Dalam 10 tahun terakhir ini, kita melihat begitu banyak perubahan di dunia yang kita tinggali. Salah satunya, di area kepemimpinan, baik itu di gereja maupun marketplace atau sekuler. Sebagai gereja masa kini, model kepemimpinan manakah yang mesti kita ikuti? Jika gereja terus mengikuti gaya dari dunia, maka akan selalu dalam posisi mengejar ketertinggalan, atau mengikuti tren, dan itu tidaklah sehat, sebab akan mempengaruhi gereja serta jemaat secara negatif jika perubahan terlalu sering terjadi.
Jika ingin menjadi pemimpin di tengah masyarakat, panutan, garam dan terang dunia, di mana Tuhan telah memanggil kita, apa yang mestinya kita lakukan? Jika tidak mengikuti model dunia, siapa yang harusnya kita ikuti?
Titik awal untuk menjawabnya adalah Yesus Kristus sendiri, Tuhan kita. Kita tidak boleh berpatokan pada pola dunia yang berubah-ubah. Tempat terbaik bagi kita, sebagai tubuh Kristus atau umat Allah, ialah masuk dalam firman-Nya dan memandang pada Yesus. Dialah Teladan kita, dan teladan itu bukanlah sebuah metode, melainkan Seseorang.
Filipi 2:1-2
Nasihat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus--Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.
Ada satu hal yang Paulus tekankan yang akan menyempurnakan sukacitanya, yaitu sehati sepikir bersama. Artinya, saling berbagi kasih yang sama, kasih dari Yesus, menjadi satu dalam roh dan pikiran.
Filipi 2:3
Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.
Paulus sedang berkata kepada kita hari ini, "Jangan egois atau terus memikirkan dirimu sendiri. Namun, dengan sikap yang rendah hati, hargai orang di sekitar, anggota keluarga, rekan-rekan, dan mungkin teman-teman. Utamakan mereka daripada diri sendiri." Iman Kristen ialah senantiasa mengutamakan orang lain terlebih dulu. Bukan kepentingan diri kita sendiri. Iman Kristen adalah iman yang besar, serta murah hati. Bukan sekadar teoretis, atau sekumpulan prinsip. Ada empat hal yang akan kita pelajari:
Filipi 2:6-8
Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
• Yang pertama, posisi Saudara saat ini bukanlah sesuatu yang digunakan untuk kepentingan Saudara sendiri.
Kita semua punya posisi. Saya seorang suami, ayah, gembala gereja, dan pelatih. Itulah posisi saya. Namun, jangan gunakan posisi yang kita miliki saat ini untuk kepentingan diri sendiri. Apa pun posisi yang Tuhan tempatkan dalam diri Saudara--pebisnis, dokter, pengacara, atau seniman, gunakanlah posisi yang Tuhan sudah berikan tersebut untuk kepentingan orang lain, serta menjadi berkat, menolong, memotivasi, dan mengajak orang lain bangkit!
Itulah yang Yesus lakukan, walaupun dalam rupa Allah, Ia tidak menganggap itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Ia tidak pernah memanfaatkannya untuk diri-Nya sendiri, atau membuat hidup-Nya lebih mudah, tidak. Dia selalu memikirkan kita.
• Yang kedua, keputusan untuk mengambil posisi sebagai hamba adalah pilihan yang kita buat secara sadar.
Yesus telah mengosongkan diri-Nya sendiri. Tidak ada yang memaksa Dia untuk menjadi seorang hamba. Demikian pula, menjadi hamba bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan oleh gereja atau pendeta Saudara. Kita mungkin mengira mereka bisa melakukan itu, tetapi pada akhirnya, menjadi seorang hamba haruslah muncul dari dalam diri Saudara sendiri.
Perhatikan, seorang hamba itu pertama-tama merupakan sebuah identitas, sebelum kemudian menjadi tanggung jawab. Artinya, kita harus mengidentifikasi diri sebagai hamba terlebih dulu. Meski saya pendeta, ketika saya menyadari diri seorang hamba, maka hal yang utama adalah hamba tidak memiliki agenda pribadi. Artinya, kita hanya mengerjakan apa yang Tuhan mau supaya kita lakukan. Sesederhana itu.
Jika Saudara seorang hamba, dan menganggap itu hal yang utama, Saudara tidak perlu jadwal untuk melakukan pekerjaan bagi Dia. Mengambil posisi sebagai seorang hamba adalah pilihan, dan Saudara memilih untuk menjadi hamba Allah, hamba Yesus Kristus sepanjang hidup Saudara, serta Saudara sadar memilih menjadi pelayan Tuhan, pelayan Yesus Kristus sepanjang sisa napas. Ketika menyadarinya, Saudara rela mengemban tanggung jawab.
Bukan karena ingin dikenal, berbakat, bertalenta, atau merasa bisa. Itu bukanlah jiwa hamba. Dan model pelayanan seperti itu bukan melayani Tuhan. Ketika Yesus memilih menjadi sama dengan manusia, itu adalah jenis transformasi satu arah untuk menjadi tubuh manusia. Yesus waktu itu bukan terkadang manusia, terkadang Allah. Karena jika demikian, maka salib tidaklah akan terasa sakit, dan bisa dengan mudah beralih, serta mempermainkan kita. Dengan mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama seperti manusia, Yesus membuat diri-Nya bukan siapa-siapa. Justru, itulah keindahannya. Jadi, cara yang paling manusiawi untuk melayani Yesus ialah dengan terlihat semanusiawi mungkin. Begitulah besarnya kasih-Nya bagi kita. Bukan sekadar perasaan emosional sesaat, tetapi tindakan yang dipilih-Nya.
Simon Sinek penulis buku Leaders Eat Last mengatakan, semakin tinggi posisi atau jabatan Saudara, makin Saudara makan paling terakhir. Jadi, ketika Saudara melayani, sebenarnya Saudara sedang mencerminkan Tuhan. Jika ingin menjadi hamba-hamba yang lebih baik dalam kerajaan Allah, dan melayani di rumah Tuhan, maka kerendahan hati menjadi kunci.
• Yang ketiga, menjadi rendah hati adalah mengenali kemampuan yang Saudara miliki, maupun apa yang bukan kemampuan Saudara.
Berarti, ada hal-hal tertentu yang Saudara tidak bisa. Kesombongan ialah membuat orang lain percaya Saudara bisa melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak bisa lakukan. Namun, bukan berarti menyangkal apa yang Saudara bisa. Rendah hati menyatakan, "Aku bisa melakukan ini. Aku tidak bisa melakukan itu."
Saudara tidak bisa berlagak rendah hati agar terlihat rendah hati. Yesus tidak rendah hati agar terlihat rendah hati. Kerendahan hati itu bukan kompetisi, atau dengan sombong diam-diam berkompetisi dengan orang lain untuk menunjukkan Saudara rendah hati. Saudara tidak bisa rendah hati, atau menunjukkan kerendahan hati, hanya supaya terlihat rendah hati. Kerendahan hati yang sejati ialah bagaimana kondisi hati kita, seperti halnya hati hamba yang menjadi identitas kita. Ketika Saudara mengerti hati hamba adalah identitas pertama dan terutama, serta menjadi nilai kunci dalam kerendahan hati, maka Saudara tidak akan perlu lagi membuktikan diri kepada orang lain.
Efesus 2:8-9
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Tuhan tahu, jika kita mengusahakan sendiri keselamatan kita, itu akan menjadi sebuah kompetisi. Karenanya, anugerah keselamatan adalah pemberian Allah, yang Saudara respons lewat iman, bukan karena hasil usaha Saudara. Sama halnya hati hamba. Bukan Saudara mencoba untuk melayani, dan terlihat rendah hati untuk membuktikan kepada dunia, bahwa Saudara lebih baik daripada orang lain, atau berusaha menunjukkan bahwa kita rendah hati serta melayani. Namun, ketika akarnya berangkat dari kerinduan, hasrat untuk melayani Tuhan, serta kerendahan hati, maka Saudara tidak perlu sombong, perlu tepuk tangan, atau membanggakannya. Kita bisa melakukan banyak hal tanpa terlihat, dan tetap menikmatinya. Kenapa? Karena Saudara tahu, yang pertama dan terutama, Saudara adalah seorang hamba, majikan Saudara adalah Yesus.
• Yang keempat, hati hamba serta kerendahan hati memiliki tujuan, yaitu ketaatan.
Yesus merendahkan diri-Nya, karena Dia taat kepada Allah, bahkan sampai mati di kayu salib. Saya tidak mengatakan, kita semua harus merendahkan diri dan taat kepada Tuhan supaya mati disalib. Tetapi, kita merendahkan diri, serta tetap berada dalam roh ketaatan, hingga embusan napas terakhir kita di bumi. Maksud memiliki hati hamba pada akhirnya ialah taat pada panggilan Allah, kehendak Bapa, serta hal-hal yang Ia panggil untuk kita lakukan.
Gaya kepemimpinan yang Yesus ajarkan adalah menjadi hamba. Jika Saudara seorang pemimpin, maka hasrat Saudara haruslah melayani orang lain, dan melayani Tuhan dalam kapasitas yang lebih besar, apa pun bakat serta talenta yang Tuhan berikan. Jika itu kemampuan finansial, memberilah untuk memberkati orang lain. Jika bakat mengajar, layanilah dengan sikap yang semestinya sebagai panggilan yang Tuhan berikan bagi Saudara.
Dunia ini terlalu banyak bicara tentang apa yang bisa kita raih, lakukan, serta dapatkan. Namun, iman Kristen itu selalu tentang apa yang Saudara dan saya bisa berikan di dalam rumah Tuhan. Jadi, sembari kita masuk ke tengah masyarakat, di mana Tuhan memanggil, mungkin di tempat kerja, atau sekolah, Saudara tahu Saudara berada pada posisi untuk melayani orang lain, lebih daripada diri sendiri.
Ketika Roh Allah bekerja di dalam kita, hasrat serta kerinduan kita hanya bagi Yesus. Bukan sekadar ingin mengalami urapan, menerima kuasa, merasakan hal-hal luar biasa, melainkan satu cara untuk menjadi murid Yesus yang lebih baik ialah merendahkan diri, serta melayani orang lain, dengan hati yang penuh ucapan syukur.
Tuhan Yesus Memberkati
Kolekte
BCA Cab. Menara Ancol
ac 635.100.0101
an. GBI PRJ
Perpuluhan
BCA Cab. Menara Ancol
ac. 635.100.0101
an. GBI PRJ
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.371.7878
an. GBI PRJ
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.327.7878
an. GBI PRJ
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.316.7878
an. GBI PRJ
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.9777.133
an. GBI PRJ Pluit
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.8777.122
an. GBI PRJ Pluit
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.522.3030
an. GBI PRJ Mandarin Service
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Pembangunan
BCA Cab Thamrin
ac. 206.977.7575
an. GBI House Of Christ Revival
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.577.7272
an. GBI House Of Christ Revival
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.353.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.378.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.356.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.3800
an. GBI Intercon
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.5900
an. GBI Intercon
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.4300
an. GBI Intercon
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.621.1000
an. GBI Q BIG
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.670.6688
an. GBI Q BIG
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.610.6699
an. GBI Q Big
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.013.9400
an. GBI St Moritz