GBI PRJ (CK7)

Ketika jalan seakan buntu dan seluruh pintu tertutup, apa yang harus kita lakukan ?

Ada kisah dari Alkitab mengenai tembok Yerikho runtuh menjadi inspirasi bagi kita untuk menghancurkan tembok besar di depan kita dalam menghadapi masa pandemi saat ini.

Yosua 6 : 1 Dalam pada itu Yerikho telah menutup pintu gerbangnya; telah tertutup (securely) kota itu karena orang Israel; tidak ada orang keluar atau masuk. 

Keadaan yang sama mungkin kita alami. Apa yang dapat kita pelajari ?

1. Percaya kepada janji-Nya

Yosua 6 : 2 Berfirmanlah Tuhah kepada Yosua : Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa. 

Tuhan mengingatkan untuk percaya kepada janji-Nya. Musim kehidupan akan selalu berubah, namun ketahuilah janji-Nya selalu tersedia bagi kita.

Sadarkah kita bahwa janji-Nya diberikan terlebih dahulu walaupun belum ada bagaimana cara untuk menggenapi janji tersebut.

Janji Tuhan adalah kota Yerikho akan diserahkan tetapi caranya bagaimana belum diketahui. 

Seringkali ketika terhimpit masalah, kita cenderung berfokus kepada “solusi” bukan berpegang kepada “janji-Nya”. Berfokus kepada solusi akan membuat kita melakukan segala daya dan upaya (mengandalkan kekuatan kita).

Janji bukan solusi, dalam janji-Nya pasti ada solusi; namun, dalam sebuah solusi belum tentu sesuai dengan janji-Nya. Just remember the what and God will take care the how.

Sama seperti Yosua dan Kaleb saat melakukan pengintaan tanah Kanaan. Mereka teguh memegang janji Tuhan sekalipun keadaan di depan mata mereka bertolak belakang. 

2 Petrus 3 : 9 Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

2. Percaya kepada kuasa Ketaatan

Yosua 6 : 3 - 4 Haruslah kamu mengelilingi kota itu, yakni semua prajurit harus mengedari kota itu sekali saja; demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya, dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut. Tetapi pada hari yang ketujuh, tujuh kali kamu harus mengelilingi kota itu sedang para imam meniup sangkakala.

Ketika kita pegang caranya, pasti Tuhan tunjukkan bagaimana cara menggenapinya, namun apakah kita mau taat melakukannya ?

Taat sekalipun hal itu mungkin terlihat tidak masuk akal pikiran (janji > solusi) dan ketika tidak ada orang lain yang melakukannya.

Kadangkala ketaatanlah yang membedakan penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita. Pertanyaannya adalah maukah kita taat kepada perintah-Nya ?

Roma 4 : 18, 20 - 21 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan : "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. 

4 P yang harus kita perhatikan :

PROMISE ➡️ PREPARE ➡️ PROCESS ➡️ PROGRESS

Mazmur 25 : 10 Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya. 

Jalan Tuhan tersedia bagi mereka yang berpegang pada Janji-Nya dan taat melakukan sama seperti yang Tuhan tunjukkan.  

3. Percaya kepada kuasa doa, pujian, dan penyembahan

Yosua 6 : 5 - 6 Apabila sangkakala tanduk domba itu panjang bunyinya dan kamu mendengar bunyi sangkakala itu, maka haruslah seluruh bangsa bersorak dengan sorak yang nyaring, maka tembok kota itu akan runtuh, lalu bangsa itu harus memanjatnya, masing-masing langsung ke depan. Kemudian Yosua bin Nun memanggil para imam dan berkata kepada mereka : Angkatlah tabut perjanjian itu dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut Tuhan.

Tuhan memberikan cara untuk meruntuhkan tembok Yerikho dengan mengelilinginya sambil bersorak-sorak memuji Tuhan dan membawa tabut Tuhan. Artinya bahwa ada hadirat Tuhan, sehingga ketika kita masuk medan peperangan dengan doa, pujian dan penyembahan maka itu lebih dari cukup untuk menghancurkan tembok yang besar.

Dimanakah kita saat ini ? Apakah seperti keadaan yang dialami oleh Paulus, Daniel,Yosua, orang kusta atau kah kondisi yang lain ?

a. Paulus - Penjara
Ketika semua pintu tertutup dan tidak ada jalan keluar, putuskan untuk menyembah Tuhan.

b. Daniel - Menyerah
Ketika di persimpangan untuk menyerah dan melepaskan iman kepercayaan kita, putuskan untuk menyembah Tuhan.

c. Yosua - Tengah Pertempuran
Ketika dalam sebuah medan peperangan, putuskan untuk menyembah Tuhan.

d. Orang Kusta - Mujizat
Ketika baru saja menerima kemenangan, mujizat, jalan keluar, putuskan untuk menyembah Tuhan.

Tidak ada alasan untuk tidak menyembah-Nya. Ingatlah bahwa ketika kita menaikkan doa, pujian, dan penyembahan kepada Tuhan, maka Tuhan akan menyatakan kuasa-Nya.

Rangkuman :

1. Ingat janji-Nya di atas solusi (janji bukan hanya solusi)

2. Ketaatan selalu membuahkan hasil

3. Menyembah Tuhan dalam setiap musim kehidupan akan membuat kita melihat pemeliharaan-Nya dalam hidup ini

Rangkuman Pdm. Grace Suhadi :

Setelah menghabiskan 40 tahun yang sulit di padang gurun, bangsa Israel kini berada di tepi timur sungai Yordan. Tantangan selanjutnya adalah merebut tanah Kanaan. Rintangan pertama adalah merebut kota Yerikho, kota yang sangat sulit untuk ditaklukkan karena dikelilingi tembok dan dinding batu setinggi 11 kaki dan lebar 14 kaki.

Kali ini hidup dan mati bangsa Israel tergantung apakah mereka taat kepada perintah Allah atau tidak. Walau perintah Allah terdengar tidak masuk akal, namun itulah yang menyelamatkan.

Yosua dan bangsa Israel dibuat tampak bodoh dengan mengelilingi kota tersebut selama 6 hari dengan berjalan dalam diam, tetapi mereka memilih untuk patuh dan taat. Setiap hari mereka memutari kota tidak mempertanyakan tujuan, sehingga iman membuat mereka sepenuhnya percaya walau kepastian akan kemenangan tidak serta merta mereka peroleh. Atas hal tersebutlah maka tembok Yerikho runtuh di hari ke-7 dan iman mereka diperhitungkan oleh Tuhan.

Tidaklah cukup berkata saya percaya Tuhan, lalu menjalani hidup dengan cara tidak mempercayai-Nya. Jika kita benar-benar percaya bahwa Dia memegang kendali maka hidup kita seharusnya dipenuhi keinginan untuk hidup menurut kehendak-Nya dan melakukan segala upaya untuk melakukan perintah-Nya.

Runtuhnya tembok Yerikho mengajarkan kepada kita akan pentingnya ketaatan kepada perintah Tuhan. Ketaatan adalah bukti iman yang jelas, dan berani untuk melangkah. Jadi, apapun pergumulan, masalah, pencobaan kita, mungkin seakan buntu tidak ada jalan keluar, namun tetap lakukanlah firman Tuhan, memiliki iman walaupun belum melihat. Bersama Allah kita memiliki pengharapan.