja lain yang mana pun juga.

• Dikelilingi banyak perempuan cantik

1 Raja-raja 11 : 3 

Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada Tuhan.

Apa yang bisa kita pelajari melalui raja Salomo, khususnya tentang ‘vanity’ atau kesia-siaan, karena banyak sekali kata tersebut yang dipakai dan ditulis dalam kitab Pengkhotbah :

1. Salah tujuan

Tujuan Salomo waktu itu sepertinya hanyalah kesuksesan di dunia ini, padahal apa yang diraihnya tidak dapat ia bawa ke alam baka, namun harus ditinggalkan kepada orang lain. “Success is not a destination; it's a journey” (Keberhasilan yang sejati sesungguhnya bukanlah jadi tujuan utama, melainkan apa saja yang kita kerjakan maupun alami selama proses-proses maupun perjalanan yang ada). Ada tujuan yang lebih mulia di balik kesuksesan maupun keberhasilan yang kita alami. Jangan sampai kita terus-menerus mengalami salah tujuan hingga akhir hidup kita.

Pengkhotbah 2 : 18 - 20

Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku. Dengan demikian aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari. Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah dengan hikmat, pengetahuan dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu. Ini pun kesia-siaan dan kemalangan yang besar.

Contoh orang sukses di dunia :

Thomas Lee (78 tahun) dengan harta sekitar 2 miliar dolar, serta Robbin Williams (63 tahun) yang meraih banyak penghargaan film, namun di puncak karier, mereka mengakhiri hidupnya karena merasa tidak bahagia. Ada juga beberapa artis “K-Pop” (penyanyi Korea Selatan) yang masih sangat muda, serta terkenal, tetapi mereka menyudahi hidupnya sendiri karena tidak bahagia, misalnya Moon Bin (25 tahun) dan Hae Soo (29 tahun). 

Alamilah keberhasilan bersama Tuhan, maka kita tidak akan mengalami kekurangan, terutama sukacita serta damai sejahtera. Ingatlah tujuan kehidupan ini, kita diberkati untuk memberkati orang lain (We are blessed to be a blessing). Kadang, Ia pun mengizinkan kita berada dalam suatu keadaan untuk menjadi berkat, garam dan terang dunia. Jadi, jangan sampai salah tujuan hidup.

2. Salah prioritas

Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama raja Salomo waktu itu, terutama setelah memperistri perempuan-perempuan bangsa asing, yang membuatnya menyembah dewa-dewa berhala mereka. Ada kehendak bebas, tetapi untuk membuat pilihan yang benar ada pada tangan kita.

Aturlah hidup kita supaya memprioritaskan dan mengutamakan Tuhan di atas segalanya, memulai hari-hari kita dengan Dia. Hati-hati, Iblis tidak takut bila kita jadi anak Tuhan, namun ia takut apabila kita sungguh-sungguh taat, serta dekat dengan Dia. Bayangkan, kita sebagai orangtua, anak-anak kecil kita mengatakan sudah tidak punya waktu lagi dengan kita! Jangan sampai waktu untuk cek media sosial, maupun hal-hal sepele lainnya, jauh lebih banyak daripada ‘saat teduh’ ataupun waktu kita dengan Tuhan. Libatkan serta prioritaskan Allah dalam segala hal, agar saat “badai hidup” menyerang, kita dapat mengerti ataupun memahami makna hidup lebih baik.

1 Raja-raja 11 : 4 - 6

Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada Tuhan, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti Tuhan, seperti Daud, ayahnya. 

Efesus 5 : 16 - 17

Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. 

3. Salah bergantung

Banyak orang mengalami menerima berkat melimpah, namun malam harinya tidak dapat tidur (padahal tidur adalah salah satu “harta” yang sangat berharga), karena salah bergantung, yakni pada materi saja maupun kesanggupan diri. Ingatlah, kemampuan untuk menikmati berkat adalah anugerah dari Tuhan juga. Our part is to do our best, let God do the rest (Gantungkanlah masa depan kita hanya kepada-Nya, bukan pada kekuatan, kemampuan, maupun kepintaran kita sendiri).

Pengkhotbah 2 : 15 & 23 

Maka aku berkata dalam hati : Nasib yang menimpa orang bodoh juga akan menimpa aku. Untuk apa aku ini dulu begitu berhikmat ? Lalu aku berkata dalam hati, bahwa ini pun sia-sia … Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Ini pun sia-sia. 

Pengkhotbah 2 : 24 - 25

Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia ?

Mazmur 127 : 2

Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah - sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

Ingatlah, di mana harta kita berada, di situ juga hati kita berada. Hidup di dunia ini hanyalah ibarat “transit” atau tempat singgah sementara. Karena itu, jadilah bijaksana. Investasikan hidup kita - baik itu dana, pikiran, maupun tenaga bagi perluasan kerajaan Allah, memberitakan kabar keselamatan Tuhan Yesus, supaya kita tidak mengalami ‘vanity’ atau kesia-siaan. 

Iblis tidak takut kita ke gereja atau ketika diberkati Tuhan, namun si jahat itu takut kalau kita bisa menikmati berkat-Nya dengan penuh sukacita, bahkan memberkati orang lain. Kita harus tahu esensi hidup kita. Karena itu, bersungguh-sungguhlah dengan Tuhan dalam hal-hal ini :

• Esensi kehidupan : menikmati serta menjadi berkat.

• Esensi penyembahan : menjadi calon mempelai Kristus, serta menerima kuasa-Nya.

• Esensi persembahan : memberikan yang terbaik, terutama hati yang benar.

• Esensi pelayanan : menjadi penjala jiwa-jiwa bagi Tuhan Yesus.

Yesaya 55 : 11

Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.

Senantiasalah berjalan bersama Tuhan dalam hidup ini, maka segala jerih lelah kita tidak sia-sia.

Tuhan Yesus Memberkati