Saya selalu memberi teladan kepada Saudara dalam hal menolong orang miskin, sebab saya ingat akan kata-kata Tuhan Yesus, "Lebih berbahagia memberi daripada menerima." (Kis. 20:35 FAYH)
Ayat yang jujur, bukan? Paulus yang mengutip perkataan Tuhan Yesus, mengatakan bahwa lebih berbahagia, lebih diberkati atau lebih baik memberi ketimbang menerima. Serta mungkin akan condong mendorong atau menjadi contoh bagi orang-orang untuk ikut menolong maupun memberi pada orang lain.
Bukannya tidak akan berbahagia jika menerima sesuatu, apalagi bagi seseorang yang bahasa kasihnya (love language) menerima hadiah atau receiving gift. Menyenangkan memang untuk mendapat sesuatu. Namun, akan lebih membahagiakan sesungguhnya apabila kita memberi.
Bukan demi motif tersembunyi ataupun mengingat-ingat serta memaksa seolah supaya orang-orang yang pernah kita tolong harus ingat perbuatan baik kita, melainkan sekadar karena ingin menolong secara tulus.
Mungkin banyak orang hanya mau menerima, menerima dan menerima. Pun merasa uang adalah satu-satunya sumber kebahagiaan, maka semakin banyak uang makin bahagia, padahal bisa saja semakin banyak uang makin bertambah pula sumber permasalahan.
1 Timotius 6 : 10 (TSI), "Karena cinta akan uang adalah penyebab utama dari segala macam kejahatan. Banyak orang yang sudah tersesat dan meninggalkan keyakinan mereka kepada Kristus demi mengejar harta duniawi, dan akhirnya yang mereka dapatkan hanya sakit hati yang mendalam dan penderitaan yang berat."
Sebab, orang yang selalu ingin mendapatkan uang, tergoda untuk melakukan segala macam kejahatan. Ada yang keinginannya untuk mendapatkan uang begitu keras, sehingga mereka tidak mau lagi menuruti ajaran Kristen. Akhirnya, mereka mendapat banyak kesusahan yang sangat menyedihkan hati mereka. (BSD)
Karena cinta akan uang adalah langkah pertama menuju kepada segala jenis dosa. Bahkan beberapa orang berpaling dari Allah karena cinta akan uang. Akibatnya, mereka mencelakakan diri sendiri. (FAYH)
Mari janganlah berpikiran seperti dunia berpikir. Jadilah seperti Tuhan Yesus dengan meniru teladan-Nya, yakni memberi, memberi dan memberi. Bahkan memberikan nyawa-Nya, bukan?
Kalian harus mengikuti teladan-Ku. Karena Aku—Anak Manusia, datang ke dunia ini bukan untuk dilayani oleh orang-orang lain, tetapi untuk melayani orang-orang lain dan memberikan hidup-Ku sebagai kurban menebus banyak orang dari perbudakan karena dosa-dosa mereka." (Matius 20:28 TSI)
Terlebih dalam kondisi situasi ekonomi akibat pandemi ini, masihkah kita mau memberi?
2 Korintus 9 : 7 (BIS), "Setiap orang harus memberi menurut kerelaan hatinya. Janganlah ia memberi dengan segan-segan atau karena terpaksa, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan senang hati."
Hendaklah masing-masing orang memberi sesuai dengan niat hatinya, jangan dengan sedih hati atau dengan terpaksa, karena sikap hati orang yang memberi dengan gembira disukai Allah. (Shellabear)
I want each of you to take plenty of time to think it over, and make up your own mind what you will give. That will protect you against sob stories and arm-twisting. God loves it when the giver delights in the giving. (MSG)
~ FG