Ps. Randy Djunaidi pernah membagikan sebuah ilustrasi yang menarik melalui pembelajaran Alkitab dalam Online Bible Study CK7.
Suatu hari, seseorang sedang kebingungan tentang masa depannya di Kalkuta, India. Selama berbulan-bulan ia mencari jawaban, namun masih belum tahu bagaimana akan menghabiskan sisa masa hidupnya serta apa yang sebaiknya ia lakukan.
Kemudian, ia menjumpai Mother Teresa yang bijak tersebut untuk bertanya juga kepadanya, lalu meminta tolong supaya didoakan.
Mother Teresa berkata, "Saudara mau didoakan apa?"
"Saya mau didoakan supaya Tuhan beri kejelasan tentang masa depan saya, Ibu."
Lalu, Mother Teresa menasihati, "Jikalau Saudara meminta kejelasan, saya mungkin tidak bisa berdoa bagimu. Pertama, karena Tuhan juga mungkin tidak akan menjawabnya. Dan yang kedua, karena kalau kita tahu semua kejelasan juga, itu tidak akan terlalu membantu, karena apa? Karena kehidupan orang Kristen bukanlah percaya kejelasan, melainkan percaya pada Tuhan."
Oleh karenanya, Mother Teresa mendoakan supaya pria tersebut, meski di dalam ketidakjelasannya, mau untuk tetap dapat menaruh percayanya kepada Tuhan.
Bagaimana dengan kita?
Sering kali mungkin kita juga menuntut adanya kejelasan maupun kepastian. Tidak salah untuk memastikan sesuatu, namun apabila kita mesti meminta semua supaya jelas serta pasti, kita yang jadi "Tuhan". Bukankah justru kalau semua hal dibukakan serta jelas, kita menjadi takut, malah tidak mau berjalan bersama Tuhan, dan tidak membutuhkan atau mengandalkan Dia.
Apa yang sebaiknya kita lakukan dan perlukan?
Kita lebih membutuhkan iman, daripada sekadar kejelasan. Ps. Randy mengingatkan, kejelasan adalah hal terakhir yang mestinya kita pegang, serta menjadi hal pertama yang harusnya kita lepaskan dalam kehidupan kita. Sebab, satu hal yang pasti dalam hidup ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Berdoalah memohon penyertaan, tuntunan, hikmat pada Tuhan, serahkan setiap keputusan serta langkah hidup kita kepada-Nya, supaya kita merasakan ketenangan dan damai sejahtera-Nya yang melampaui segala akal maupun pikiran.
Ibrani 11:8 (TSI), "Abraham pun demikian. Dia percaya penuh kepada Allah ketika disuruh pergi ke negeri lain, yaitu negeri yang Allah janjikan untuk diwariskan kepadanya dan keturunannya. Dengan percaya penuh, dia berangkat walaupun belum tahu ke mana dia harus pergi."
Karena Abraham percaya kepada Allah, maka ia taat kepada Allah ketika Allah memanggil dia dan menyuruh dia pergi ke suatu negeri yang akan diberikan Allah kepadanya. Abraham meninggalkan negerinya sendiri dan berangkat tanpa mengetahui ke mana ia harus pergi. (BSD)
By an act of faith, Abraham said yes to God's call to travel to an unknown place that would become his home. When he left he had no idea where he was going. (MSG)
2 Korintus 5:7 (FAYH), "Kami tahu bahwa hal-hal ini benar, bukan karena melihat, melainkan karena percaya."
Sebab, hidup kami di dunia ini bergantung pada iman kami kepada Kristus, bukan pada apa yang dapat kami lihat di dunia ini. (BSD)
Faith is our guide, not sight. (REB)
~ FG