Penulis Max Lucado pernah menceritakan sebuah dongeng tentang seorang raja, yang mengadakan perlombaan untuk menentukan siapa yang akan menikahi putrinya dan menjadi raja berikutnya.
Para peserta lomba terdiri dari tiga ksatria, yaitu Carlisle si kuat, Alon si tangkas, dan Cassidon si bijaksana. Tugas mereka ialah melewati hutan tanaman beracun dan dihuni oleh orang-orang pengganggu, yang dikenal sebagai Hopenots. Kesepakatannya adalah, ksatria yang pertama kali berhasil mencapai kastil di seberang hutan, berhak untuk menikahi sang putri.
Dari tembok kastil istana, sang raja akan memandu para kontestan melewati hutan dengan memainkan nada khusus dengan serulingnya tiga kali dalam sehari. Namun, sementara sang raja memainkan nada khusus dengan serulingnya untuk memandu jalan, orang-orang Hopenots akan memainkan tiruan lagu sang raja guna menyesatkan mereka. Maka itu, untuk membantu melakukan perjalanan, setiap ksatria diizinkan membawa seorang teman seperjalanan untuk melewati hutan.
Lalu, ketiga kesatria mulai memasuki hutan, dan mencari jalan masing-masing menuju kastil. Akhirnya, Cassidon si bijaksana yang lebih dahulu mencapai istana, dan menuju sang raja. Pertanyaannya, bagaimana ia berhasil melakukannya? Karena ia memilih sang pangeran, anak laki-laki sang raja, sebagai teman seperjalanannya. Anak laki-laki itu mengenal lagu ayahnya dan dapat memainkannya tanpa cela. Seraya berjalan bersama, Cassidon dengan hati-hati mendengarkan lagu itu. Dengan membandingkan semua yang ia dengar dengan lagu yang pangeran mainkan, Cassidon dapat membedakan antara lagu tiruan Hopenots dengan lagu asli sang raja.
Tuhan Yesus pernah menegur Filipus karena belum benar-benar mengenal-Nya, dengan meminta-Nya menunjukkan Bapa kepadanya. Padahal, telah sekian lama ia bersama-sama dengan Dia, meskipun pengalaman awal menyatakan bahwa ia tahu bahwa Kristus adalah Mesias.
Matthew Henry pernah mengingatkan, "Banyak orang sangat tahu tentang firman Tuhan dan perkara-perkara ilahi, namun justru tidak berhasil berbuah seperti yang diharapkan dari mereka. Ini terjadi karena mereka tidak mencerna semua landasan hidup yang telah mereka miliki dan mengerjakannya. Banyak orang yang mengenal Kristus, namun tidak mengetahui apa yang seharusnya bisa mereka ketahui tentang diri-Nya, atau tidak melihat apa yang seharusnya mereka lihat di dalam diri-Nya. Hal yang memperburuk keluguan Filipus ialah karena ia sudah memperoleh begitu banyak kesempatan untuk meningkatkan diri: 'Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu.' Semakin lama kita menikmati sarana pengetahuan dan anugerah, akan semakin tidak termaafkan apabila kita didapati kurang dalam pengetahuan dan anugerah itu. Kristus mengharap agar kecakapan hidup kita seharusnya setara ukurannya dengan kedudukan kita, agar tidak tetap seperti bayi. Karena itu, bertanyalah pada diri sendiri: Sudah begitu lamakah aku menjadi pendengar berbagai khotbah, mempelajari Kitab Suci, menjadi murid Kristus, namun tetap begitu lemah di dalam pengenalan akan Kristus Yesus, dan sangat tidak memahami ajaran tentang kebenaran?"
Yohanes 14:9 (MILT), "YESUS berkata kepadanya, 'Telah demikian lama Aku ada bersama kamu, dan engkau belum mengenal Aku, Filipus? Siapa yang melihat Aku, ia telah melihat Bapa; dan bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa kepada kami?'"
Jesus replied, Have I been with all of you for so long a time, and do you not recognize and know Me yet, Philip? Anyone who has seen Me has seen the Father. How can you say then, Show us the Father? (AMP)
You've been with me all this time, Philip, and you still don't understand? To see me is to see the Father. So how can you ask, 'Where is the Father?' (MSG)
Filipi 3:10 (BSD), "Dan Allah sendiri yang menjadikan saya sahabat-Nya. Sekarang yang saya inginkan hanyalah mengenal Kristus secara pribadi dan mengalami kuasa Kristus yang sudah hidup kembali dari kematian. Saya ingin merasakan penderitaan-Nya dan menjadi seperti Dia yang rela menderita sampai mati."
[For my determined purpose is] that I may know Him [that I may progressively become more deeply and intimately acquainted with Him, perceiving and recognizing and understanding the wonders of His Person more strongly and more clearly], and that I may in that same way come to know the power outflowing from His resurrection [which it exerts over believers], and that I may so share His sufferings as to be continually transformed [in spirit into His likeness even] to His death, [in the hope]. (AMP)
I want to know Christ better and better. Particularly, I want to continually experience his working powerfully in …me/my life, just like God worked powerfully when he caused Christ to become alive after he died. I also want to be continually willing to suffer in order that I may obey God, just like Christ suffered in order that he might obey God. I also want to be completely willing to die for Christ, even as he died for me. (DEIBLER)
Sudahkah kita semakin mengenali pribadi-Nya, cara-cara-Nya mengingatkan dan menegur kita, baik melalui keadaan-keadaan tertentu, orang lain, maupun firman-Nya?
~ FG