Karena dunia sudah jatuh dalam dosa sejak masa Adam dan Hawa, maka banyak orang egosentris dan menyepelekan sifat rendah hati. Dengan kata lain, kecenderungan manusia ialah ke arah kesombongan, bukannya kerendahan hati. Orang-orang Yunani pun dahulu menganggap menonjolkan diri sudah sedemikian biasanya.
Sementara itu, Allah menghendaki sikap rendah hati.
Full Life Notes menegaskan, rendah hati berarti menyadari kelemahan-kelemahan kita, lalu lekas menghormati Allah maupun orang lain terhadap hal-hal yang kita kerjakan. Jadi, sebaiknya kita merendahkan diri sebab kita sesungguhnya makhluk hina dan berdosa serta tak dapat membanggakan apa pun.
Lawan dari kerendahhatian ialah kesombongan, yaitu perasaan berlebih tentang kepentingan maupun harga diri seseorang atas kebaikan, keunggulan, atau prestasinya sendiri. Padahal, sadari bahwa kita tak dapat mengerjakan banyak hal tanpa pertolongan Allah maupun bantuan orang lain. Kita harus mengandalkan Dia untuk menjadi orang yang berguna dan menghasilkan sesuatu yang baik.
Filipi 2 : 3 (TSI), "Apa saja yang kalian masing-masing lakukan, tidak boleh mementingkan kepentinganmu sendiri atau menonjolkan dirimu. Tetapi utamakanlah kepentingan setiap saudara seiman daripada kepentinganmu sendiri dan tetap rendah hati."
Janganlah berbuat sesuatu hanya untuk menyenangkan diri sendiri, atau supaya orang lain menganggap kalian hebat. Sebaliknya, kalian harus bersikap rendah hati satu sama lain dan selalu menganggap orang lain lebih baik daripada kalian sendiri. (BSD)
Dan tidak melakukan sesuatu pun karena persaingan dan gila hormat. Sebaliknya hendaklah setiap orang dari kamu dengan lembut menganggap orang lain lebih penting daripada dirimu. (KSKK)
John Wycliffe pernah mengingatkan, mencari kepentingan sendiri saja terus-menerus dan pujian yang sia-sia dari manusia merupakan musuh bebuyutan serta licik dalam kehidupan orang-orang percaya. Karena itu, marilah benar-benar tekun belajar merendahkan hati. Mengapa? Karena banyak PR serta ujiannya.
"Kerendahan hati ialah memahami bahwa betapa tidak berartinya sebenarnya diri ini." ~ George Muller
~ FG