"Kemudian Hana berdoa demikian, 'Hatiku bersukaria karena ALLAH; aku diberi kehormatan oleh ALLAH. Mulutku bersumbar terhadap musuh-musuhku, karena aku bersukacita atas keselamatan-Mu.'" (1 Sam. 2:1, Shellabear)
Apakah uang? Posisi atau jabatan pekerjaan? Hadiah dari seseorang? Bahkan orang-orang tertentu yang menjadi alasan kita bersukaria, bersukacita?
Hana hanya bersukacita di dalam dan karena Tuhan.
Meski dia dapat saja bersukacita karena Tuhan telah mendengar, menjawab dan mengabulkan doanya dengan memberinya seorang anak, namun satu-satunya sumber sejati dan sukacita kekal baginya ialah Allahnya sendiri.
"Inilah nyanyian syukur Hana, 'Hatiku bersukaria di dalam Tuhan, saya merasa kuat di dalam Allahku. Saya gembira dan menertawakan musuh-musuhku, sebab Engkau datang dengan kekuatan untuk menyelamatkan daku.'" (versi KSKK)
"INILAH doa Hana: 'Betapa besar sukacitaku di dalam TUHAN! Ia sangat memberkati aku. Sekarang aku dapat menjawab musuh-musuhku, Aku bersukacita atas kelepasan yang telah Kauberikan.'" (FAYH)
Versi MSG pun pada pasal sebelumnya, yaitu untuk 1 Samuel 1:1-19 memberi konteks judul Hannah Pours Out Her Heart to God, atau Hana menumpahkan seluruh isi hatinya kepada Tuhan. Jadi, sekalipun Tuhan merupakan alasan dan tempat kita bersukaria, Ia pun dapat menjadi sandaran serta tempat bagi kita untuk menumpahkan segala unek-unek, kesedihan apa pun, bahkan kegetiran hati. Dengan mengetahui hal itu, sesungguhnya Allah memang satu-satunya sumber sukacita sejati kita.