Semasa PD (perang dunia) II, ketika Perancis masih dalam kependudukan Nazi, seorang warga bernama Enciro Dipazzio menolong satu keluarga Yahudi untuk masuk dan tinggal di dalam rumahnya, menghindari kejaran Nazi.
Namun, selang beberapa waktu lamanya, salah seorang tetangga yang mengamati gerak-geriknya, membocorkan informasi itu kepada pihak Nazi bahwa Enrico menolong menyembunyikan dan menyelamatkan keluarga Nazi. Sehingga akhirnya, ia beserta keluarga Nazi tersebut ditangkap dan dipenjara.
Di dalam penjara, pihak pengawas pun mengambil semua makanan yang dikirimkan untuk Enrico, bahkan yang dari istrinya tercinta. Bahkan, saat malam Natal, sang sipir mengolok Enrico bahwa semua makanan yang pernah dikirimkan untuknya oleh istrinya, telah dimakan oleh sipir itu. Termasuk makanan untuk malam Natal hari itu, yang dimakan di depan Enrico.
"Akankah kamu marah, Enrico?" tanya sipir meledek, menggertak, menunggunya supaya berbuat salah.
Enrico menjawab bahwa, tidak, ia tidak marah karena ia pun mengasihinya. Ia menyatakan bahwa oleh karena Tuhan Yesus yang telah mengasihinya terlebih dahulu, maka ia pun dimampukan untuk mengasihi semua orang. Mendengar itu, tak tahan, sang sipir menyuruh penjaga memasukkannya kembali ke dalam sel penjara.
Ketika PD II berakhir, dan Enrico berkumpul kembali dengan keluarganya, istrinya merawatnya sampai benar-benar pulih keadaannya, karena sangat kekurangan gizi dan badannya kurus sekali. Usaha mereka pun perlahan demi perlahan mulai kembali pulih. Hingga suatu hari, mereka mengetahui bahwa sang mantan sipir tadi ternyata tinggal tidak jauh dari rumah mereka. Lantas, Enrico beserta istri berniat mengunjungi, bahkan membawakan sejumlah makanan.
Singkat cerita, ketika mereka bertemu kembali, dan memperkenalkan diri, Enrico menenangkan hati sang mantan sipir, bahwa ia tidak akan melampiaskan dendam, melainkan tetap sama seperti ketika malam Natal waktu itu, bahwa ia mengasihinya, seperti Yesus pun mengasihi mereka semua. Enrico juga mengampuni apa pun yang telah sipir tersebut perbuat. Ketika mereka hendak makan, dan Enrico memimpin dalam doa, hati sipir maupun istrinya sendiri tersentuh, dan mengalami jamahan Tuhan, sang sipir tersebut pun menangis. Karena pengampunan, dan terutama karena kasih Tuhan.
Roma 12:21 (TSI), "Jangan biarkan dirimu dikalahkan oleh kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan terus berbuat baik."
Don't let evil get the best of you; get the best of evil by doing good. (MSG)
1 Yohanes 4:19 (BSD), "Kita mengasihi orang lain, sebab Allah sudah lebih dahulu mengasihi kita."
We have the power of loving, because he first had love for us. (BBE)
We, though, are going to love--love and be loved. First we were loved, now we love. He loved us first. (MSG)
~ FG