Sementara orang-orang yang lain berlari menjauhi musuh ataupun masalah besar yang siap mengadang mereka, Daud justru sebaliknya berlari menghadapinya, yakni Goliat. Jika mungkin menurut takaran dunia, Daud salah pilih, namun justru di mata Tuhan ini merupakan kesempatan baginya untuk menunjukkan serta menyatakan rasa percayanya kepada Allah, dan kepada mereka bahwa Siapakah Allah yang sebenarnya, yaitu yang memberikan kemenangan, yang menyertai Daud--dan kita semua anak-anak-Nya.
Mungkin hampir-hampir saja Daud "salah pilih" musuh ataupun masalah, dan tidak jadi menuju pada kesempatan dalam hidupnya tersebut seandainya ia meladeni dan sakit hati ataupun kecewa terhadap bahkan saudara kandungnya sendiri, yakni abangnya, Eliab, yang mengira dan menuduh adiknya itu yang bukan-bukan, tanpa mencerna fakta ataupun benar-benar mengetahui isi hati serta kerinduan Daud yang terdalam. Mungkin pula apa yang Eliab lakukan itu muncul karena rasa takut ataupun yang lainnya, kita tidak tahu, namun puji Tuhan karena Daud adiknya tidaklah sampai terdistraksi oleh ucapan ataupun tuduhan dari Eliab, sehingga Daud tetap mau berani maju menghadapi musuh Israel, masalah besar yang menghadang di depan mereka semua yang ketakutan itu.
Musuh serta masalah besar Daud bukanlah Eliab, melainkan Goliat.
1 Samuel 17:28-30 (VMD), "Ketika saudara Daud yang tertua Eliab mendengar Daud bercakap-cakap dengan anggota pasukan, bangkitlah amarahnya. Ia berkata kepada Daud, 'Mengapa engkau kemari? Dan kepada siapa engkau percayakan penggembalaan domba-domba itu di padang gurun? Aku tahu mengapa engkau datang kemari. Engkau tidak suka melaksanakan yang diperintahkan kepadamu. Engkau mau hanya datang kemari untuk menyaksikan perang.' Daud mengatakan, "Apakah yang telah kuperbuat? Aku tidak melakukan yang salah. Aku hanya berbicara." Dia menoleh kepada orang lain dan mengajukan pertanyaan yang sama dan memperoleh jawaban yang sama pula seperti sebelumnya."
Tetapi, ketika Eliab, kakak Daud yang tertua, mendengar adiknya berkata demikian, ia menjadi marah. "Apakah kerjamu di sini?" tegornya. "Bagaimana dengan kambing domba di padang gurun yang menjadi tanggung jawabmu? Aku tahu ulahmu, engkau anak nakal yang sombong! Engkau datang hanya karena ingin menyaksikan pertempuran!" "Apakah kesalahan yang telah kubuat?" tanya Daud. "Aku hanya ingin bertanya!" Lalu ia menghampiri beberapa orang lain untuk mengajukan pertanyaan yang sama dan ia mendapat jawaban yang sama pula. (FAYH)
Eliab, his older brother, heard David fraternizing with the men and lost his temper: "What are you doing here! Why aren't you minding your own business, tending that scrawny flock of sheep? I know what you're up to. You've come down here to see the sights, hoping for a ringside seat at a bloody battle!" "What is it with you?" replied David. "All I did was ask a question." Ignoring his brother, he turned to someone else, asked the same question, and got the same answer as before. (MSG)
Apa musuh besar, masalah besar kita hari-hari ini?
Apa yang kira-kira dapat menjadi distraksi atau penghalang ataupun pengalih fokus serta perhatian utama kita yang seharusnya kita berikan pada hal-hal yang paling penting?
Jangan sampai kita salah pilih dalam menghadapi musuh yang seharusnya dan sebenarnya kita hadapi serta kalahkan bersama Tuhan. Seperti halnya Daud yang tahu dan percaya kepada Siapa Alllahnya, Allah yang hidup, Allah Israel, dan berani menghadapi musuh maupun masalah besar di depannya, demikian pula hendaknya kita senantiasa mengandalkan Dia setiap saat, apa pun yang terjadi dan sedang kita alami.
Bersama-Nya kita aman.
~ FG