GBI PRJ (CK7)

Kemunafikan menurut kamus bahasa Indonesia artinya Kebohongan. Dalam Alkitab Perjanjian Baru (PB), ada kata "munafik" yang diterjemahkan dari kata Yunani "hupokrithês", kata yang darimana kita mengenal kata "hypocrite" dalam bahasa Inggris. Dalam kata Yunani tersebut, umumnya berarti "seorang pemain drama", yaitu seseorang yang memakai topeng, menutupi wajahnya/dirinya karena sedang memainkan akting. Jadi sebuah kepura-puraan, bukan asli.

Dalam PB, munafik sering dihubungkan dengan orang Farisi dan ahli Taurat. Dalam kitab Injil, kita membaca bahwa Yesus bertemu dengan banyak orang yang hidupnya belum benar, misalnya pelacur, penjahat atau orang yang dianggap berdosa di jamannya; tetapi Yesus menerima mereka ini.

Tetapi ketika Yesus bertemu dengan orang Farisi dan ahli Taurat ini, entah mengapa Yesus selalu menegur mereka dengan keras, kesannya seperti selalu bermusuhan. 

Misalnya di dalam Matius 23, Yesus banyak mengecam mereka : Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Hai kamu orang-orang munafik..!!! Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak!

Mengapa orang-orang Farisi dan ahli Taurat, yang tahu hukum Musa ini, selalu ditegur Tuhan Yesus ?

Ada beberapa hal penyebabnya, yaitu :1. Kemunafikan orang Farisi, disebabkan oleh "kebutaan" mereka terhadap kesalahan mereka sendiri.

Matius 7 : 5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.

Mereka ini selalu mencari kesalahan orang-orang lain, namun abai dan menutupi kesalahan diri sendiri.

2. Dengan gaya keagamaan mereka, sebenarnya mereka justru lalai dan buta terhadap pekerjaan Tuhan.

Lukas 12 : 56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?

Maksudnya adalah bahwa orang Farisi dan ahli Taurat, yang lebih banyak menggeluti dan membaca kitab-kitab Musa, mestinya lebih tahu pekerjaan Tuhan. Tetapi karena terlalu sibuk dengan hal-hal lain, mereka justeru menjadi jauh dari pekerjaan Tuhan itu.

3. Mereka sebenarnya tidak menghiraukan tuntutan-tuntutan Allah.

Matius 23 : 14 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.

Semestinya ahli Taurat dan orang Farisi yang lebih tahu hukum dan perintah Tuhan, dapat menunjukkan perhatian dan kasih mereka dengan menolong orang-orang yang butuh dan perlu dibantu, yaitu janda-janda miskin, yatim piatu, pengangguran dan lainnya.

Namun, daripada membantu, mereka justru mempersulit dan menindas hidup mereka.

Dan, untuk menutupi ketidakperduliannya, mereka mengelabui dengan ibadah dan doa yang panjang-panjang, agar menimbulkan kesan rohani di mata orang lain.

4. Mereka suka sekali mempertontonkan diri:

Matius 6 : 2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Matius 6 : 5 Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya."

Matius 6 : 16 Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Apa yang kita pelajari tentang kemunafikan :

a. Merasa diri lebih benar dan merendahkan orang lain

Menganggap tingkat rohani orang lain lebih rendah dari kerohanian dirinya sendiri.

b. Mencari dan memperbesar kesalahan orang lain

Ahli Taurat selalu mencari-cari kesalahan Tuhan Yesus. Ketika mereka mengikuti Yesus, mereka bukannya untuk memulikan nama Tuhan.

c. Tidak mengikuti peraturan

Mereka tahu hukum Musa, namun mereka tidak melakukannya, justeru mereka menuntut orang lain yang melakukannya.

d. Perkataannya berbeda dengan kelakuannya

Mereka hanya bicara saja, tidak pernah melakukan hukum dan peraturan Musa.

e. Tidak pernah mengakui kesalahannya

Ketika orang Farisi ini ikut dengan rombongan orang banyak yang mengikuti Tuhan Yesus, mereka tidak menyadari kesalahannya di hadapan Tuhan. 

f. Banyak alasan dan berbohong

g. Merasa menjadi "korban" Ketika mereka melihat banyak orang-orang yang mengikuti Tuhan Yesus, ahli Taurat dan orang Farisi ini menyalahkan Tuhan Yesus, bukannya mengoreksi dirinya. Mereka merasa dirugikan dan menjadi korban oleh pelayanan dan kehadiran Yesus.

Amsal 12 : 22 Tuhan membenci pendusta, tetapi Ia senang terhadap orang yang mengatakan kebenaran.

Musuh dari kemunafikan adalah integritas. Orang yang memiliki integritas perkataannya adalah yang sebenarnya. Tulus dan terbuka di hadapan Tuhan dan sesama. Mau mengakui kesalahan sendiri.

Menyadari dosa dan ada pertobatan. Orang yang memiliki integritas perbuatannya sesuai dengan perkataannya.

Orang yang memiliki integritas hidupnya akan selaras dengan Firman Tuhan.

Intergrity is doing the right thing, even when no one is watching (C.S Lewis)

Rangkuman Pdp. Willy Santosa, BSc :

Pagi ini kita diingatkan tentang kemunafikan, yaitu suatu karakter yang ada pada orang Farisi dan ahli Taurat dan yang selalu ditegur Tuhan Yesus.

Kemunafikan adalah suatu sikap yang cenderung mementingkan citra diri mereka sendiri.

Kemunafikan adalah hasil dari sikap hati. Jika sikap hatinya jahat maka yang keluar adalah yang jahat, tetapi kalau sikap hatinya baik, maka yang keluar adalah kebaikan. 

Amsal 4 : 23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Orang yang munafik tidak dapat ditegur. Mungkin ketika diingatkan atau ditegur, mereka kelihatannya menurut, tetapi di dalam hati mereka dongkol dan marah. Orang yang seperti ini tidak akan pernah mengalami pertumbuhan dan pemulihan.

Sikap hati yang benar adalah seperti Daud, dimana ketika dia ditegur oleh nabi Natan karena peristiwa Batsyeba, Daud menyadari dan mengakui dosanya dan memohon ampun kepada Tuhan. Sikap hati seperti Daud inilah yang akan dapat mengalami pemulihan.

Milikilah sikap hati yang benar untuk bisa dibentuk oleh Tuhan.