GBI PRJ (CK7)

Tekanan dalam hidup sangat nyata, dan kita semua pasti punya pertarungan masing-masing, dan yang harus kita hadapi sendiri. Bukan berarti kita tidak didukung oleh komunitas ataupun orang-orang lain, tetapi terkadang ada permasalahan yang begitu pribadi, jadi mereka hanya bisa memberi dukungan yang sementara dari luar. 

Sama seperti seorang petinju yang memerlukan dukungan dari pelatih, dan saat naik ke ring tinju, ia harus bertanding sendirian.

Mari kita belajar dari kisah nyata pengalaman Daud.

1 Samuel 17 : 3 – 11   
Orang Filistin berdiri di bukit sebelah sini dan orang Israel berdiri di bukit sebelah sana, dan lembah ada di antara mereka. Lalu tampillah keluar seorang pendekar dari tentara orang Filistin. Namanya Goliat, dari Gat. Tingginya enam hasta sejengkal. Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga. Dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga. Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu enam ratus syikal besi beratnya. Dan seorang pembawa perisai berjalan di depannya. Ia berdiri dan berseru kepada barisan Israel, katanya kepada mereka : "Mengapa kamu keluar untuk mengatur barisan perangmu? Bukankah aku seorang Filistin dan kamu adalah hamba Saul ? Pilihlah bagimu seorang, dan biarlah ia turun mendapatkan daku. Jika ia dapat berperang melawan aku dan mengalahkan aku, maka kami akan menjadi hambamu; tetapi jika aku dapat mengungguli dia dan mengalahkannya, maka kamu akan menjadi hamba kami dan takluk kepada kami." Pula kata orang Filistin itu : "Aku menantang hari ini barisan Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang." Ketika Saul dan segenap orang Israel mendengar perkataan orang Filistin itu, maka cemaslah hati mereka dan sangat ketakutan. 

Selama 40 hari Goliat (hal ini berbicara juga tentang masalah ataupun musuh besar kita) mengintimidasi, dan sebelum Daud melawannya, perang bangsa melawan bangsa, Israel melawan Filistin, ada perubahan strategi musuh, musuh mengganti taktik menjadi perang yang harus dihadapi sendiri-sendiri.

Seharusnya kita siap menghadapi pertarungan personal kita. Setiap orang normal punya masalah dan tertekan, tetapi kita sebagai orang percaya harus punya cara pandang yang berbeda, sebab akan ada masa-masanya kita tidak mencari masalah, namun masalah itu sendirilah yang datang menghampiri, namun jangan sampai kita lari dari masalah. 

Masalah selalu bermain dengan pikiran kita. Riset oleh Don Josef Goewey menyatakan bahwa sering kali 97% masalah ataupun kekhawatiran kita tidaklah terlalu berarti (meaningless).

Sebagaimana kita melihat masalah, dan cara kita merespons, itu menentukan kita masih mau menghadapi ataukah malah lari menghindari masalah. Musuh hanya bisa memberi masalah dalam pemikiran kita setiap hari sehingga membuat berpikir berlebihan.

•    Unified Faith (“Iman Korporat”).
Dalam menghadapi pergumulan, kita perlu memiliki iman korporat ataupun orang-orang seiman maupun komunitas.

Iblis membuat kita tawar hati sebelum berperang, lupa akan kuasa Tuhan, lupa apa yang pernah Tuhan pernah perbuat atas hidup kita, dan lupa kita memiliki komunitas yang memberkati, mendoakan, menasihati, menguatkan, dan mendukung. Sebab saat kita mendapat masalah, pasti selalu ada jalan keluar, masalah selalu datang sepaket dengan jalan keluar. 

Saat kita membuka hati kepada Tuhan seperti halnya Daud, kita mempersiapkan sesuatu yang besar dalam menghadapi yang akan datang. Setiap masalah sebenarnya justru dapat mempersiapkan kita untuk menghadapi sesuatu yang besar. Terobosan dan keajaiban bisa terjadi dalam menyatukan iman, dan terobosan mulai terjadi saat ada tantangan.

•    Personal Faith (“Iman Pribadi”).
Ada kalanya masalah itu bersifat begitu pribadi, dan kita membutuhkan iman secara personal. Tantangan juga adalah potensi mujizat yang menyatu dengan persatuan saudara seiman, maka kita perlu membangun iman bersama orang-orang sekeliling kita. Tetapi, terutama kita seharusnya seperti Daud yang menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan.

Untuk menguatkan iman, kita harus menguatkan diri kita terlebih dulu, iman personal bangkit saat kita mengingat-ingat kebaikan apa yang telah Tuhan perbuat, dan Allah tidak akan pernah membiarkan kita bertanding sendirian. Karena itu, ciptakan ingatan akan apa yang pernah Tuhan lakukan. 

Sadari kebaikan Tuhan saat kita merasa harus berperang sendiri, sebab segala sesuatu sudah dimenangkan oleh Tuhan Yesus, Dia yang sudah berperang sendirian bagi kita di atas kayu salib. 

Tuhan Yesus Memberkati