"Peliharalah kasih persaudaraan" (Ibrani 13:1)!
Rasanya, kasih persaudaraan merupakan sesuatu yang agak hilang maknanya akhir-akhir ini, serta sebuah hal yang sulit untuk dilakukan sebab mungkin ada banyaknya prasangka, egoisme, ataupun motif-motif yang salah di mana-mana.
Kasih akan saudara-saudara, terutama saudara seiman dalam Tuhan, adalah ciri utama kehidupan kekristenan mula-mula—dan seharusnya sampai sekarang maupun seterusnya. Memelihara pun artinya menjaga, merawat baik-baik, mengusahakan supaya bertumbuh, menyelamatkan, meluputkan dari bahaya dan sebagainya.
Di masa-masa seperti saat ini, masihkah kita tergerak untuk berbuat kasih? "Jika seseorang mengatakan, 'Aku mengasihi Allah,' tetapi dia membenci saudaranya, ia adalah seorang pendusta, karena siapa yang tidak mengasihi saudaranya yang ia lihat, bagaimana dia sanggup untuk mengasihi Allah yang tidak ia lihat" (1 Yoh. 4:20, MILT)?
Kiranya kita tetap berada dalam keadaan yang baik, memikirkan yang terbaik bagi saudara seiman kita, dan terus saling mengasihi.
"Mereka menggabungkan diri dengan saudara-saudara seiman, mengikuti pengajaran rasul-rasul, dan menghadiri persekutuan doa serta mengadakan Perjamuan Tuhan. Rasul-rasul melakukan banyak mujizat dan semua orang dipenuhi rasa takut. Semua orang yang percaya itu senantiasa bersekutu bersama-sama dan segala yang ada pada mereka dijadikan milik bersama. Mereka menjual harta milik mereka dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang berkekurangan. Setiap hari mereka bersama-sama berbakti di dalam Bait Allah. Mereka bersekutu dalam kelompok-kelompok kecil di rumah-rumah mereka serta mengadakan Perjamuan Tuhan dan makan bersama-sama dengan penuh sukacita serta rasa syukur, sambil memuji Allah. Semua penduduk kota itu menyukai mereka, dan tiap-tiap hari Allah menambah jumlah mereka dengan orang-orang yang diselamatkan" (Kis. 2:42-47, FAYH).
"Salah satu bukti tetap dari kehidupan Kristen ialah cara orang Kristen berhubungan dengan sesamanya." (John Wycliffe)
(FG)