Mari tersenyum sejenak.
Konon, suatu hari Einstein sedang menuju ke sebuah universitas untuk memberikan ceramah di sebuah universitas, dan ia diantar oleh seorang supir yang rupa-rupanya sangat mengagumi kejeniusan profesor tersebut, serta telah membaca dan mempelajari teori-teori yang ia rumuskan.
Sang supir menyapa dan menyempatkan untuk berbincang santai dengan sang profesor, "Dr. Einstein, saya telah mendengar ceramah Anda lebih dari puluhan kali. Saya juga sudah belajar sungguh-sungguh, dan saya rasa saya mampu memberikan ceramah seperti Anda."
"Oh ya?! Baiklah, saya akan memberi Anda kesempatan," kata Einstein. "Mereka tidak mengenali saya di kampus yang akan kita datangi. Nanti, kalau kita di sana, saya akan memakai topi dan jas Anda, dan masuk bersama-sama, dan Anda memperkenalkan diri sebagai saya dan memberikan ceramah."
Di aula, "Einstein dadakan" itu memberi ceramah dengan kompeten, bahkan menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh para mahasiswa. Sedangkan, "supir dadakan" tersebut duduk di kursi kuliah paling belakang, sambil mengamati jalannya acara, yang sepertinya juga ia nikmati sembari tersenyum kecil.
Namun, apa dinyana, ada sebuah pertanyaan sangat sulit akhir yang datang dari seorang mahasiswa, sehingga "Einstein" kebingungan, dan sontak memperoleh hikmat dadakan dengan cerdas mengatakan, "Wah, apakah cuma itu saja? Sebenarnya soal tersebut cukup sederhana jawabannya, bahkan supir saya pun dapat menjawabnya. Jadi, izinkan saya membiarkan supir saya untuk menjawabnya."
Tidak ada orang yang terlalu tinggi atau hebat yang tidak dapat Tuhan rendahkan, tidak ada orang yang terlalu rendah ataupun hina yang tidak dapat Tuhan angkat.
Mazmur 75:7, "Tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."
Karena kenaikan pangkat dan kuasa bukan berasal dari bumi ini, melainkan dari Allah semata-mata. Ia menaikkan yang satu dan menurunkan yang lain. (FAYH)
~ FG