Saya terusik dengan satu pernyataan dari Bill Johnson, “A person who doesn’t dream and has no desire is already dying. We are alive because we have the freedom to dream.” Pendeknya, orang yang berhenti memiliki impian, sesungguhnya tidak ada bedanya dengan sudah tiada.
John C. Maxwell mendefinisikan impian sebagai: sebuah gambaran yang sangat menginspirasi akan masa yang datang, begitu menginspirasi sehingga memberikan semangat bagi pikiran, kehendak, emosi, dan kekuatan bagi kita untuk menggapainya.
Kita diberi kapasitas untuk mempunyai sebuah impian, dan yang terpenting menjalankannya bersama Tuhan. Sayangnya, banyak sekali orang percaya tidak menghiraukan impian yang Tuhan taruh dalam hati mereka, hanya karena berpikir menghilangkan semua cita-cita atau harapan yang mereka punya, untuk membuktikan mereka berserah kepada Tuhan.
Padahal di dalam setiap hidup kita semua, termasuk saya, ada dua pilihan perihal impian: Mencapainya, atau jika tidak mencapainya akan menyesal karena tidak melakukan apa-apa.
Jangan sampai menyesal, bahkan hidup begitu-begitu saja, tapi jadilah orang-orang yang meraih impian. Kita belajar dari Yusuf (Kejadian 37 : 1 - 11).
Kita tahu Yusuf melewati berbagai macam proses kehidupan, sehingga 17 tahun kemudian, barulah ia menggapai impiannya, dan seorang Ibrani yang menjadi Perdana Menteri di Mesir, yang menguasai negara adikuasa pada saat itu. Padahal, sebelumnya ia dijual sebagai budak.
Bagaimana ia bisa menggapai impiannya? Dari Yusuf, seorang peraih impian, kita juga bisa belajar meraih impian. Apa saja ciri khas orang-orang yang meraih impian:
1. Peraih impian adalah yang mudah move on atau maju terus.
Itulah salah satu kunci penting dalam hidup Yusuf, meski dia mengalami berbagai macam proses di kehidupan, seperti dibenci dan dijual oleh saudara-saudaranya, pindah ke negeri asing dengan bahasa asing, pernah bekerja sebagai budak, mengalami pelecehan, difitnah, bahkan dipenjara dan dilupakan.
Kuncinya, Yusuf rela melepaskan pengalaman buruk masa lalunya, ia tidak izinkan pengalaman-pengalaman pahit ataupun traumatis menghalangi hidupnya menggapai impian.
Kejadian 41 : 51 - 52
Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
Bagaimana dengan kita hari ini? Adakah yang Tuhan ingatkan untuk kita akan hal-hal yang patut kita lepaskan dan relakan? Saat Ia meminta kita mengampuni dan melepaskannya, bukan karena Dia membela pihak yang melakukan kesalahan kepada kita, ataupun karena tidak adil dan tidak melihat kesengsaraan kita. Namun, Dia sedang merindukan untuk kita move on, terus maju, karena ada impian yang belum tergapai. The best is yet to come, bahwa yang terbaik masih akan datang.
”Sky is the limit!”, atau langit adalah batasnya katanya, memang benar, tetapi tidak sepenuhnya tepat. The limit is not the sky, but the limit is in the mind. Melainkan, pikiran kita sendirilah yang sering kali menjadi batasan yang kita ciptakan sendiri. Nah, hal kedua yang kita bisa pelajari dari Yusuf sebagai penggapai impian adalah:
2. Peraih impian adalah yang mau memberikan yang terbaik.
Ada satu hal yang tidak bisa kita pungkiri dari pribadi Yusuf, yaitu ia senantiasa ingin memberikan terbaik.
Kejadian 39 : 6, 22
Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apapun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya … Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya.
Yusuf menggapai impian karena ia sungguh-sungguh tidak mudah menyerah, senang rajin, gigih, dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Sering kali yang menjadi penghalang untuk menggapai impian adalah kita tidak memberikan yang terbaik. Lalu, mudah terdistraksi aktivitas-aktivitas yang kelihatannya baik, tetapi sebenarnya tidak relevan dengan impian yang Tuhan taruh dalam hidup kita. Ataupun, tidak bisa adaptasi dengan kebutuhan. Dan yang paling sering terjadi adalah kita mudah menyerah. Berikanlah yang terbaik di masa apa pun saat ini kita ada.
One of the most famous of the SEALs' principles is the 40% Rule. It states that whenever soldiers believe they are physically exhausted or emotionally drained, they have used only 40% of their potential. Pushing themselves further is indispensable for this principle, yet at its core lies self-belief. The latter keeps reminding soldiers that they don't know their full potential.
(Salah satu prinsip SEAL yang terkenal adalah Aturan 40%, bahwa setiap kali tentara yakin mereka kelelahan secara fisik atau terkuras secara emosional, mereka hanya menggunakan 40% dari potensi mereka. Mendorong diri lebih jauh sangat diperlukan dalam prinsip ini, namun pada intinya adalah percaya. Yang terakhir ini terus mengingatkan mereka bahwa mereka belum sepenuhnya mengetahui potensi sejati mereka).
The Science of Self-Discipline: “The human brain has approximately 100 billion neurons—as many as stars in the Milky Way, so we should never underestimate our abilities.” ~ Peter Hollins
(Otak manusia mempunyai sekitar 100 juta sel saraf, ini sebanyak bintang yang ada di galaksi Bima Sakti, jadi jangan pernah anggap remeh potensi ataupun kemampuan kita).
3. Peraih impian adalah yang melihat kebutuhan orang lain.
Yusuf mempunyai karakter ini, dan kita bisa lihat di beberapa contohnya, seperti di Kejadian 40.
Kejadian 40 : 6 - 8
Ketika pada waktu pagi Yusuf datang kepada mereka, segera dilihatnya, bahwa mereka bersusah hati. Lalu ia bertanya kepada pegawai-pegawai istana Firaun yang ditahan bersama-sama dengan dia dalam rumah tuannya itu: "Mengapakah hari ini mukamu semuram itu?" Jawab mereka kepadanya: "Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya." Lalu kata Yusuf kepada mereka: "Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku."
Yusuf tidak cuek, tetapi dia mencoba melihat kebutuhan orang-orang lain. Bukan karena kurang kerjaan, maka ia ikut mencampuri urusan orang, melainkan lebih karena kepedulian, kebaikan, dan kesejahteraan bagi orang lain. Kita punya potensi untuk melakukannya. Adakah kebutuhan yang bisa kita amati di manapun kita berada saat ini?
Kejadian 41 : 15 - 16
Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Aku telah bermimpi, dan seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya, tetapi telah kudengar tentang engkau: hanya dengan mendengar mimpi saja engkau dapat mengartikannya." Yusuf menyahut Firaun: "Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku Firaun."
Matius 20 : 26 - 28
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
“If you want to be great, then become a servant.” Kalau mau terkemuka, terdepan, berhasil, dan menggapai impian, maka kita perlu menjadi seorang yang memiliki hati hamba.
Seorang hamba yang baik akan memperhatikan kebutuhan orang lain, dan bagaimana ia bisa membantu untuk membawa sejahtera. Dalam perjalanan hidup, cobalah lihat selalu apa yang bisa kita bantu supaya menjadi lebih baik, serta membawa kesejahteraan?
Dan yang lebih penting: apa yang menjadi impian Tuhan bagi kita? What is God’s dream for you?
Belajarlah dari Yusuf, seorang peraih dan penggapai impian, yang juga sesungguhnya merupakan gambaran dari atau bayangan tentang Seorang Pribadi, yakni Yesus Kristus.
Jadilah peraih impian yang mudah untuk move on, maju terus, memberikan yang terbaik, serta melihat kebutuhan orang lain. Bukan semata-mata demi kesuksesan itu sendiri, melainkan untuk menggenapi panggilan hidup kita, serta menjadi semakin serupa dengan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus Memberkati
Kolekte
BCA Cab. Menara Ancol
ac 635.100.0101
an. GBI PRJ
Perpuluhan
BCA Cab. Menara Ancol
ac. 635.100.0101
an. GBI PRJ
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.371.7878
an. GBI PRJ
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.327.7878
an. GBI PRJ
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.316.7878
an. GBI PRJ
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.2999.111
an. GBI PRJ Pluit
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.9777.133
an. GBI PRJ Pluit
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.8777.122
an. GBI PRJ Pluit
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.322.2020
an. GBI PRJ Mandarin Service
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.522.3030
an. GBI PRJ Mandarin Service
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.777.7171
an. GBI House Of Christ Revival
Pembangunan
BCA Cab Thamrin
ac. 206.977.7575
an. GBI House Of Christ Revival
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.577.7272
an. GBI House Of Christ Revival
Kolekte
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Perpuluhan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.331.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Pembangunan
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.353.0077
an. GBI Alam Sutera Mall
Sulung
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.378.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Diakonia
BCA Cab. Thamrin
ac. 206.356.7779
an. GBI Alam Sutera Mall
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.384.8484
an. GBI Intercon
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.3800
an. GBI Intercon
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.5900
an. GBI Intercon
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.011.4300
an. GBI Intercon
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.675.6677
an. GBI Q BIG
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.621.1000
an. GBI Q BIG
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.670.6688
an. GBI Q BIG
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.610.6699
an. GBI Q Big
Kolekte
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Perpuluhan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.377.7111
an. GBI St Moritz
Sulung
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Pembangunan
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.030.7001
an. GBI St Moritz
Diakonia
BCA Cab.Thamrin
ac. 206.013.9400
an. GBI St Moritz