Apa motivasi kita yang sesungguhnya dalam memberi, menolong orang lain? Bagaimana sekiranya kita tidak menerima balasan yang baik, setimpal ataupun yang semestinya kita terima?
Pernahkah Saudara mengalaminya?
Jujur, saya pernah, yakni bertanya-tanya --dengan kata lain, agak "menyesal"-- mengapa sempat memberikan sesuatu ataupun menolong seseorang yang saya tolong.
Jika demikian, maka kita belum benar-benar belajar memiliki ketulusan.
Demikian juga dalam hal mengiring Tuhan Yesus. Apakah penuh dengan ketulusan? Pdt. Samuel Kundimang pernah mengingatkan, kita mengiring dan percaya pada Yesus bukan karena ada sesuatu --motif tersembunyi--, ataupun supaya terus-menerus diberkati, dan agar persoalan, pergumulan kita segera selesai saja. Melainkan, alasan kita menjadi murid Yesus, serta melakukan kebenaran, adalah karena sekadar ingin mengasihi Tuhan dengan tulus, karena Dia Tuhan, dan kasih-Nya menyelamatkan kita.
Selain itu, justru melalui permasalahan maupun pergumulan sehari-hari yang Ia izinkan terjadi dapat menjadi proses pembentukan bagi karakter kita, dan memurnikan hati kita. Lagipula, dapatkah kita membalas kebaikan hati-Nya dalam hidup kita?
Mazmur 116:12, "Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?"
Tetapi sekarang apakah yang dapat kupersembahkan kepada TUHAN untuk segala sesuatu yang telah dilakukan-Nya bagiku? (FAYH)
What can I give back to GOD for the blessings he's poured out on me? (MSG)
Nah, mulai sekarang, mari belajar untuk memiliki ketulusan hati saat berbuat baik maupun memberikan pertolongan kepada orang lain.
~ FG