Jika mengikuti serta peka tuntunan Tuhan, khususnya di The Year to Rise Up, Be Victorious (Tahun untuk Bangkit, Jadilah Pemenang), kita pasti memperoleh gambaran lengkap untuk mempersiapkan diri dari dua ancaman kemerosotan yang mengintai, yang hari ini kita akan belajar bersama-sama cara menyikapinya, yakni:
• Kemerosotan ekonomi yang disebut resesi (entah imbas melihat resesi, padahal mestinya hidup bukan karena melihat, melainkan percaya firman).
• Kemerosotan manusia yang saya sebut tragedi (entah imbas lainnya yang bukan ekonomi, misalnya melenceng dari kebenaran firman).
Saya sendiri jenuh kata 'resesi'. Banyak aktivitas Zoom, khotbah, bahkan undangan diskusi dengan topik resesi, padahal saya bukan pakar, hanya sekolah jurusan ekonomi, bukan ahli hitung, cuma pernah kuliah akunting. Sebenarnya, saya tidak terlalu tertarik kemerosotan ekonomi, namun perlu disikapi dengan financial freedom (kebebasan finansial) yang berdasar firman. Saya justru tertarik mempelajari kemerosotan manusia, itulah tragedi sesungguhnya. Dan gereja mesti ambil bagian memperlengkapi jemaat, mengatasi tantangan ini.
Saya pernah menyampaikan peringatan menjalani tahun ini, yakni 'preparation' (persiapan) dan 'prevention' (pencegahan), dengan belajar dari situasi "resesi" yang Yesus hadapi ketika dicobai di padang gurun dalam keadaan berpuasa 40 hari (Lukas 4:1-13). Pertanyaannya, apa respons kita selama sebulan ini? Karena bukan apa yang kita dengar, melainkan apa yang kita lakukan terhadapnya, itulah awal respons kita. Jangan sampai menyalahkan keadaan, padahal mengabaikan tuntunan. Itu sebabnya, kita perlu menyikapi dua kemerosotan. Pertama, kemerosotan ekonomi atau resesi dengan financial freedom melalui:
• Preparation (persiapannya):
1. Persembahan sulung jangan diutak-utik, jangan tergoda mengabaikan Amsal 3:9 dan Maleakhi 3:10, sebab ini 'pagar ketaatan'.
2. Mezbah keluarga sebagai rumah doa, setia perpuluhan, serta membawa persembahan.
3. Keintiman dengan Tuhan, tahu yang Tuhan mau jadi resolusi utama 2023.
• Prevention (pencegahannya):
1. Perkuat disiplin diri, utamakan kebutuhan primer, batasi yang sekunder, belajar reuse and share (gunakan ulang serta berbagi), hapus keperluan tersier, prinsip tabungan 'lumbung Yusuf'.
2. Hidup sederhana, jangan membandingkan, tidak perlu berusaha diterima dengan uang.
3. Berdoa dan berjaga-jaga (Lukas 21:36).
Menurut katadata.co.id, financial freedom adalah keadaan seseorang secara sadar serta mampu mengendalikan keuangannya selaras pilihan hidupnya. Nantinya, juga mencakup hal mendasar, yaitu bisa memenuhi kebutuhan primer di kesehariannya, sehingga tidak merasa khawatir kekurangan. Pertanyaannya, sudahkah selaras dengan pilihan hidup? Sebab, hidup itu sebenarnya sederhana, yang bikin ribet itu rasa gengsi! Kebebasan finansial bukan menggunakan uang sembarangan karena merasa berlimpahan tanpa pertanggungjawaban. Sehingga banyak orang mengejar ingin cepat kaya supaya punya financial freedom. Lalu, ketika resesi, panik lagi. Ada tolok ukur penting sebagai bahan dasar sesuai Amsal.
Amsal 17:16
Apakah gunanya uang di tangan orang bebal untuk membeli hikmat, sedang ia tidak berakal budi?
Amsal 28:20
Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.
Nah, sudahkah kita menggunakan nilai-nilai kerajaan Allah sebagai tolok ukurnya? Apakah kita orang yang dapat dipercaya? Sebab, apa sih susahnya Tuhan memberkati Saudara dan saya? Ingat tentang 'Pey Gimel', apakah kuat mengangkut berkat serta memikul beban tanggung jawab? Untuk secara sadar mampu mengendalikan keuangan selaras dengan pilihan hidupnya? Apakah lewat keuangannya akan menggenapi rencana Allah, atau malah justru membawanya jauh dari rencana-Nya? Ingat, hanya yang kuat yang dipercayakan.
Ulangan 8:18
Tetapi haruslah engkau ingat kepada tuhan, allahmu, sebab dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.
Karena uang bukan segala-galanya, tetapi 'hampir segalanya' butuh uang. Tentu tidak bisa bayar bensin pakai ayat, atau listrik pakai doa. Bicara uang, rupiah punya emisi (cetakan) baru 2022. Uang sendiri adalah alat tukar sebagai tanda perjanjian sosial terhadap sebuah nilai barter yang disepakati. Menjadi kompleks serta butuh tata kelola karena terjadi barter lintas batas, sehingga perlu penataan nilai, penggunaan, mekanisme yang disebut sistem keuangan. Sudah punya uang rupiah emisi baru? Yang belum punya, apakah untuk punya, harus beli dengan harga lebih tinggi? Atau boleh tukar dengan nilai yang sama walau cetakan lama?
Sebelum ada wujud uang, dulu pihak yang bisa membuat sepatu bertukar dengan pihak yang bisa membuat baju, orang yang bisa membuat mangkuk dari kayu tukar dengan petani umbi yang dikelola menjadi makanan. Jadi, terasa janggal jika uang dijadikan segalanya, padahal hanyalah alat bantu tukar! Tanpa uang, kita masih bisa hidup, selama ada kesepakatan barter yang sesuai nilai atau 'value' yang disepakati. Itu sebabnya, seseorang yang tidak tahu nilai hidupnya, jadi khawatir tidak punya uang. Apakah kita punya nilai itu?
Pengkhotbah 5:9
Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.
Kemerosotan ekonomi sangat mudah menjadi jalan kemerosotan manusia jika tidak memahami 'financial freedom', apalagi tidak dapat mengelola keuangan, terlepas orang mau bilang prediksi resesi atau tidak, tetap tragedi karena hidup di bawah kapasitas kita mengelolanya. Karena itu, minta hikmat Tuhan untuk menjadi pengelola berkat yang dapat dipercaya. Sebab, ada hubungan antara hikmat dengan uang!
Pengkhotbah 7:12
Karena perlindungan hikmat adalah seperti perlindungan uang. Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat memelihara hidup pemilik-pemiliknya.
Yakobus 1:5
Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--, maka hal itu akan diberikan kepadanya.
Bereskan urusan kemerosotan ekonomi. Ada 6 saran menyikapinya. Saran berarti boleh dipakai atau tidak, tetapi saya pakai ini untuk menolong banyak orang:
• Jangan boros, usahakan hemat, kelola pos keuangan secara efektif.
• Usahakan konservatif pada utang, khususnya berutang untuk tujuan konsumtif. Proporsi utang yang sehat, yaitu di bawah 30% dari penghasilan bulanan. Jika berlebih, lunasi.
• Siapkan asuransi dan dana darurat (idealnya 3-6 bulan dari jumlah pengeluaran bulanan) untuk berjaga-jaga saat masa resesi tiba.
• Mulai mencari pendapatan tambahan, peruntukkan demi tabungan, serta investasi.
• Jika pengusaha, jaga relasi dengan pelanggan, karyawan, suplier serta investor.
• Mengajukan pinjaman dana untuk utang produktif atau menyatukan satu kantong dari utang yang "berceceran" (restrukturisasi).
Kemerosotan pertama, kemerosotan ekonomi atau resesi. Kemerosotan kedua, kemerosotan manusia yang disebut tragedi. Menurut Benjamin Mays, tragedi kehidupan sering kali bukan pada kegagalan kita, tetapi lebih pada rasa puas diri kita; bukan dalam melakukan terlalu banyak, melainkan dalam melakukan terlalu sedikit; bukan dalam hidup di atas kemampuan kita, tetapi dalam hidup di bawah kapasitas kita.
Adalah tragedi ketika berhenti belajar hanya karena rasa puas diri "sudah tahu banyak", sehingga hidup di bawah kapasitas sebagai umat pemenang. Adalah tragedi ketika dihantui resesi, lalu dilumpuhkan dalam hal rohani hanya karena kemerosotan ekonomi, sehingga hidup di bawah kapasitas sebagai umat pemenang. Adalah tragedi ketika melakukan terlalu sedikit "Amanat Agung" di era Pentakosta Ketiga, sehingga hidup di bawah kapasitas sebagai para penuai jiwa. Jika menemukan diri kita ada di dalamnya, segera bangkit! Rise up, be victorious! Sebab Kristus akan selalu membawa kita ke jalan kemenangan-Nya.
2 Korintus 2:14
Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.
Roma 1:21-26
Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.
Perikop firman Tuhan tersebut: 'Hukuman Allah atas kefasikan dan kelaliman manusia'. Itu sebabnya, kemerosotan manusia jauh lebih berbahaya daripada sekadar kemerosotan ekonomi. Jangan terkecoh resesi, namun kita hidup seperti tidak mengenal Allah kita.
1 Yohanes 2:3
Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.
Jadi, tragedi sesungguhnya adalah:
• Tidak memuliakan Dia sebagai Allah; padahal jika fokus hidup kita adalah memuliakan-Nya, ada pengharuman nama Kristus lewat hidup kita.
• Tidak mengucap syukur kepada-Nya; fokuskan diri pada rasa syukur atas apa yang kita miliki, bukan pada apa yang tidak.
• Pikiran mereka menjadi sia-sia; jangan sampai kata 'resesi' menghantui, merusak paradigma baru yang sudah kita bangun di tahun 2022.
• Hati mereka yang bodoh menjadi gelap; padahal predikat kita adalah anak terang.
• Seolah-olah mereka penuh hikmat; ingat hidup yang seolah-olah itu bukan hidup yang sesungguhnya. Sayang sekali integritas yang sudah dibangun di 2021 bila disia-siakan.
Penyembahan berhala sama bahayanya dengan menggantikan kemahakuasaan Tuhan dengan prediksi manusia. Jangan gantikan kemuliaan Allah juga dengan kecemaran, sebab cemar itu menular. Hati-hatilah terhadap keinginan hati.
1 Tesalonika 4:7
Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
Kita belajar tiga hal:
• Jangan menggantikan kemuliaan Allah, dalam arti kemahakuasaan-Nya, dengan prediksi manusia.
• Cek berkala apa yang jadi keinginan hati, apakah perkara di atas (kerajaan Allah) atau hanya perkara di bumi saja (keinginan duniawi)?
• Pergaulan buruk merusak kebiasaan yang baik. Kerena itu, bangun kapasitas diri, ikut COOL (Community of Love). Ibadah sekali seminggu itu tidak cukup! Ikutlah Bible Study, Doa Fajar, serta Menara Doa.
Kalau menggantikan kemuliaan Allah itu tidak disikapi, maka kita akan makin merosot. Sebab mulai berani menggantikan kebenaran Allah. Kita adalah calon-calon mempelai wanita Kristus! Karena itu, bangun keintiman rohani melalui doa, pujian, dan penyembahan. Jangan sampai hidup kita sudah tidak punya lagi kualitas keintiman rohani, dan mulai tidak wajar, seperti selalu mengejar mamon (uang), mengganti rasa percaya dengan rasa khawatir berlebih, sering mengeluhan sehingga depresi dan frustrasi.
Galatia 5:24
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Jadikan firman Tuhan sebagai cermin untuk berbenah diri. Kiranya, kita tidak hidup dalam tragedi. Apa yang saat ini masih terlalu sedikit kita lakukan bagi Tuhan? Apa yang selama ini membuat hidup kita di bawah kapasitas kita yang sesungguhnya? Mari, bangkit dan jadilah pemenang! Rise up, be victorious!
Tuhan Yesus Memberkati
Kolekte
BCA Cab. Menara Ancol
ac 635.100.0101
an. GBI PRJ
Perpuluhan
BCA Cab. Menara Ancol
ac. 635.100.0101
an. GBI PRJ
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.371.7878
an. GBI PRJ
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.327.7878
an. GBI PRJ
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.316.7878
an. GBI PRJ
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.9777.133
an. GBI PRJ Pluit
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.8777.122
an. GBI PRJ Pluit
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.522.3030
an. GBI PRJ Mandarin Service
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Pembangunan
BCA Cab Thamrin
ac. 206.977.7575
an. GBI House Of Christ Revival
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.577.7272
an. GBI House Of Christ Revival
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.353.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.378.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.356.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.3800
an. GBI Intercon
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.5900
an. GBI Intercon
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.4300
an. GBI Intercon
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.621.1000
an. GBI Q BIG
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.670.6688
an. GBI Q BIG
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.610.6699
an. GBI Q Big
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.013.9400
an. GBI St Moritz