Beberapa hari yang lalu, putri saya sempat menabrak pembatas jalan dengan kendaraan roda empat kami, dan mengakibatkan salah satu rodanya robek. Namun, bersyukur karena anak kami itu tidak mengalami luka apa-apa. Serta puji Tuhan karena masih ada ban serep untuk menggantikan roda yang rusak tersebut.
Terkait perkara rohani, sayangnya sering kali mungkin masih banyak kita yang seperti menjadikan doa sebagai "ban serep", dan bukannya sebagai kendali atau kemudi utama untuk menuntun, mengarahkan kehidupan kita, maupun apa yang akan kita kerjakan setiap hari, bahkan menjaga dan mengembalikan kita ke jalan yang benar.
Doa harusnya menjadi "setir kemudi"—sesuatu yang utama, penting, dan mengendalikan "sepak terjang" kita. Dengan hidup dalam suasana doa, Tuhan tentu bisa memimpin kita, baik dalam berkata dan bertindak sesuai kehendak-Nya. Kita pun akan dimampukan untuk terus sehati dan sepikir dengan-Nya.
Nah, cobalah periksa kehidupan doa kita akhir-akhir ini. Apakah doa sekadar ban serep, ataukah jadi setir kemudi yang mengendalikan arah hidup kita sehari-hari?
Efesus 6:18 (BIS), "Lakukanlah semuanya itu sambil berdoa untuk minta pertolongan dari Allah. Pada setiap kesempatan, berdoalah sebagaimana Roh Allah memimpin kalian. Hendaklah kalian selalu siaga dan jangan menyerah. Berdoalah selalu untuk semua umat Allah."
Berdoalah senantiasa. Mintalah kepada Allah segala sesuatu yang sejalan dengan kehendak Roh Kudus. Mohonlah kepada-Nya, ingatkan Dia akan kebutuhan Saudara, dan berdoalah dengan sungguh-sunggguh bagi orang-orang Kristen di manapun juga. (FAYH)
In the same way, prayer is essential in this ongoing warfare. Pray hard and long. Pray for your brothers and sisters. Keep your eyes open. Keep each other's spirits up so that no one falls behind or drops out. (MSG)
"Unless I had the spirit of prayer, I could do nothing." ~ Charles G. Finney
~ Yoseph 'Ocep' Anwar