Jika boleh jujur, seperti apakah kasih kita kepada-Nya? Apakah tetap melekat, tulus tanpa motivasi yang lain, ataukah hanya waktu ada keinginan dan kondisi tertentu, naik-turun serta mudah lenyap seperti embun atau kabut pagi? Nabi Hosea mengingatkan,
Hosea 6 : 4 (BIS), "Tetapi TUHAN berkata, 'Hai Israel dan Yehuda! Aku harus berbuat apa dengan kamu? Cintamu kepada-Ku cepat hilang seperti kabut atau embun di pagi hari.'"
Hai Efraim, apakah yang akan Kulakukan kepadamu? Hai Yehuda, apakah yang akan Kuperbuat kepadamu? Kesetiaanmu bagaikan kabut di pagi hari. Kesetiaanmu seperti embun dan menguap pagi-pagi benar. (VMD)
What am I to do with you, Ephraim? What do I make of you, Judah? Your declarations of love last no longer than morning mist and predawn dew. (MSG)
Kita tahu super komputer saat ini mampu mengoperasikan data dengan kecepatan sekitar 11.000.000.000.000.000.000 per detik! Sebelas kuintiliun! Allah sanggup memikirkan tentang kasih akan kita lebih daripada komputer tercanggih manapun. Bukan untuk satu orang tertentu, melainkan bagi kita semua. Tuhan terus-meneris memikirkan, memperhatikan, mendengarkan, memperhatikan, serta mengasihi kita.
Jika Ia sedemikian kasihnya bagi kita, mengapakah kita mau membalas kasih-Nya dengan perbuatan yang sia-sia?
Janganlah seperti yang pernah diperbuat oleh bangsa Israel yang mengaku, bahkan merasa sangat mengasihi Allah, namun deklarasinya cuma di mulut, hanya seperti kabut, dan cepat menguap seperti embun terkena panas. Kasih serta kesetiaan mereka cetek dan mementingkan diri sendiri.
Bagaimana dengan kita? Masihkah kasih—kepada sesama manusia serta kasih kita kepada-Nya menjadi prioritas yang paling utama dalam hidup kita? Tanpa kasih, kehidupan ini akan kering, hampa, serta tak berarti.
Efesus 3 : 18 – 19 (TSI), "Seperti juga doaku untuk semua orang lain yang sudah Engkau sucikan karena percaya kepada Yesus. Kiranya kasih-Mu menjadi dasar kehidupan mereka, agar mereka mengerti betapa lebar, panjang, tinggi, dan dalamnya kasih Kristus kepada kami. Ya Bapa, aku tahu bahwa kasih Kristus terlalu sulit untuk kami pahami. Tetapi ajarlah kami mengerti kasih itu, supaya kami selalu menikmati kehadiran dan kuasa-Mu bersama kami."
Semoga Saudara dapat merasakan dan mengerti, seperti yang layak bagi semua anak Allah, betapa panjang, betapa lebar, betapa dalam, dan betapa tinggi sesungguhnya kasih-Nya itu; dan semoga Saudara sendiri mengalami kasih itu (walaupun kasih itu demikian besar, sehingga Saudara tidak akan pernah melihat kesudahannya, atau benar-benar memahaminya). Dengan demikian, akhirnya Saudara akan dipenuhi dengan Allah sendiri. [FAYH]
~ FG