Dr. Maxwell Maltz, seorang ahli medis, menceritakan sebuah pengalaman tentang seorang pria yang mengalami luka bakar pada raut mukanya. Mungkin karena merasa sangat malu serta belum bisa menerima apa yang terjadi padanya, maka ia tidak ingin menjumpai siapa pun lagi, termasuk istrinya sendiri.
Singkat cerita, sang istri datang kepada Dr. Maltz, memohon bantuan supaya melakukan operasi wajah bagi suaminya. Dr. Maltz pun menyanggupi, meski istri tadi tidak terlalu percaya kesanggupannya, apalagi sudah sekian kali suaminya menolak berbagai tawaran pertolongan. Jadi, istrinya sangat sangsi.
"Jadi, untuk apa Anda datang?" tanya dokter.
"Sebenarnya… saya ingin Anda mengoperasi raut wajah saya sedemikian rupa, agar menyerupai wajah suami saya yang mengalami luka bakar itu," pinta sang istri. "Jika saya dapat menjadi sama dengannya melalui cara ini, mungkin ia mau terbuka serta menerima saya."
Dr. Maltz sangat terkejut mendengar permintaannya, dan menolaknya, namun hatinya terketuk untuk mencoba menghubungi suaminya untuk meyakinkan bahwa ia masih dapat dipulihkan. Setelah mendatanginya, tidak ada respons. Namun, sang dokter tidak menyerah. Lalu, beliau berkata dari balik pintu tentang permintaan sang istri, menyatakan betapa sesungguhnya istrinya itu sungguh-sungguh mengasihi dia, apa pun yang terjadi. Hingga akhirnya, pria itu mau perlahan membukakan pintu.
Bukankah Allah terlebih lagi terhadap kita? Allah mengerti, Ia peduli, benar-benar memperhatikan, mengasihi, serta senantiasa menyertai kita.
Mazmur 13:1-6 (FAYH), "BERAPA lama lagi Engkau melupakan aku, TUHAN? Untuk selama-lamanyakah? Berapa lama lagi Engkau memalingkan muka pada waktu aku memerlukan pertolongan? Berapa lama lagi aku harus menanggung derita di dalam hati? Berapa lama lagi musuhku menang atas aku? Jawablah aku, ya TUHAN Allahku! Berilah aku terang dalam kegelapanku supaya aku jangan mati. Janganlah membiarkan musuhku berkata, "Kami telah menaklukkan dia." Jangan biarkan mereka bersorak-sorak karena melihat aku kalah. Tetapi aku akan selalu mempercayakan diriku kepada-Mu serta belas kasihan-Mu dan bersukacita atas penyelamatan-Mu. Aku akan menyanyikan dan memuji TUHAN karena Ia telah memberkati aku dengan limpahnya.
Kepada pemimpin koor. Nyanyian Daud. Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau melupakan aku? Apakah Engkau akan melupakan aku selama-lamanya? Berapa lama lagi Engkau menyembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama aku harus heran jika Engkau telah melupakan aku? Berapa lama aku harus merasakan kesedihan dalam hatiku? Berapa lama musuhku akan menang terhadap aku? TUHAN Allahku, perhatikanlah aku dan berikanlah kepadaku suatu jawaban. Biarlah aku kuat lagi atau aku mati saja. Jika itu terjadi, musuhku akan mengatakan, "Aku memukulnya." Ia akan sangat bergembira bahwa dia menang. Aku percaya akan kasih setia-Mu. Biarlah aku bergembira karena Engkau menyelamatkan aku. Aku akan menyanyikan suatu nyanyian untuk TUHAN karena Dia begitu baik padaku. (VMD)
Yesaya 53:4 (VMD), "Ternyata, ia mengambil penderitaan kita dan membuatnya miliknya. Ia mengusung penyakit kita, dan kita menganggap Allah telah menghukumnya, bahwa Allah memukulnya atas perbuatannya, tetapi ia telah dihukum atas perbuatan kita. Ia telah ditindas karena dosa kita. Ia telah mengambil hukuman yang pantas bagi kita, Kita disembuhkan karena penderitaannya. Kita semua mengembara seperti domba. Kita pergi menurut jalan kita masing-masing. TUHAN menaruh semua dosa kita padanya, yang seharusnya kita menanggungnya.
Home, I know I am home
Safe within my Saviour's arms
Right back where I belong
Home, I'm forgiven home
I hear heaven's angels sing
Father, You welcome me
~ FG