Pernahkah merasa bersalah setelah melakukan sesuatu yang salah? Saya pernah, terutama apalagi setelah jatuh dalam dosa. Tetapi, tidak apa-apa, itu adalah hal yang wajar, terutama apabila kita adalah anak-anak-Nya, yang masih memiliki hati nurani, dan Roh Allah pasti telah mengingatkan kita sebelumnya untuk tidak melakukan apa yang salah, sehingga ketika kita melanggarnya, kita merasa sangat bersalah.
Jika justru tidak ada lagi perasaan bersalah saat ataupun setelah berbuat salah, justru hal itu yang sangat berbahaya. Mengapa? Karena mungkin hati nurani kita sudah menjadi tumpul, ataupun barangkali Roh Kudus tidak mau lagi mengingatkan kita. Kita tidak mau kan sampai seperti itu terjadi?
Namun, jika hati kita masih menuduh kita, apalagi tugas bagian Iblis adalah mengintimidasi, padahal kita telah mengaku dosa dan kesalahan kita kepada Tuhan maupun orang yang dapat kita percaya maupun terkasih, yakinlah bahwa Allah telah mengampuni kita, mengasihi kita, dan menerima kita. Ada kasih karunia dan anugerah.
1 Yohanes 3:10 (TSI), "Bila kita mengasihi sesama, yakinlah bahwa hidup kita sudah sesuai dengan ajaran benar dari Allah. Hal itu akan menolong kita waktu kita datang kepada Allah dalam doa. Kadang-kadang kita tidak berani berdoa karena merasa bersalah. Tetapi kalau kita mengasihi sesama, kita boleh menenangkan hati dengan kesadaran bahwa Allah lebih besar daripada rasa bersalah kita, dan Dia mengetahui segala sesuatu."
Sebaliknya, jikalau kita mempunyai hati nurani yang buruk dan merasa bahwa kita telah berbuat salah, Tuhan akan merasakannya lebih daripada kita, karena Ia mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan. (FAYH)
It's also the way to shut down debilitating self-criticism, even when there is something to it. For God is greater than our worried hearts and knows more about us than we do ourselves. (MSG)
Catatan Full Life mengingatkan, hidup tanpa kasih karunia Kristus adalah kekalahan, kesedihan, dan perbudakan kepada dosa. Kehidupan rohani, kebebasan dari hukuman, kemenangan atas dosa, dan persekutuan dengan Allah dapat terjadi melalui persatuan dengan Kristus oleh Roh Kudus yang mendiami kita. Dengan menerima dan mengikuti pimpinan Roh, kita dibebaskan dari kuasa dosa dan dituntun kepada pemuliaan terakhir dalam Kristus. Inilah kehidupan Kristen yang normal di bawah persediaan sepenuhnya dari firman Allah.
Roma 8:1 (TSI), "Jadi sekarang, kita tidak perlu takut lagi pada hukuman Allah yang sebenarnya patut kita terima. Mengapa? Karena kita sudah bersatu dengan Kristus Yesus. Artinya kita tidak lagi hidup menuruti naluri yang berdosa, tetapi taat kepada pimpinan Roh Allah."
With the arrival of Jesus, the Messiah, that fateful dilemma is resolved. Those who enter into Christ's being-here-for-us no longer have to live under a continuous, low-lying black cloud. (MSG)
Because God has erased the record of our sins because we trust in what Christ has done for us, now God will not condemn and punish those/us who have a relationship with (are united to) Christ Jesus. (DEIBLER)
~ FG