Sering kali mungkin kita datang kepada Tuhan dengan penuh agenda kita sendiri, dan meminta Dia mengikuti agenda kita. Padahal sebenarnya, kita bukanlah pemberi perintah, melainkan prajurit dalam kerajaan-Nya.
Seperti seorang prajurit tidak memberi instruksi kepada komandannya ataupun jenderal, kita pun tidak seharusnya mengatur-atur Tuhan. Tugas kita adalah datang setiap hari kepada-Nya dengan sikap hati yang terbuka dan rela.
Sayangnya mungkin tanpa sadar, kita datang kepada Tuhan bukan sebagai hamba, tapi sebagai bos. Kita membawa berbagai daftar keinginan, target, dan rencana hidup, lalu meminta Tuhan untuk menyetujuinya.
Seorang prajurit yang setiap hari datang ke markas bukan untuk memberi komando, tapi untuk berkata: "Siap, komandan!", "Perintah, komandan!"
Seharusnya begitu jugalah sikap kita di hadapan Tuhan setiap hari. Dalam doa, dalam pelayanan, dalam keputusan hidup, bahwa bukan, "Tuhan, ikut aku," tetapi, "Tuhan, ke manapun Engkau pergi, aku mau ikut, dan taat pada-Mu." Ketaatan jauh lebih penting daripada ambisi rohani. Kesetiaan dalam tugas yang kecil lebih bernilai daripada rencana besar yang tanpa arah dari Tuhan.
Nah, kapan terakhir kali kita benar-benar bertanya, "Tuhan, apa yang Engkau kehendaki hari ini aku perbuat?" Apa satu hal kecil hari ini yang bisa kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan?
2 Timotius 2:3 (TSI), "Menjadi pengikut Kristus Yesus ibarat menjadi tentara di medan perang. Karena itu, kamu harus kuat bertahan menghadapi segala penderitaan."
Take [with me] your share of the hardships and suffering [which you are called to endure] as a good (first-class) soldier of Christ Jesus. (AMP)
When the going gets rough, take it on the chin with the rest of us, the way Jesus did. (MSG)
"The patriot who feels himself in the service of God, who acknowledges Him in all his ways, has the promise of Almighty direction, and will find His Word in his greatest darkness." ~ Francis Scott Key
~ FG