GBI PRJ (CK7)

Berbicara ketaatan, seringkali kita mengira harus mengusahakan, mengorbankan, atau melakukan sesuatu. Namun, ada satu format ketaatan yang mungkin terlewat dari kita, yaitu belajar menerima dari Tuhan. 

Amsal 23 : 26
Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku, biarlah matamu senang dengan jalan-jalanku. 

Kata 'senang' di atas, dalam bahasa Ibraninya, 'ratsah' dan 'natsar', artinya, kita melihat jalan Tuhan, rencana, dan rancangan-Nya yang indah atas hidup kita. Karena itu, berikanlah hati kita pada Tuhan supaya menikmati perjalanan hidup bersama-Nya. 

Memberikan hati bukan sekadar taat, melainkan juga belajar menerima dari Tuhan dan itu sesuatu yang sangat luar biasa yang Tuhan mau kita sadari setiap hari, karena banyak perkara besar yang sudah Ia persiapkan maupun sediakan untuk kita. Misalnya, damai sejahtera (Yohanes 14 : 27; 1 Petrus 5 : 7). Damai yang Tuhan berikan adalah damai di setiap musim kehidupan, selagi ada badai, baik suka maupun duka; damai yang dari dunia adalah damai setelah badai itu reda. 

Belajarlah menerima damai-Nya setiap hari, menyerahkan kekhawatiran dan problem kita kepada-Nya. Itu sebabnya, hari lepas hari, belajarlah seperti Maria yang duduk di kaki Tuhan, dan menerima apa yang sudah Ia siapkan bagi kita damai, sukacita, kasih, perlindungan, penyertaan, hikmat, pengharapan untuk kita hidupi setiap hari (2 Korintus 5 : 21). Apalagi kita sudah dibenarkan dan dilayakkan oleh Tuhan. 

Jangan kejar hal-hal fana seperti jabatan, harta, status, ketenaran, yang cenderung manusia perlihatkan kepada orang lain, sehingga tidak sadar walau punya banyak harta, tidak ada damai di dalamnya. Jadi, apa pun yang melekat pada kita, harta dan hal-hal yang terlihat, tidak bisa jadi jaminan. 

Saya percaya, apa pun pergumulan kita, justru ketika belajar menerima dari Tuhan, mata rohani kita akan terbuka. Kita tidak lihat besarnya masalah, melainkan kebesaran Tuhan. Maria dan Marta adalah pelajaran luar biasa tentang menerima dari Tuhan. 

Lukas 10 : 38 - 42
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri ? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." 

Manusia sering kali berusaha melakukan sesuatu guna mendapatkan dari Tuhan, padahal Ia mau kita duduk diam di kaki-Nya, menerima apa yang sudah Ia sediakan bagi kita hari ini. Seperti Maria yang duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sebuah posisi menerima, sedangkan Marta sibuk sekali melayani. 

Perhatikan apa yang dilakukan orang-orang yang hanya berupaya melakukan sesuatu supaya mendapat dari Tuhan, seperti halnya Marta, yang mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri ?" Marta menyalahkan Tuhan serta saudaranya. Banyak orang seperti itu yang senantiasa hanya berpikir usaha saya, formula saya, tata ibadah saya, tata cara saya. Mereka datang pada Tuhan dengan formula. "Saya sudah berdoa sekian lama, sudah berpuasa sekian hari, saya ini dan itu, tetapi Tuhan tidak jawab-jawab." 

Seperti halnya murid-murid-Nya ketika badai dan di perahu dengan Yesus yang sedang tidur. Kita tahu, jika Yesus dalam perahu, walau Dia tidur, kita pasti selamat, tetapi mereka justru membangunkan-Nya dan berkata Ia tidak peduli kalau binasa. Mereka dekat dengan Tuhan, mengikuti Dia, Ia menyertai dan tidak sedetik pun meninggalkan, tetapi mereka maupun kita juga mungkin tidak sadar, tidak mau menerima, masih pakai usaha serta kekuatan sendiri. 

Bukannya berdoa atau berpuasa itu salah, tetapi jangan jadikan acuan atau formula untuk ikut Tuhan dan datang pada-Nya. Ingat, orang yang berdoa lima menit dengan kesungguhan hati lebih berarti daripada doa setengah jam bertele-tele yang datang dari hati yang tidak sungguh-sungguh. Itu sebabnya, milikilah hubungan dengan Tuhan, duduk dekat kaki-Nya, dan terima dari-Nya seperti Maria. Kita hidup di dunia yang penuh dosa dan banyak masalah, tetapi justru menjadi kesempatan mengalami Tuhan dan menerima apa pun yang sudah Ia sediakan bagi kita setiap hari. 

Orang yang menyusahkan diri dengan banyak perkara pasti khawatir, orang yang duduk di kaki Tuhan akan terus menerima dari Tuhan dan mendapat damai sejahtera. Inilah postur hati. 

Yohanes 13 : 4 - 5
Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. 

Zaman itu, kebiasaan orang Yahudi di rumah-rumah adalah ketika ada tamu datang, karena hanya memakai kasut yang terekspos debu, biasanya keluarga-keluarga yang mampu akan meminta pembantu rumah tangga untuk membasuh kaki tamu, menaruh kasut, kemudian dilap dengan kain, baru masuk ke rumah; jika tidak punya pembantu, maka tamu akan membasuh kakinya sendiri. Kaki adalah bagian terkotor karena terekspos debu setiap hari. Yesus hendak mengajarkan sebuah prinsip kebenaran melalui visualisasi pembasuhan kaki yang dilakukan-Nya. 

Kata 'membasuh' di atas memakai bahasa Yunani, 'nipto' yang merupakan kata kerja yang dilakukan terus-menerus. Jadi, pembasuhan itu terjadi setiap hari. Pikiran dan hati kita dibasuh setiap hari oleh Yesus. Roh Kudus juga akan menginsafkan kita dari dosa. 

Kemudian, kata 'menyeka' di atas memakai bahasa Yunani, 'ekmasso' yang memiliki arti kita diluputkan dari ancaman Iblis. Jadi, setiap hari Tuhan membasuh, membersihkan, dan menyeka kita, meluputkan kita dari ancaman-ancaman Iblis, serta pikiran dan hati kita dari tuduhan maupun kebohongan Iblis, dan lainnya. Tuhan Yesus menyeka dengan kain lenan (Yunani: 'lention' yang artinya kebenaran). Jadi, setiap hari kita akan dibasuh dan dibersihkan oleh kebenaran firman Tuhan. 

Yohanes 13 : 6 - 7
Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya : Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku ? Jawab Yesus kepadanya : Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.

Petrus waktu itu merasa tidak layak. Seperti kita dengan masa lalu yang sangat busuk, buruk, dan kelam. Tetapi, kita sudah dilayakkan oleh Tuhan melalui pengurbanan di kayu salib. Jadi, jangan sampai berada di posisi tidak mengerti ini. Biarlah firman Tuhan membuka pikiran dan hati kita hari ini. 

Yohanes 13 : 8 
Kata Petrus kepada-Nya : Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya. Jawab Yesus ikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.

Di dalam bahasa Inggris, lebih jelas dikatakan dari versi NKJV: "You shall never wash my feet!" Jesus answered him, "If I do not wash you, you have no part with Me" (Kalau Aku tidak membasuh kakimu, kamu tidak akan mendapatkan bagian bersama dengan Aku). Artinya, kamu tidak akan diubahkan, tidak akan mengalami perjalanan indah bersama dengan Aku, kalau Aku tidak basuh kakimu. Kaki itu gambaran pikiran dan hati yang kotor dan perlu proses pengudusan setiap hari (Sanctification). Tiap hari, pasti ada dosa yang kita lakukan, sengaja atau tidak. Itu yang Tuhan mau kuduskan. Kalau tidak, kita tidak tahu sudah dibenarkan dan dilayakkan, tidak akan menikmati hidup karena tidak belajar menerima dari Tuhan, sehingga terus-menerus bingung dan berusaha dengan kekuatan sendiri, akhirnya "bertransaksi" dengan Tuhan, bahwa kalau kita begini-begitu, Tuhan juga akan begini-begitu. 

Yohanes 13 : 9 - 10
Kata Simon Petrus kepada-Nya : Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku ! Kata Yesus kepadanya : Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.

Tuhan Yesus hanya membasuh kaki Simon Petrus, karena kaki itu gambaran pikiran dan hati yang seterusnya perlu proses pengudusan setiap hari. Kita sudah dibersihkan, dilayakkan, dan dibenarkan oleh Kristus. Kita sudah bersih, tetapi pikiran dan hati kita kadang masih kotor dan ada "sampah". Ketika kita bertobat, yang lahir baru adalah roh kita, tetapi jiwa kita yang di dalamnya ada pikiran, kehendak, serta perasaan, dan emosi, masih terus perlu pembaruan budi. Jadi, sekarang kita sedang dalam proses dikuduskan setiap hari oleh Tuhan. 

Kejadian 3 : 14
Lalu berfirmanlah Tuhan Allah kepada ular itu : Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.

Debu tanah akan menjadi makanan si jahat atau Iblis. Siapakah 'debu tanah' itu ?  Kita tercipta dari debu tanah, sementara itu makanan Iblis adalah debu tanah. 

Kejadian 2 : 7
ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. 

Iblis mengincar, memangsa, dan membidik kita setiap hari. Iblis akan mematahkan semangat, mencobai, menuduh, membohongi, dan menyerang pikiran serta hati kita. Itu sebabnya, Tuhan Yesus datang untuk melindungi dan membersihkan kita dari kebohongan-kebohongan Iblis. 

Karena itu, biarkan pikiran dan hati kita dibasuh oleh Kristus dan kebenaran firman Tuhan setiap hari. Cintailah firman, hiduplah dikuasai oleh firman Tuhan, supaya kita betul-betul menikmati perjalanan hidup bersama dengan-Nya, walaupun sedang menghadapi masalah, dan karakter kita akan diubahkan. 

Tuhan Yesus Memberkati