GBI PRJ (CK7)

Saat pergumulan hidup terasa begitu berat, dan kita mempertanyakan apakah keputusan Allah itu sudah tepat, ataupun segudang pertanyaan lainnya yang membenam di pikiran, maukah belajar dari hamba-hamba-Nya yang teruji oleh waktu, salah satunya seperti Ayub?

Ketika berbagai sudut menghimpit hidupnya, ia pun melayangkan protes terhadap Allah, tetapi tanpa mau berbuat dosa ataupun menyalah-nyalahkan Allah meski bersikap jujur tentang keadaan dirinya di hadapan-Nya maupun manusia. Allah pun akhirnya berbicara dengannya. Kita baca di kitab Ayub pasal 38:

"[Allah Berbicara kepada Ayub] Kemudian TUHAN berbicara kepada Ayub dari angin topan, kata-Nya, Perkuatlah dirimu dan bersiaplah menjawab pertanyaan yang Kutanyakan kepadamu. Di mana engkau ketika Aku menciptakan bumi? Jika engkau pandai, jawablah Aku. Jika engkau pandai, siapa menentukan besarnya dunia ini?

Siapa mengukur dunia dengan tali pengukur? Di mana bumi diletakkan? Siapa meletakkan batu pertama pada tempatnya? Aku membuat batas untuk laut dan meletakkannya di belakang gerbang yang terkunci. Aku berkata kepada laut, 'Engkau dapat datang sampai ke sini, tetapi tidak lebih jauh. Di sinilah gelombang keangkuhanmu berhenti.' Apakah engkau pernah dalam hidupmu memerintahkan pagi supaya mulai atau hari mulai?

Pernahkah engkau pergi ke dasar laut yang terdalam? Pernahkah engkau berjalan pada dasar lautan? Dari mana datangnya terang? Dari mana datangnya gelap? Pasti engkau mengetahui hal itu karena engkau sudah tua dan bijaksana. Engkau sudah hidup ketika Aku membuatnya, bukan?" (lihat ayat 1-21, VMD)

Kemudian Allah melanjut:

Pernahkah engkau mengunjungi gudang-gudang-Ku tempat salju dan hujan batu? Tahukah engkau tempat matahari berpangkal? atau dari mana angin timur berasal? Tahukah engkau hukum-hukum di cakrawala? dan dapatkah engkau menerapkannya di dunia? Dan jika engkau menyuruh petir-petir bersambaran, apakah mereka datang dan berkata, "Saya, Tuan!"?

Siapa membantu burung gagak yang kelaparan dan berkeliaran ke sana sini mencari pangan? Siapakah pula memberi pertolongan apabila anak-anaknya berseru kepada-Ku minta makanan? (baca ayat 22-41, BIMK)

Submit atau milikilah penundukan diri yang mutlak pada kehendak, kuasa dan kedaulatan-Nya. Ini memang terdengar manis di bibir saja bagi orang-orang yang belum ataupun mungkin tidak mengalami dan menghadapi sesuatu di luar atau melebihi keyakinan ataupun kekuatan kita. Bagaimanapun, tetaplah benar-benar memiliki hati yang siap serta rela.

"Orang-orang yang Kukasihi, merekalah yang Kutegur dan Kucambuk. Karena itu hendaklah kalian bersemangat, dan bertobatlah dari dosa-dosamu." (Why. 3:19, BIS)

Aku selalu menertibkan dan menghajar setiap orang yang Kukasihi: Jadi, Aku harus menghajar kalian, kecuali kalau kalian mau meninggalkan dosa, lalu mencari Allah dengan gairah. (FAYH)

Sesuai catatan Full Life: Allah menunjukkan ke Ayub melalui mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat terjawab olehnya bahwa mendebat Allah itu suatu hal yang sia-sia. Ayub direndahkan sembari diyakinkan tentang hal yang paling penting, yaitu Allah tidak akan meninggalkannya dan Ia hadir bagi dirinya.

Keraguan, kekhawatiran, kemarahan, merasa ditinggalkan dan jauh dari Allah, terutama saat mengalami suatu musibah—yang tentulah sebenarnya tidak kita harapkan terjadi—nyatakan dengan jujur kepada Allah.

Sekalipun kita mengalami penderitaan ataupun kesengsaraan, berdoalah agar Allah menyatakan diri-Nya seperti yang Ayub alami, bukannya memberontak serta tidak mau mempercayai Dia lagi. Jika Ia sanggup memikul salib, Ia pun takkan keberatan menanggung seruan hati kita.

(FG)