Ketika hidup tidak berjalan sesuai rencana, apa yang kita lakukan? Menyerah? Marah? Ataukah tetap setia?
Alkitab penuh dengan kisah orang-orang yang hidupnya tidak berjalan sesuai harapan mereka. Namun justru dalam tekanan, pergumulan, serta situasi yang tampaknya gelap—mereka bersinar, karena mereka tetap setia, taat, dan mengandalkan Tuhan.
Ayub adalah contoh nyata. Dalam satu hari, ia kehilangan anak-anaknya, hartanya, bahkan kesehatannya. Istrinya berkata, "Kutukilah Allahmu dan matilah!" Tapi Ayub menjawab, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" (Ayub 2:10). Di tengah penderitaan, Ayub tidak tahu alasannya, tapi dia tetap takut akan Allah.
Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya, dijebloskan ke penjara karena fitnah, dan dilupakan orang yang pernah dibantunya. Tapi Yusuf tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Ia tetap bekerja dengan rajin, tetap jujur, tetap setia. Dan akhirnya, diangkat menjadi pemimpin di Mesir. Yusuf pernah berkata, "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan..." (Kejadian 50:20).
Rut, seorang perempuan asing dari Moab, kehilangan suaminya, dan bisa saja kembali ke rumah orangtuanya yang mungkin akan nyaman. Tapi ia memilih tetap setia kepada mertuanya dan percaya kepada Allah Israel. Di tengah ketidakpastian, Rut bekerja keras memungut jelai sebagai orang miskin, dan akhirnya kesetiaannya membawa dia menjadi nenek moyang dari Daud—dan Yesus sendiri.
Dan Yesus, Putra Allah sendiri, menghadapi salib—sesuatu yang tidak "menyenangkan" secara manusiawi. Tapi Ia berkata: ""Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39). Di Getsemani, Yesus menunjukkan ketundukan total kepada kehendak Bapa, meskipun jalan itu adalah jalan penderitaan. Yesus tahu penderitaan di depan-Nya, tapi Dia tetap taat, karena cinta-Nya kepada Bapa dan kepada kita semua.
Bagaimana dengan kita, Saudara dan saya?
Saat hidup tidak sesuai harapan—ketika doa belum dijawab, ketika jalan tampak buntu, ketika rencana gagal—maukah kita tetap percaya? Tetap takut akan Tuhan? Tetap mengerjakan yang terbaik, meski hasil belum terlihat?
Tuhan tidak pernah lalai. Ia melihat kesetiaan kecil kita di tengah badai. Mungkin kita tidak mengerti sekarang, tapi Dia bekerja di balik layar. Sama seperti Ayub, Yusuf, Rut, dan Yesus, kita dipanggil untuk berjalan dalam ketaatan, bukan karena kita tahu akhir ceritanya, tapi karena kita mengenal Penulisnya.
Matius 26:39 (TSI), "Dia pun pergi sedikit lebih jauh dari mereka, lalu sujud dan berdoa. Kata-Nya, "'Ya Bapa-Ku, kalau bisa, jangan biarkan Aku menjalani penderitaan ini! Tetapi janganlah terjadi seperti yang Aku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.'"
Ia berjalan lebih jauh sedikit, lalu sujud dan berdoa, "Bapa-Ku! Jika mungkin, biarlah kiranya cawan ini dijauhkan daripada-Ku. Tetapi Aku ingin agar kehendak-Mu yang berlaku, bukan kehendak-Ku." (FAYH)
Going a little ahead, he fell on his face, praying, "My Father, if there is any way, get me out of this. But please, not what I want. You, what do you want?" (MSG)
~ FG