Ukuran kebahagiaan dunia berbeda dari ukuran kebahagiaan menurut anak-anak Tuhan. Dunia mengatakan, milikilah segala-galanya, punyai kedudukan yang tinggi, jadilah terkenal, disanjung, dan dielu-elukan banyak orang, punya banyak uang, dan lainnya. Tetapi, kebahagiaan yang sejati ialah kebahagiaan yang di dalam Tuhan.
Matius 5 : 3 - 10
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Hal yang menarik, mengapa bahagia yang pertama itu disebut sebagai miskin di hadapan Allah? Mengapa bukan yang suci hatinya, murah hati, atau lemah lembut, dan haus-lapar akan kebenaran? Bukan berarti itu semua tidak penting, namun miskin di hadapan Allah itu menjadi dasar atau landasan bahagia-bahagia yang lain. Miskin di hadapan Allah, menurut King James Version, disebut sebagai ‘poor in spirit’. Artinya, menyadari miskin dalam hal-hal rohani.
Umat Israel pernah mengalami keadaan menjadi sangat miskin serta menderita ketika masa-masa pembuangan di Babel oleh karena kesalahan, ketidaktaatan, keberdosaan terhadap Tuhan, cara hidup semaunya sendiri, dan tidak menghormati Tuhan. Terjadi “perzinaan rohani”, dan mereka percaya pada allah-allah lain, sehingga Allah menjadi sangat murka (Yeremia 25:11-12).
Mereka betul-betul sangat menderita, dan miskin, baik secara lahiriah maupun rohani. Mereka merindukan pemulihan dari Tuhan dalam segala aspek (Mazmur 137), terutama dapat dikembalikan ke Yerusalem, tanah nenek moyang mereka, yang Tuhan janjikan itu.
Tuhan melihat penderitaan mereka, dan Ia rindu memulihkan mereka, asal merendahkan hati dan sungguh-sungguh bertobat.
Genap pada waktu-Nya, ketika bangsa Babel ditaklukkan oleh bangsa Persia, umat Israel yang ditawan di Babel itu diizinkan untuk kembali ke negeri mereka (Ezra 1-6). Ada secercah harapan akan pemulihan keadaan dan pembaharuan rohani mereka. Dan jika bukan Tuhan yang menolong, serta memulihkan, mereka pasti masih menjadi tawanan, menderita, dan miskin—baik materi, rohani, martabat, dan jati diri. Mereka sadar, tanpa Dia, mereka bisa apa? Mereka bisa beribadah, dan bersukacita dalam Tuhan, karena Allah yang sudah memulihkan.
Itulah sebabnya, Tuhan mengajarkan, orang yang berbahagia itu adalah orang yang sadar bahwa tanpa Dia, maka tidak bisa berbuat apa-apa. Itulah arti miskin di hadapan Allah. Dalam bahasa Yunani untuk kata ‘miskin’ yang dipakai dalam Perjanjian Baru, ada dua kata, yakni:
• Penês: miskin sedemikian rupa, sehingga penghasilan sehari hanya untuk kebutuhan sehari, setelah itu tidak punya apa-apa lagi.
• Ptôkhos atau ptokhoi: miskin dalam artian betul-betul sudah tidak punya apa-apa, dan hanya bisa menjalani hidup ini dari sedekah.
Ayat bacaan kita, dalam Matius 5, menggunakan kata ini, ptôkhos atau ptokhoi, dalam arti miskin rohani, yang harus meminta belas kasihan Tuhan, karena tanpa-Nya, tidak akan dapat hidup. Itulah sebabnya, Sabda Bahagia yang pertama, menyadarkan umat-Nya waktu itu, dan para murid-murid Yesus, maupun kita semua pada saat ini, bahwa apakah yang kita punya sekarang, dan sadarkah bahwa tanpa Dia, Tuhan Yesus, kita tidak bisa berbuat apa-apa?
Selain itu, makna miskin bagi orang-orang Yahudi memiliki beberapa pengertian, yaitu:
1. Miskin harta benda: orang yang tidak punya harta dunia.
2. Miskin martabat: gila hormat, sudah punya harta tapi serakah, korupsi, tidak bisa menguasai diri, dan tidak pernah ada rasa cukup dalam dirinya.
3. Miskin pengetahuan: malas belajar, tidak mau diajar, dan hanya puas dalam kebodohan serta zona nyaman.
4. Miskin ptôkhos: sadar bahwa segala sesuatu adalah berkat dari Tuhan.
5. Miskin seperti anak kecil: bisa melakukan sesuatu hanya karena orangtuanya.
Tuhan Allah menghendaki setiap kita, anak-anak-Nya, supaya memiliki hati yang miskin di hadapan-Nya, mengakui bahwa hanya Dia yang sanggup memulihkan, memberkati, dan memberikan kebahagian yang sejati.
Kehidupan yang tanpa pimpinan dan hadirat Tuhan, itu adalah kehidupan yang benar-benar miskin. Karena itu, kita harus selalu bergantung penuh pada-Nya, apa pun keadaan kita. Itulah artinya berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.
Di tengah kehidupan masa kini yang serba sulit, ukuran kebahagiaan sejati adalah apabila kita:
- Hidup dalam kebenaran, tidak mengikatkan diri pada dunia, harta benda, dan Mamon (uang).
- Akui semua yang kita miliki dari Tuhan, sadar siapa posisi kita di hadapan Allah, bahwa tanpa Dia, kita tidak bisa apa-apa.
- Selalu mengucap syukur apa pun yang terjadi, serta dalam (bukan atas) segala hal, karena itu adalah kehendak Tuhan.
- Belajar mencukupkan diri, dan hidup sederhana, apa pun berkat yang kita terima, hiduplah sederhana, Allah yang mencukupi kebutuhan kita.
Bergantunglah kepada Tuhan, dengan demikian Saudara dan saya disebut sebagai orang-orang yang berbahagia, dan kita mengerti sekarang mengapa Sabda Bahagia yang pertama adalah berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena kita tetap bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Tuhan Yesus Memberkati
Kolekte
BCA Cab. Menara Ancol
ac 635.100.0101
an. GBI PRJ
Perpuluhan
BCA Cab. Menara Ancol
ac. 635.100.0101
an. GBI PRJ
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.371.7878
an. GBI PRJ
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.327.7878
an. GBI PRJ
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.316.7878
an. GBI PRJ
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.9777.133
an. GBI PRJ Pluit
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.8777.122
an. GBI PRJ Pluit
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.522.3030
an. GBI PRJ Mandarin Service
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Pembangunan
BCA Cab Thamrin
ac. 206.977.7575
an. GBI House Of Christ Revival
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.577.7272
an. GBI House Of Christ Revival
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.353.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.378.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.356.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.3800
an. GBI Intercon
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.5900
an. GBI Intercon
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.4300
an. GBI Intercon
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.621.1000
an. GBI Q BIG
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.670.6688
an. GBI Q BIG
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.610.6699
an. GBI Q Big
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.013.9400
an. GBI St Moritz