Mengapa kadang sulit rasanya untuk menerima masukan maupun kritik dari orang yang dekat dengan kita, namun merasa mudah untuk menerimanya dari orang asing yang mungkin belum kita kenal dengan baik?
Saya pernah mendapat kritik dari istri, tetapi karena saya merasa lebih tahu, bahkan "mengetahui segalanya", alhasil berat menyambut kritikan maupun masukan tersebut dari istri saya. Padahal, jauh di lubuk hati kecil, saya sadar kritik itu benar adanya.
Pernahkah Saudara juga mengalami hal yang serupa?
Sebuah kritikan dapat menjadi "pengajar" yang baik apabila kita bersedia belajar, serta "cambuk" yang perlu jika ingin tetap melangkah maju.
Dr. John C. Maxwell pernah membagikan empat jenis kritik, agar kita dapat lebih siap saat menghadapi, berusaha memahami, maupun menerimanya:
Beliau pun menambahkan satu jenis kritik, yakni online criticism, atau berbagai komentar yang kita baca, dengar, maupun dapatkan dari media sosial yang kemungkinan sering kali berupa kritikan yang negatif.
Saya rasa kita semua setuju bahwa jenis kritik yang pertama tersebut, atau kritik yang membangun itulah yang terbaik, supaya kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Seorang hamba Tuhan, David Egner pernah berkata, "Setiap kritik dapat berguna. Mungkin Allah ada di dalamnya, dan saya perlu mendengar apa yang Dia katakan. Mungkin saja pengkritik itu benar."
Amsal 12:15 (TSI), "Orang bebal menganggap cara hidupnya sudah benar, tetapi orang bijak selalu mau menerima nasihat."
Amsal 15:32 (FAYH), "Orang yang menarik manfaat dari kritik yang membangun akan disebut bijaksana. Tetapi menolak kritik akan merugikan diri sendiri."
Take good counsel and accept correction--that's the way to live wisely and well. ~ Amsal 19:20 (MSG)
Listen to advice and accept discipline so that you may be wise the rest of your life. (GWV)
"Criticism may not be agreeable, but it is necessary. It fulfills the same function as pain in the human body. It calls attention to an unhealthy state of things." ~ Winston Churchill
~ FG