GBI PRJ (CK7)

Sebelum membahas komunitas sesuai tema hari ini, saya ingin membagi sejenak pesan gembala kita tentang Halloween. Halloween bukan bagi kita orang percaya, jadi tidak usah ikut-ikutan. Karena merayakan Halloween sama saja dengan berpaling ke roh yang lain, bukan dari Tuhan. "Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu" (Im. 19:31). "Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya" (Im. 20:6).

Sekarang kita bahas tentang komunitas. Kalau berkomunitas, tapi tidak saling mengenal? Percuma dong. Kita harus tahu siapa saja di komunitas kita. Tentang komunitas, kita juga bisa belajar dari cerita tentang orang Samaria yang murah hati.

"Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: 'Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?' Jawab Yesus kepadanya: 'Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?' Jawab orang itu: 'Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri'" (Luk. 10:25-27). Banyak dari kita mungkin hanya tahu teori tentang mengasihi, tetapi jarang melakukannya. Seperti ahli Taurat itu. Banyak yang mencoba mencari jawaban, padahal tidak menyadari bahwa hidupnyalah jawaban yang dicari banyak orang. Banyak juga yang seharusnya menjadi jawaban, namun justru menjadi pertanyaan bagi banyak orang di luar sana, dan malah menjadi batu sandungan. Mereka hanya berpikir & hidup untuk diri sendiri. Padahal, ikut Tuhan berarti pikul salib dan sangkal diri.

Tuhan Yesus menjelaskan siapakah sesama kita di Lukas 10:30-35. Banyak dari kita hanya ingin tergerak/tersentuh hati di dalam gedung gereja, tetapi di luar gereja atau dalam keluarga, sekolah, pekerjaan tidak melakukan apa-apa, tidak pernah menyentuh hati orang lain di luar sana. Di dalam berkomunitas, kita harus siap untuk menerima siapa pun. Kita harus memiliki kasih untuk mereka yang membutuhkan, sebab banyak orang di luar sana yang merasa tertolak serta terbuang. Apa pun latar belakangmu, kita semua pun butuh sesama dan Tuhan. Sebaik-baiknya kita pikir kita yang terbaik, kita tetap butuh Tuhan.

Dari Lukas 10:30-35 itu, saya mencoba memberi tiga hasil dari observasi saya berkaitan dengan komunitas:

• Kata-kata RAWATLAH DIA (ay. 35). Jadilah terlibat dalam komunitas yang bisa merawat jiwa-jiwa sesuai firman Tuhan. Bukan cuma menerima jiwa-jiwa. Dan mereka bisa berfungsi setelah berubah dan menerima tujuan Tuhan dalam hidupnya. Itulah tugas kita dari Tuhan. Itu jugalah yang dilakukan baik oleh orang Samaria yang murah hati maupun pemilik penginapan yang percaya terhadap perkataan janji orang Samaria itu. Orang Samaria itu pun mungkin sering lewat jalan itu, dan berbuat baik seperti itu. Ia terbiasa berbuat baik.

• Kata-kata DUA DINAR (ay. 35). Berarti ada kemampuan untuk membayar harga dalam merawat jiwa-jiwa. Kita harus punya hati yang murah hati—entah itu waktu, uang, tenaga, pikiran, bahkan sampai perasaan. Bagi orang yang menjawab panggilan Tuhan dalam hidupnya, ada kemampuan juga yang akan Tuhan berikan. Upah kita pun dari Tuhan. Komunitas pun membangun kita untuk menjadi orang-orang yang murah hati, tidak pelit. Hidup kita dibentuk dari apa yang kita beri, bukan dari apa yang kita dapat.

Bergabunglah juga ke COOL-COOL yang ada, supaya Anda bisa diterima di situ dan belajar berkomunitas bersama. Di dalam komunitas itu, kita saling membangun dan saling mendoakan, mengenal kebenaran, dan bertumbuh untuk melayani.