
Beberapa waktu yang lalu, seorang murid bercerita dengan suara pelan kepada saya. Ia baru berusia dua belas tahun, tetapi sudah mencoba aplikasi perjodohan.
"Aku cuma ingin tahu, Kak," katanya, "seperti apa rasanya punya teman."
Awalnya mungkin hanya iseng—sekadar rasa penasaran. Tapi, percakapan dengan seseorang yang usianya jauh lebih dewasa berubah menjadi sesuatu yang membuatnya takut dan merasa malu. Ia akhirnya sadar, menghapus aplikasinya, namun sulit melupakan hubungan semu yang pernah terasa "spesial".
Rasa ingin tahu atau curiosity adalah anugerah, tapi juga ujian. Hal itu bisa menuntun pada penemuan yang membangun, atau justru semakin membawa kita ke tempat di mana nurani menjadi tumpul. Manakah yang kita pilih?
Yakobus pernah menulis, "Tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut" (Yak. 1:14-15).
Sejak taman Eden, manusia tertarik pada apa yang tampak manis tapi terlarang. Kini, buah itu hadir bukan di pohon, melainkan di layar era digital—satu klik, satu notifikasi, satu tautan (link). Dunia maya atau digital memang memberi akses ke segalanya, tetapi juga termasuk yang bisa mencuri kemurnian hati.
Karena itu, firman Tuhan hari ini mengingatkan, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan" (Amsal 4:23).
Apabila ada di antara kita yang sudah telanjur masuk di dalamnya, tidak ada kata terlambat untuk bertobat. C.S. Lewis pernah menulis, "You can't go back and change the beginning, but you can start where you are and change the ending." Artinya, mungkin kita tak bisa menghapus semua jejak digital masa lalu, tapi kita bisa mulai benar-benar menjaga hati, hari ini di setiap sentuhan jari.
1 Korintus 6:17, "Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia."
Since we want to become spiritually one with the Master, we must not pursue the kind of sex that avoids commitment and intimacy, leaving us more lonely than ever--the kind of sex that can never "become one." (MSG)
~ JP