Kita tahu, ada suatu persoalan yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari, yakni marah atau amarah. Kata ‘marah’ ataupun ‘amarah’ itu sendiri menggunakan kata ‘orge’ dalam bahasa aslinya.
Yakobus 1 : 19 - 20
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini : setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
Kata ‘cepat’ pada ayat di atas memakai kata Yunani ‘tachus’ yang berarti siap mendengar apa saja. Namun, ada hal-hal menyenangkan yang kita dengar, ada juga hal-hal yang tidak menyenangkan. Karena itu, apa pun yang kita dengar, hendaknya kita melatih diri supaya senantiasa dalam keadaan siap sedia. Kata ‘tachus’ pun mengandung makna ibarat armada (pasukan kapal perang) yang telah dipersiapkan. Demikian pun, kita perlu melatih diri sebaik-baiknya agar selalu dalam posisi siap siaga mendengar apa pun di kehidupan sehari-hari.
Selain cepat untuk mendengar, kita diminta lambat untuk berkata-kata dan lambat untuk marah. Kata Yunani yang dipakai bagi kata ‘lambat’ adalah ‘bradus’ yang berarti lebih lambat (perlahan) mengelola segala sesuatu dalam pikiran supaya paham apa yang kita dengar. Mengapa ? Sebab, rasa marah sangat mudah terpicu sewaktu mendengar sesuatu karena kita tidak olah terlebih dulu dalam pikiran. Sayangnya, banyak orang membiarkan diri cepat mengekspresikan emosi keluar dari dalam diri melalui amarah.
Karenanya, berita baik maupun buruk, semestinya perlu kita olah dalam pemikiran supaya betul-betul paham. Jangan mudah percaya begitu saja. Sebab, tanpa pemahaman terhadap apa yang kita dengar, maka itu bisa memicu emosi negatif untuk meledak keluar dari dalam diri. Pemahaman yang benar akan menolong kita menentukan sikap apa yang akan kita perlihatkan, serta supaya tidak lekas “panas telinga atau panas hati”.
Kata ‘bradus’ pun bermakna lambat untuk percaya. Namun, hari-hari ini, lewat perkembangan media sosial, begitu banyak orang mempercayai yang mereka dengar ataupun yang disampaikan orang lain tanpa disaring, filter atau sortir dalam pertimbangan. Pengertian berikutnya mengenai kata ‘bradus’ ialah janganlah menjadi pribadi yang langsung aktif memberi atau mengutarakan ekspresi negatif. Melainkan, tenang saja dahulu. Pertimbangkan ulang cara kita merespons. Seseorang yang terbiasa mendengar sesuatu, lalu mengolah dan menimbangnya dalam pemikiran dengan benar sesuai pemahaman yang baik, kemudian menguji serta tidak mudah percaya begitu saja, dan mau menjadi tenang, itulah ciri orang yang matang dalam emosi, bijak dan dewasa rohani.
Bisa saja seseorang memiliki IQ (intelligence quotient) atau kecerdasan pengetahuan yang tinggi, namun tidak banyak orang mempunyai tingkat kecerdasan mengolah emosi atau EQ (emotional quotient) yang tinggi. Padahal, guna mampu bertahan dalam hidup serta menjadi pribadi yang makin berkualitas, terutama dalam hubungan sosial (komunitas, keluarga, pekerjaan dan lainnya), perlu EQ atau kecerdasan emosional.
Dengan kecerdasan emosional, kita akan secara natural atau alami dapat mengatasi dan memecahkan banyak hal. Makin kita tenang menghadapi segala sesuatu, maka pertimbangan kita semakin objektif (tidak melihat atau menilai dari satu sisi; mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi) untuk membuat pilihan maupun keputusan yang berkaitan dengan segala sesuatu yang kita dengar ataupun yang terjadi dalam hidup ini.
Kembali pada kata ‘orge’ yang berarti marah atau amarah, kata tersebut berasal dari kata ‘oregomai’. Sementara itu, kata ‘amarah’ itu sendiri adalah dorongan kuat untuk meluapkan kemarahan. Berhati-hatilah, apabila seseorang tidak memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka ia tidak akan memiliki “benteng pertahanan” untuk mengatasi kemarahannya.
Makna lebih tepat untuk kata ‘orge’ pun ialah murka. Nah, agar tidak terjebak dalam murka, maka bersiap dan latihlah diri mendengar apa pun, tidak gampang percaya terhadap apa yang kita dengar, lalu mengolah dan memahaminya terlebih dulu supaya pada akhirnya mempunyai benteng pertahanan (pemahaman serta respons yang benar).
Makna ‘orge’ pun kebencian yang merongrong kita supaya menghukum, menilai dan menghakimi orang lain. Jadi, sebenarnya amarah berbahaya bila bergerak secara leluasa dalam hidup kita, maka kita menjadi orang yang terbiasa mudah murka, tidak punya kendali terhadap emosi. Bila membiarkan amarah menguasai, dan tidak mau bijak atau cerdas secara emosi, maka kita pun menjadi orang yang sangat cepat benci orang lain. Dalam kebencian tersebut, terdapat suatu bentuk amarah yang tidak mengerjakan kebenaran di hadapan-Nya.
‘Orge’ pun berarti balas dendam. Siapa pun yang tidak cerdas secara emosi akan mudah membalas dendam. Itu pun bukan sebuah kebenaran. Sering kali, kita merasa sudah benar di hadapan Tuhan karena melayani Dia, namun jarang kita mengintrospeksi diri apakah kita termasuk memiliki kecerdasan emosional yang baik, ataukah tidak memiliki kendali sehingga membiarkan kemarahan tanpa tertahan ? Bagaimana keadaan kita saat ini, apakah mudah menghakimi, membenci dan membalas dendam, ataukah mau mengampuni secara sadar sebesar Tuhan telah mengampuni kita ?
Amarah pun dapat mengandung makna agitasi jiwa (mudah terhasut untuk mengadakan huru-hara ataupun keributan dan perselisihan). Periksalah diri, apakah kita menjadi orang yang mudah menghasut serta memicu pertengkaran dan lain-lain ? Sebab, orang-orang yang masih memiliki agitasi jiwa, maka di manapun mereka berada, dengan siapa pun mereka berinteraksi, akan selalu menjadi biang onar atau pembuat masalah, berprasangka dan mudah terhasut menimbulkan keributan, bahkan hanya karena perkara sepele. Akibatnya, damai sejahtera mereka akan terampas, hati orang lain tersakiti, dan atmosfer keadaan sekeliling tidak menyenangkan.
Kemudian, amarah pun berarti keinginan untuk mengincar seseorang dan mencari-cari kesalahannya. Terutama, terhadap seseorang yang tidak disukai, sehingga ingin sekali menjatuhkan dan menyerangnya.
Selanjutnya, kata ‘kebenaran’ yang terdapat pada ayat bacaan kita, menggunakan kata Yunani ‘dikaiosune’ yang berarti kebenaran dalam Kristus. Dengan kata lain, saat seseorang begitu mudah meluapkan amarah dari dalam diri, maka mereka sebenarnya tidak sedang mengerjakan kebenaran di dalam Kristus Yesus. ‘Dikaiosune’ juga berarti keseimbangan antara pikiran, perasaan serta perbuatan yang disetujui oleh Tuhan. Saat tidak cerdas secara emosi dan membiarkan amarah menguasai, maka kita tidak berada dalam keseimbangan pikiran, perasaan dan perbuatan. Ketidakseimbangan tersebut bukanlah sesuatu yang disetujui oleh-Nya.
Ketika kemarahan menguasai kekuatan kita untuk berpikir, maka sering kali yang mendominasi adalah perasaan. Jadilah seseorang yang seimbang dalam pikiran, perasaan dan perbuatan. Sebab, jika perasaan yang dominan dalam pemikiran, maka tindakan-tindakan kita semata-mata dipicu oleh perasaan. Maka, saat mood atau suasana hati sedang baik, tindakan kita cenderung baik, tetapi saat mood sedang jelek, kita pun cenderung ingin melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik.
‘Dikaiosune’ pun bermakna integritas dan keadilan yang merupakan bagian karakter Tuhan. Selain itu, tidak menghakimi dan tidak munafik. Latihlah terus diri supaya menjadi orang yang berintegritas, adil, tidak munafik serta tidak mudah menghakimi orang lain.
Boleh saja marah, sebab amarah pun merupakan saluran emosi yang Tuhan tempatkan pada kita. Namun, saat tidak sanggup mengendalikannya, maka itu merupakan amarah yang membuat kita tidak mengerjakan kebenaran di hadapan-Nya. Jadi, boleh marah, namun bukan yang di luar kendali, tanpa batas, dan tidak bertanggung jawab. Sebab, walau kita marah, tetaplah mengerjakan apa yang benar di hadapan-Nya.
Yakobus 1 : 26
Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
Kata ‘ibadah’ pada ayat di atas menggunakan kata ‘threskos’ untuk bahasa Yunaninya yang berarti saleh dan takut kepada Tuhan, lalu menyembah Dia serta disiplin rohani. Saat kita merasa dan menganggap diri saleh, takut akan Tuhan, menyembah Dia serta memiliki kedisiplinan rohani, sewajarnya kita mempunyai kekang terhadap lidah. Artinya, orang-orang yang mau beribadah, semestinya punya kendali kuat terhadap amarah dan lidahnya.
Bagaimana dengan kita ? Kita tidak bisa mengaku saleh, takut akan Allah, penyembah dan disiplin rohani, tanpa memiliki kendali terhadap kata-kata maupun terkungkung dalam amarah. Sebab kata-kata kita dapat ibarat menjadi “pisau tajam” yang melukai orang lain. Alamilah kesembuhan batin bersama Allah. Dengan begitu, kita menjadi orang-orang yang bukan hanya beribadah saat kebaktian, melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang tidak mempunyai kekang lidah, sekalipun mengaku beribadah, itu menipu diri sendiri serta apa pun bentuk ibadahnya merupakan kesia-siaan. Kata ‘sia-sia’ menggunakan kata ‘mataios’ dalam bahasa aslinya yang bermakna ibadah yang kosong, sia-sia atau tidak akan pernah memberi keuntungan atau manfaat bagi kita.
Kata ‘sia-sia’ atau ‘mataios’ pun mengandung makna penuh kesombongan. Dengan kata lain, jika mengaku beribadah, namun tak mampu mengendalikan atau mengekang lidah, maka ibadah kita penuh rasa sombong dan menjadi sesuatu yang tidak akan diterima oleh Tuhan. Selain itu, ‘mataios’ berarti ibadah tanpa tujuan, tanpa kekuatan, dan tanpa kebenaran. Selama kita tiada mampu memiliki kekang lidah, maka saat menghadapi sesuatu, dan kita mengaku beribadah, namun ibadah itu tidak akan memberi kekuatan, tidak memiliki tujuan, dan tidak mengerjakan kebenaran.
Semoga, setiap kita tetap setia dalam perlombaan rohani yang diwajibkan bagi kita, supaya Tuhan pun mendapati kita sebagai orang-orang yang teruji dalam kehidupan ini karena berakar teguh di dalam kebenaran. Kiranya, kita pun terus mau menjadi pelaku firman, hidup berkenan di hadapan-Nya, dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Tuhan Yesus Memberkati
Kolekte
BCA Cab. Menara Ancol
ac 635.100.0101
an. GBI PRJ
Perpuluhan
BCA Cab. Menara Ancol
ac. 635.100.0101
an. GBI PRJ
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.371.7878
an. GBI PRJ
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.327.7878
an. GBI PRJ
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.316.7878
an. GBI PRJ
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.9777.133
an. GBI PRJ Pluit
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.8777.122
an. GBI PRJ Pluit
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.522.3030
an. GBI PRJ Mandarin Service
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Pembangunan
BCA Cab Thamrin
ac. 206.977.7575
an. GBI House Of Christ Revival
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.577.7272
an. GBI House Of Christ Revival
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.353.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.378.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.356.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.3800
an. GBI Intercon
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.5900
an. GBI Intercon
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.4300
an. GBI Intercon
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.621.1000
an. GBI Q BIG
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.670.6688
an. GBI Q BIG
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.610.6699
an. GBI Q Big
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.013.9400
an. GBI St Moritz