Abimelekh, raja dari Gerar, hampir-hampir saja berbuat dosa serta melakukan kesalahan besar apabila Allah sendiri tidak turun tangan dan mencegahnya. Sebab, raja tersebut memerintahkan bawahannya untuk mengambil Sara—yang memang waktu itu juga atas siasat Abaraham mengaku sebagai sesama saudara, adik dan abang.
Allah pun dalam kasih karunia-Nya terkadang akan meluputkan anak-anak-Nya yang biasanya setia, dari situasi yang merupakan akibat kegagalan ketaatan maupun iman mereka.
Bersyukur karena Abimelekh sendiri juga memiliki ketulusan hati, atau tidak ada niat jahat, dan Allah pun menyatakan menyetujuinya.
Kejadian 20:5-6, "'Bukankah orang itu sendiri mengatakan kepadaku: Dia saudaraku? Dan perempuan itu sendiri telah mengatakan: Ia saudaraku. Jadi hal ini kulakukan dengan hati yang tulus dan dengan tangan yang suci.' Lalu berfirmanlah Allah kepadanya dalam mimpi: 'Aku tahu juga, bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, maka Akupun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia."
Laki-laki itu berkata, 'Ia saudara perempuanku', dan perempuan itu sendiri berkata, 'Benar, ia abangku'. Hamba sama sekali tidak mempunyai maksud untuk berbuat jahat." Allah berfirman, "Ya, Aku tahu. Itulah sebabnya Aku mencegah engkau berbuat dosa terhadap Aku dan tidak membiarkan engkau menjamah dia. (FAYH)
Didn't he tell me, 'She's my sister'? And didn't she herself say, 'He's my brother'? I had no idea I was doing anything wrong when I did this." God said to him in the dream, "Yes, I know your intentions were pure, that's why I kept you from sinning against me; I was the one who kept you from going to bed with her. (MSG)
Bagaimana dengan kita?
Apakah kita masih memiliki hati yang tulus, serta hidup dalam ketulusan?
Dalam bukunya, A Man's Integrity, Dr. Jack Hayford membagikan tentang ketulusan, "Jika hati seseorang jujur di hadapan Allah, ketulusan itu akan dapat mencegahnya dari kejatuhan ke kesalahan dan dari perangkap dosa. Dengan kata lain, Allah mampu menemukan sebuah 'kendali' dalam hati yang murni, untuk mengubahkannya dan menjauhkannya dari kebimbangan. Ketaatan untuk hidup dalam ketulusan menghasilkan sebuah 'mekanisme' yang terbentuk dalam kehidupan, serta sebuah janji kesediaan Allah untuk campur tangan saat kita jatuh dalam situasi ketidaktahuan, ketidaksadaran, ataupun ketidaksiapan. Allah akan melindungi kita, selama hati kita tetap menjaga ketulusannya."
Jadi, maukah hari ini kita mulai belajar memelihara ketulusan hati?
Mazmur 26:1 (VMD), "Nyanyian Daud. Ya TUHAN, adililah aku dan uji bahwa aku telah hidup dengan murni, dan aku bergantung pada-Mu untuk menjaga aku dari kejatuhan."
HAPUSKANLAH segala tuduhan terhadap aku, TUHAN, karena aku telah berusaha menaati hukum-hukum-Mu dan telah percaya kepada-Mu dengan tidak bimbang. (FAYH)
Clear my name, GOD; I've kept an honest shop. I've thrown in my lot with you, GOD, and I'm not budging. (MSG)
~ FG